Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

SIAPA YANG HARUS AKU PILIH? ( CHAPTER 20 )

“ nih! “ bang Wingky memberikanku secangkir kopi susu hangat. Aku menggenggamnya erat, tubuhku sedikit menggigil. Hawa disini dingin sekali, namun aku heran melihat anak-anak yang ada disini. Mereka masih tetap saja semangat bermain di dalam air meskipun ibu mereka sudah mengajak untuk selesai bermain di dalam air. GREPP!! Tubuhku tiba-tiba di peluk oleh Ghifari yang masih belum mengenakan baju. Otot dadanya terasa menempel di punggungku. Ia tertawa terbahak-bahak melihatku yang sedang terbatuk karena tersedak. “ Ghifari! Ngapain sih kamu. Liat tuh Arno keselek. “ bang Wingky menepuk-nepuk punggungku. “ hahahha.. biarin om! Dia kan suka kalau Ghifari peluk. Semalem dia nulis cerita kejadian kita waktu kejebak sama pohon tumbang. Arno bilang di cerita itu kalau dia suka di peluk Ghifari om “ Bang Wingky melihatku dengan tatapan yang berbeda, sediki.. SINIS!. “ Enggak bang! Ghifari ngaco “ “ alaahh.. jangan ngebantah lo cowo cantik “ ghifari menjitak kepalaku. “ Beren

SIAPA YANG HARUS AKU PILIH ( CHAPTER 19 )

   “ Lo seneng gue peluk? “ Kata-kata itu terucap dari bibirnya. Matanya masih terus membaca cerpenku. Aku gellagapan, mulutku seperti terkunci untuk menjawab.                 Mata Ghifari masih terus meneliti setiap kata-kata yang tertera di laptopku. Sesekali ia tersenyum lalu melirik ke arahku. Akhirnya ia menutup laptop itu dan menympannya di mejaku. Aku masih terduduk di kursi putar sambil memainkan handphoneku. Salah tingkah. Ya saat ini aku sedang salah tingkah. Ghifari duduk ditepi ranjangku sambil menatap dengan mata tajamnya. Ia lalu terkekeh geli melihat bibirku yang sedang manyun. Ia menghampiriku dan menggendongku ala bridal style lalu merebahkanku di tempat tidur. Ia menaikan selimutku sebatas dada. Ia kunci jendela yang terbuka lalu mematika lampu kamar dan di ganti dengan menyalakan lampu tidur.   “ sekarang lo harus tidur, besok lo gak ada jadwal kuliah kan? “ Aku mengangguk.   “ besok gue juga gak ada jadwal kuliah. Gue bakal ajak lo jalan-jalan. “   “ k

HURT ( ONE SHOOT )

Aku melihat gerak-geriknya saat bermain basket di tribun. Tubuh tingginya itu sangat cepat jika sedang ada dalam arena basket. Muhamad Zulfikar, atau yang sering aku panggil bang Zul itu kini sedang main dalam pertandingan basket antar universitas.        Namaku Andrew, aku adalah orang yang bisa dikatakan sangat dekat dengan sosok bang Zul itu. Umurku baru enam belas tahun. Aku masih kelas dua SMA. Bang Zul itu sebenarnya dulu adalah kaka kelasku. Kami kenal saat ia masih kelas tiga dan aku kelas satu. Orangnya sangat baik, dan tentunya tampan. Kebaikan dan ketampanannya itulah yang membuatku kini menjadi jatuh cinta padanya.        Aku gay! Ya aku adalah pria bisexsual yang menyukai pria dan wanita. Kini hatiku sedang tertarik dengan sosok abang ‘ bohonganku ‘ itu. PRIITT!!!        Aku berteriak kegirangan ketika peluit akhir pertandingan dibunyikan. Team bang Zul menang dengan selisih score yang sangat jauh. Terlihat dari tengah lapang basket bang Zul melompat kegirangan l

MY CUTE BOY ( ONE SHOOT )

   “ Hai kak Bima, selamat pagi “ Pria itu, pria yang selalu mendebarkan hatiku menyapaku pagi ini. Kulit putih halusnya menyentuh permukaan kulitku. Hari ini dia terlihat rapih dengan seragam sekolahnya.           Namanya Kenzie, dia satu tahun lebih muda dariku. Ia adik kelasku. Aku menyukainya ketika kita bertemu pertama kali di perpustakaan. Menurutku wajahnya sangat cantik untuk seorang pria. Mata indah dengan bulu yang lentik, hidung kecil yang mancung dan bibir cherry nya yang terlihat sangat manis untuk dicicipi. “ aahhh.. iya ada apa Kenzie? “ aku tertunduk tak berani melihat wajahnya. Rasanya hatiku ini selalu berdebar dengan kencang ketika melihatnya. Maka dari itu setiap aku bertemu dengannya aku tak berani memperlihatkan wajahku. “ Hari ini bisa ajarin aku matematika kan? Haahhh.. ada tugas yang harus di kumpulkan besok soalnya “ ia merengek sambil bergelantungan di tanganku. “ iya baiklah.. “ aku meng-iyakan dengan cepat. “ kalau begitu nanti selesai pulang