Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

WINTER SADNES (CHAPTER EIGHT)

Setibanya di rumah aku melihat keempat teman-teman Stefan sedang melakukan kegiatan mereka masing-masing. James dan Peter, kedua pria itu sedang asyik bermain playstation. Bahkan aku mendengar suara pekikan James saat tokoh yang ia mainkan mati diserang oleh musuh. Di samping mereka aku melihat Nicholas sedang membaca novel romantis. Ia hanya tersenyum penuh makna ketika membaca beberapa bagian yang mungkin menceritakan adegan romantis. Nicholas, pria itu sangat pendiam namun terlihat cool. Wajahnya juga cukup tampan namun aku tak tertarik padanya. Selain itu aku melihat Darren sedang menyemprotkan air untuk tanaman anggrekku. Ia juga mengelap daun-daun agar terjauh dari debu dengan lap basah. James menghentikan permaiannnya dan berlari menghampiriku, ia hendak memelukku namun sedetik kemudian Evan menggeser tubuhku dan mendekapnya sehingga James gagal memelukku. “ jangan pernah mencoba untuk memeluknya tanpa seizinku. Atau kalau tidak akan kupatahkan tanganmu “ “ Pria dungu!,

WINTER SADNESS (CHAPTER SEVEN)

Evan berlari sambil membawa dua permen kapas di tangannya. Ia menghampiriku dan memberikan satu permen kapas untukku. Aku tersenyum dan berterimakasih padanya. Matahari sudah tak seterik beberapa jam yang lalu, kini awan-awan selembut kapas mulai menutupinya sehingga matahari hanya seperti balita yang bersembunyi dibalik tirai. Air di sungai kota yang kini ada di hadapanku mengalir dengan tenang. Burung-burung flaminggo yang berwarna merah muda bergerombol. Memasukkan paruhnya kedalam air untuk mencari ikan-ikan kecil santapan siangnya. Evan merangkul diriku, mengusap kepalaku dengan lembut seperti biasanya. Membuat rona merah muda di pipiku semakin terlihat. “ wajahmu memerah seperti burung-burung itu “ Celetuknya sambil mencolek daguku. Dasar Evan, bisanya hanya menggodaku saja. “ sudahlah Evan, jangan menggodaku “ Ia tertawa sambil terus mengeratkan pelukannya dan membawa kepalaku untuk tertidur di bahunya. Semilir angin menyibakkan rambut kami berdua. Permen kapas itu

WINTER SADNESS (CHAPTER SIX)

Langit sudah mulai gelap, namun kegelapan malam itu tak membuat Stefan goyah untuk pergi dari caffe di sebrang kampusnya. Ia masih duduk santai dengan keempat sahabat baiknya sambil bercengkrama. Keadaan caffe masih ramai saat itu. Alunan lagu Hearth and Soul dari Kenny .G mengalun dengan indah. Lagu itu membuat seisi caffe begitu terasa romantis. Sebuah pesan tertera dalam ponsel milik Stefan. From : Pria Dungu (Evan) Maaf bung, aku baru memberitahukanmu sekarang. Adikmu sudah kuantarkan pulang tadi. Sebaiknya kau segera pulang dan temani dia. Jangan lupa beri dia obat, kau harus temani dia dan memastikan kalau obat dari dokter ia minum. Adrian sepertinya sedikit bandel dengan yang namanya meminum obat. Maaf aku baru memberitahumu, pangeran sepertiku memiliki schedule yang sangat padat. Jangan memandang pesan singkatku ini dengan tatapan jijik!             Ia mendecak kesal, mem-poutkan bibir atasnya. Ia pikir Evan terlalu percaya diri. Darren yang duduk di sampingnya membaca