Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2013

CINTA SEGI EMPAT ( BAGIAN LIMA )

Ospek hari pertama hingga hari ketiga sudah ku lalui. Kini hanya tinggal dua hari lagi aku di jajah oleh para senior ku. Selama tiga hari Ospek, aku banyak di hukum oleh Ghifari. Aku bingung dengan sikapnya yang cepat berubah. Kadang-kadang dia baik padaku, tapi dengan cepat dai berubah derastis menjadi sangat kejam padaku. Selama OSPEK, aku lebih banyak di bimbing oleh Ghifari.                 Hari ke-empat Ospek ini akan di adakan di luar kampus. Rencanya daerah cipanas Cianjur akan menjadi lokasi kami semua. Saat ini aku sedang berada di dalam bus. Kami berangkat jam 07:30. Hari ini pakaian kami semua sudah berubah menjadi normal kembali. Tidak seperti 3 hari yang lalu, berdan-dan seperti orang gila. Di sampingku kini ada dua pria tampan yang aku sukai. Di sebelah kiri ada Ghifari dan di sebelah kanan ada Agam. Tadi, mereka berdua berebut untuk duduk di sampingku. Aku tak tau kenapa mereka bisa berlaku seperti itu. Cowok Aneh!   “ No, nih tadi gue bawa beberapa makanan dari ru

CINTA SEGI EMPAT ( CHAPTER 4 )

Sepulang dari rumah, aku langsung memasuki kamar mandiku. Sungguh perutku sangat sakit sekali. Aku lihat Ghifari malah senang melihat aku menderita seperti ini. Sungguh dia sangat jahat sekali kepadaku.   “ Ibu, sungguh Arno sangat tidak betah disini. Meskipun pak Joko dan tante Arni sangat baik, tapi perlakuan anak mereka berdua sangat kejam pada Arno. Sepertinya kak Ghifari tidak menyukai Arno ada disini. Bu lebih baik arno nge-kos aja ketimbang tinggal disini. “ Aku menggumam sendiri di kamar mandi. Mengadu pada ibuku. Air mataku mengalir. Sungguh aku sudah tidak tahan dengan perlakuan kak Ghifari seperti ini. Dia sangat dingin, cuek, dan jahil kepadaku. Aku kira dia akan menjadi kaka yang baik bagiku. Tapi ternyata tidak. Seseorang menggedor pintu kamar mandiku.   “ Siapa di luar? “ teriakku.   “ Gue Ghifari. Boleh gue masuk “   “ Jangan, aku lagi pup. Nanti kebauan kaka “   “ Bersihin dulu pup nya. Gue mau ngomong sama lo “ Aku tak menganggap perkataannya. Teta