Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

CUAP-CUAP PENULIS

Halo semuanya. Bagaimana kabar kalian? Minda harap kabar kalian baik. Maafkan Minda yang selalu menghilang. Kalian kangen Minda? atau kalian cuma kangen Arno sama Ghifari? Sebenernya Minda lagi sibuk UAS sekarang, cuma hari ini lagi agak free aja jadi bisa buka blog dan update ceritanya. Semoga kalian suka ya dengan lanjutan ceritanya. Minda masih selalu berharap kalian berikan komentar untuk cerita Minda. Satu komentar dari kalian bisa membuat Minda semakin semangat menulis. Ya udah kalau gitu, selamat menikmati ceritanya.. Guruminda (Si jomblo yang masih belum menemukan cintanya)

WINTER SADNESS (CHAPTER 12)

Keheningan terjadi di dalam mobil. Hanya seorang suara perempuan dari radio saja yang mengisi keheningan itu. Adrian tak berani berbicara sedikitpun dengan kakanya. Ia menatap ke luar jendela. Menatap langit biru yang cerah. Matahari sudah mulai condong ke arah barat namun sinarnya masih terang benderang. Carina mulai datang lagi dalam pikirannya. Ia mulai membenci wanita itu. Ia ingin sekali kembali ke kampus dan menjambak dirinya hingga menjadi botak. Tetapi sisi baik dalam dirinya kembali mengatakan tidak untuk hal itu.             Adrian adalah seorang lelaki, setidaknya ia memiliki otot yang lebih kuat dari Carina. Lagipula kedua orangtuanya tak pernah mengajarkanm Adrian maupun Stefan untuk melukai seorang wanita. Ia jadi bingung, apa yang harus ia lakukan jika Carina kembali menyerangnya lagi suatu saat.   “ Jika ia kembali melakukan hal yang tidak menyenangkan terhadapmu, aku sarankan sebaiknya kau melawan saja. Tak usah perduli dia seorang laki-laki ataupun perempuan. Men

PARADISE LOVE (CHAPTER 10)

Aku melihat semua rekan kerjaku kalang kabut. Dengan formasi yang baru aku melihat beberapa orang tampak kebingungan. Rekan satu timku Jeanie bahkan sampai menangis dan merengek kepadaku karena dia sulit menemukan ide untuk Artikel yang akan dimuat di majalah edisi selanjutnya. Apalagi Willem, semenjak meeting dadakan tadi wajah marahnya tak pernah hilang. Ia kini sedang pergi ke luar untuk membeli cemilan yang dipesan Hye Sung.           Aku melihat Arno kini sedang mendorong gantungan pakaian menuju ruang model. Tadi selesai meeting aku sempat berbicara panjang lebar dengannya. Aku meminta izin kepadanya untuk protes terhadap keputusan Hye Sung, tapi Arno tidak mengizinkanku. Sifatnya yang sabar dan tak mau ambil pusing terlalu besar. Akupun tak bisa berbuat apa-apa lagi. Selesai membereskan laporanku, aku berjlaan menghampirinya. Ia sedang memegang tumpukan kertas, kurasa mungkin itu list model baju yang akan dikenakan oleh para model untuk pemotretan.   “ Butuh bantuan? “ Ar

PARADISE LOVE (CHAPTER 9)

Ruangan rapat ini begitu terasa mencekam. Aura gelap seolah-olah menyelimuti ruangan ini. Kami semua terlihat tegang ketika menunggu wanita bernama Kim Hye Sung itu memasuki ruang meeting.           Suara sepatu itu kini kembali menggema, pintu kaca berayun terbuka. Hye Sung berjalan dan duduk di kursi yang telah kami sediakan sebelumnya. Ia duduk dengan anggun, kakinya yang jenjang dan putih mulus itu ia lipat. Lagi-lagi aku melihat wajah Al yang terpana. Hye Sung sedikit terbatuk, lalu bertepuk tangan dua kali agar kami memperhatikannya.   “ Aku harap kalian bisa fokus hari ini “ Semuanya hening dengan wajah tertunduk.   “ Aku sudah melihat semua berkas kerja kalian, semuanya sudah ada di komputerku ternyata. “ Ia lalu melemparkan tumpukan kertas di meja. Hentakan meja karena tumpukan kertas itu membuat kami semua terkejut. Apalagi Jeanie, ia sedikit menjerit sambil meremas baju Willem yang ada di sampingnya.   “ Apa ini? Penjualan majalah kita menurun derastis. Semua in

PARADISE LOVE (CHAPTER 8)

Hawa dingin semakin menyeruak menusuk kulitku, aku mengeratkan pelukanku. Tubuh Ghifari terasa begitu hangat. Aku merasakan ia menggerakkan tubuhnya, lalu sebuah tangan merangkul pinggangku. Hembusan nafas Ghifari yang hangat terasa di atas kepalaku. Kecupan manis mendarat di keningku.   “ Selamat pagi sayang “ Aku tak menjawabnya, aku malah mengeratkan pelukanku. Ghifari membawa tubuhku semakin dekat dengan tubuhnya. Kulit kami bersentuhan, aku merasakan otot-otot tubuh di balik kaus tipisnya menyembul.   “ Ayo buka mata kamu No, ini udah pagi loh kita kan harus berangkat kerja.” Aku membuka mataku, menurut pada suamiku. Aku menatap wajahnya. Matanya masih menyipit, ia tersenyum manis. Kecupan di bibrku terasa sangat manis.   “ Kita mandi, habis itu kita berangkat kerja ya? “   “ tapi aku masih ngantuk “   “ Jangan males-malesan ah. Istrinya Ghifari harus semangat dong “ Ia mencubit hidungku dengan gemas. Senyum tipis muncul di wajahnya yang tampan.   “ diliat-liat

PARADISE LOVE (CHAPTER 7)

Gambar
Gelapnya langit menandakan bahwa aku harus segera pulang. Pekerjaanku dengan Jeanie sudah rampung. Jeanie meregangkan otot-ototnya yang kaku, ia menguap. Mulutnya menganga dengan lebar.   “ Tutup mulutmu Jeanie, jorok sekali “   “ Maaf, “ katanya sambil disambung dengan tawa kecilnya.  Ia mulai membereskan semua barangnya kedalam tas.   “ Kau mau pulang denganku atau menunggu Ghifari? “   “ Aku akan menunggunya, kau pulang duluan saja “   “ ya sudah, ini kunci kantor. Jangan lupa menguncinya ketika kau pulang ya? Aku tidak mau besok si wanita korea itu memarahiku karena ada barang yang hilang. “   “ Oke! Welterusten Jeanie! Dag.. “    “ Dag mijn goede man “ ( bye my good man) Ia melambaikan tangannya lalu menghilang. Aku menghembuskan nafas dan segera mengambil ponsel di dalam saku celanaku. Menelfon Ghifari yang kini mungkin sedang menikmati film. . . .           Sudah dua puluh kali aku menelfon Ghifari, tapi tak kunjung ia angkat. Aku kesal, aku benci