ANDERSON

Assalamualikum wr.wb.

gimana kabar kalian? semoga baik-baik aja. Ok kali ini Fikar akan mempersembahkan cerita one shoot karya Fikar lagi nih. Semoga cerita ini bisa mengobati rasa Rindu kalian hehehe...

Selamat membaca dan Fikar tunggu komentar dari kallian. Maaf kalau ceritanya GAJE dan banyak typo.

*****
Anderson

                Menunggu, mungkin itulah yang aku lakukan selama dua tahun ini. Menunggu orang yang aku cintai. Selanma dua tahun ini ia pergi tanpa ada kabar sama sekali. Aku dan dirinya telah melakukan hubungan terlarang selama lima tahun. Namun tiba-tiba dia menghilang entah kemana. Saat terakhir kali bertemu kami baru saja berkeliling menggunakan sepeda mengelilingi pusat kota Batavia. Namanya Anderson, pria keturunan petinggi Netherland yang aku cintai. Latar belakang keluarganya begitu sangat terhormat. Ia keturunan darah biru yang sangat dihormati oleh masyarakat disini.
                Kami berdua bertemu ketika orang tua kami rapat pertemuan disebuah gedung tua yang berada dipusat kota Batavia.  Anderson adalah pria yang baik, wajahnya tampan dengan sedikit bintik-bintik hitam dikedua pipinya. Rambutnya pirang sama sepertiku. Usianya baru 20 tahun saat kami terakhir bertemu.
                Kini sosok yang aku cintai itu menghilang entah kemana. Aku merindukan sosok Anderson. Sehingga setiap kali aku merindukannya akku selalu memeluk baju miliknya yang dulu pernah ia tinggalkan dirumahku.
Tok.. tokk... tookk..
                Ketukan pintu itu membuyarkan lamunanku, dengan langkah gontai aku keluar dan membukakan pintu. Seseorang berdiri dengan tegap didepan pintu. Tubuhnya tinggi dan.., ya tuhan apakah ini Anderson. Anderson pria yang kucintai..
“ Hans.., ini aku Anderson. Kekasihmu.. “
Aku memeluknya dengan erat, rasa rinduku meluap kali ini. Tangisanku tak bisa kubendung lagi, aku menangis dibahunya. Tangan dingin Anderson mengusap kepalaku..
“ aku merindukanmu Anderson “
“ aku juga merindukanmu, maaf aku harus meninggalkanmu lama. Ada sesuatu yang terjadi padaku dua tahun lalu setelah kita pergi bersepeda “
“ memangnya kenapa? “
Bibir tipisnya itu tersenyum dan ia kembali memelukku.
“ suatu saat nanti kau akan tau apa yang terjadi padaku. Aku telah lama mencarimu Hans, sekarang aku akan selalu tinggal bersamamu disini “
Inilah hari pertamaku bertemu dengannya kembali. Akhirnya aku kembali menemukan separuh hatiku yang telah lama hilang.
*****
                Aku berlari ditaman kota bersamanya, kami baru saja pulang dari sekolah musik yang sudah kami jalani selama tujuh tahun. Aku sangat mencintai musik begitu juga dengan Anderson. Orang-orang pribumi melihatku keheranan yang sedang berlari dan bercanda tawa dengan Anderson.
“ Sedang berbicara dengan siapa den? “ tanya salah satu rakyat pribumi padaku.
“ kamu tidak melihat? Saya sedang berbicara dengan Anderson. “ kataku sambil memgang tangan Anderson yang dingin.
Rakyat pribumi itu mengernyit dan melihat ke arah sampingku tepat dimana Anderson berdiri. Ia lalu berlari ketakutan seperti melihat hantu.
“ ada apa dengannya? Kenapa dia berlari seperti itu? “
“ entahlah, eemmm... Hans lihat wajahmu berkeringat. Biar aku lap dengan saputanganku “
Tangan dinginnya itu mengelap keringatku. Saat berlari tadi aku memang banyak mengeluarkan keringat, namun aku heran dengan Anderson. Kenapa tak ada satupun keringat yang menetes dari wajahnya. Ia tak terlihat lelah sama sekali. Padahal kami berlari sangat jauh.
“ kau tak kelelahan Anderson? Aku tak melihat setitik keringatpun diwajahmu “ kataku sambil memegang pipinya yang sedingin es. Wajahnya terlihat begitu pucat, berbeda seperti saat dua tahun yang lalu.
  “ wajahmu juga pucat, apa kamu sakit? “
  “ aahh... sudahlah, kau tak usah memikirkanku. Ayolah kita pulang, bukannya kau harus menghadiri acara pidato ayahmu? Jika terlambat nanti kau bisa dimarahi olehnya “
“ kau benar Anderson, ayo kita pulang “
Ku genggam kembali jemari Anderson kekasihku.
.
.
.
                Malam ini bangsa kami, Bangsa orang Netherland sedang mengadakan pertemuan besar-besaran disebuah gedung mewah dekat taman kota. Aku hadir bersama keluargaku dan juga Anderson. Malam ini Anderson terlihat gagah dengan baju bangsawannya. Aku begitu beruntung bisa memilikinya sebagai kekasih.
Saat ayahku berpidato, aku hanya duduk di bangku pojok berduaan dengan Anderson. Kami saat ini sedang menyantap kudapan yang dihidangkan oleh para juru masak.
“ kau terlihat tampan malam ini Hans “ kata Anderson padaku sambil mengusap pipiku lembut.
Aku kembali merasakan kulitnya yang dingin dan lembab, bulu romaku sedikit bergidik namun ku abaikan. Mungkin ini hanya pengaruh pendingin ruangan yang ada di ruangan ini.
“ kau juga terlihat tampan, namun wajahmu masih tetap pucat. Kau sebenarnya kenapa Anderson. Apa yang terjadi denganmu? “
“ aahh.. sudahlah, jangan kau fikirkan tentang wajahku yang terlihat pucat dan dingin. Yang penting aku masih terlihat tampankan untukmu? “
Aku tertawa bersamanya, seorang pelayan lewat didepanku dengan tatapan anehnya. Lalu ia berhenti kepadaku sambil bertanya.
“ anda sedang berbicara dengan siapa tuan? “ tanya pelayan berwajah pribumi itu.
“ apa kau tidak lihat? Aku sedang berbicara dengan pacarku yang tampan. Tuan Anderson , sudahlah lebih baik sekarang kau pergi dari sini “ usirku.
Pelayan itu terlihat keheranan lalu pergi menjauh dariku.
                Acara pertemuan bangsaku sudah selesai, semua tamu undangan telah pulang begitu juga dengan ayah dan ibuku. Kini hanya tinggal aku dengan Anderson yang masih duduk di bangku depan gedung mewah klasik ini. Anderson menahanku untuk pulang, ia masih ingin berbicara denganku. Malam ini menjadi malam yang sangat romantis bagiku.
                Bagaimana tidak? Anderson menciumku  lalu ia memberikan bunga mawar merah yang indah. Bibirnya terasa sangat dingin, namun aku menikmati ciuman. Saat ini ia sedang merangkul tubuhku, kami saling menghangatkan badan walaupun sebenarnya aku tak merasakan hangat dalam tubuhnya. Yang kurasakan malah sebaliknya.
“ Hans, bagaimana jika aku meninggalkanmu lebih dulu? Apa kau akan bahagia hidup didunia ini? “ tiba-tiba Anderson bertanya seperti itu padaku.
  “ aaiisshhh.. kenapa kau berbicara seperti itu padaku? Ya pasti aku akan sedih jika ditinggal olehmu. Kau tahu? Kau adalah orang yang berharga dalam hidupku, maka dari itu selama dua tahun kau meninggalkanku aku sangat terpuruk Anderson. Berjanjilah untuk tidak meninggalkanku lagi “ kataku dengan manja sambil terus merangkul tubuhnya yang terasa sedingin es itu.
              Untuk beberapa saat Anderson terdiam, ia hanya memainkan rambut pirangku. Lalu tiba-tiba ia bangkit dan mengajakku pulang.
  “ kau mau mengantarkanku sampai rumah? “
  “ tentu saja Hans, apa yang tidak untukmu? Oh iya Hans, ingat ya aku akan selalu menyayangimu. Maskipun suatu saat nanti kita berpisah namun kau harus ingat namamu akan selalu terukir dalam hatiku karena aku begitu mencintaimu. Aku adalah pria yang beruntung bisa memilikimu. Berjanjilah kau juga akan terus mencintaiku sampai akhir hayatmu Hans “ Dia mencium keningku, lagi-lagi aku bisa merasakan bibirnya yang sangat dingin itu.
“ ya aku berjanji untuk tetap mencintaimu apapun keadaanmu dan dimanapun kamu berada. Karena aku juga mencintaimu Anderson “
******
Malam itu adalah malam terindah begitu pula malam terakhir bagiku bertemu dengan Hans. Setelah malam itu, aku kehilangan dia kembali. Entah kemana dia pergi. Hatiku kembali hancur dibuatnya.
Hingga akhirnya aku putuskan untuk mencari dia kerumah, dengan menaiki sepeda aku pergi ke kediaman tuan Powel untuk menemui Anderson. Namun nihil, rumah itu terlihat sangat sepi seperti tak ada penghuninya. Setelah aku tanyakan kepada warga pribumi ternyata keluarga tuan Powel telah pindah rumah dua tahun yang lalu.
Setelah kutanyakan kepada beberapa warga pribumi, akhirnya aku menemukan alamat rumah kediaman Anderson. Tanpa pikir panjang aku pergi menuju rumah baru kediaman tuan Powel. Setibanya disana, aku disuguhkan dengan rumah kecil bergaya klasik di sebuah daerah yang masih sepi untuk ditempati. Hanya ada beberapa rumah orang Netherland dan selebihnya adalah gubuk-gubuk tua milik para rakyat pribumi.
Aku memasuki rumah ini dengan hati-hati, nyonya Anderson  menyambutku dengan senyuman dan tangis haru. Saat aku tiba diambang pintu ia berlari dan memelukku dengan erat.
“ nyonya ada apa ini? Kenapa kau menangis seperti ini? “
“ Kenapa kau baru datang ke kediaman kami Hans? Aku dan suamiku telah menunggumu lama “
Setelah itu, datanglah Tuan Powel yang langsung terlihat kaget melihatku. Ia juga berurai air mata saat melihatku. Aku merasa sangat kebingungan dengan tingkah aneh mereka yang menangis saat melihatku. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan oleh keluarga ini padaku. Dari tadi aku juga tak melihat Anderson dirumah? Apa dia sedang pergi ke sekolah musiknya siang ini? Entahlah, namun aku dibuat bingung kali ini oleh keluarga tuan Powel.
“ nyonya, bisakah aku bertemu dengan Anderson, sepertinya dari tadi aku tak melihat keberadaanya disini. Dia kemana? “
Pertanyaanku tak dijawab, mereka hanya saling berpandangan dengan tatapan sedih. Nyonya Powel bangkit dari kursi beludrunya lalu mengambil surat dan menyerahkannya padaku.
“ apa ini? “ tanyaku.
“ sebaiknya kau baca surat itu setelah kau tiba dirumah. Hari sudah sore dan sebaiknya kau pulang sebelum orang tuamu mencarimu Hans “ Tuan Powel memberikan saran padaku.
****
              Surat kumuh ini masih kugenggam dalam tanganku. Surat ini terlihat begitu sangat kusam dengan noda-noda tanah disekelilingnya. Kubuka surat ini sambil merebahkan tubuhku di atas kasur yang terbuat dari kayu mahognei .





Mungkin, disaat kau membaca surat ini aku sudah tidak ada di sisimu lagi. Maafkan aku Hans karena aku tak bisa menemanimu lebih lama. Kau tahu? Aku mencintaimu dengan segenap hatiku. Dihatiku hanya tertulis namamu dan tak ada seorangpun yang bisa menggantikan namamu dihatiku.
        Maafkan aku karena aku pindah rumah bersama keluargaku. Sebenarnya ayah dan ibu menyuruhku untuk memberitahukanmu tentang kepindahanku ini. Namun aku menolaknya karena ada satu rahasia besar yang aku sembunnyikan darimu. Dalam surat ini aku akan memberitahukanmu rahasia besar itu.
Kau masih ingat ketika kita terakhir kali bertemu? Waktu itu aku mengajakmu berkeliling dengan sepeda mengelilingi kota batavia? Hari itu merupakan hari yang sangat menyenangkan bagiku. Namun tak lama kemudia kesenangan itu pudar. Seorang rakyat pribumi memperkosaku dengan paksa. Tubuh besar mereka menyekapku dengan kuat dalam gudang padi. Dalam gudang padi itu aku menjerit kesakitan dan menangis. Tubuhku bagaikan boneka yang sedang dimainkan oleh anak perempuan saat itu. Mereka memperlakukanku dengan kasar hingga aku jatuh pingsan.
Aku ditemukan oleh seorang prajurit anak buah ayahku dalam keadaan tanpa menggunakan busana. Setelah kejadian itu keadaan tubuhku memburuk. Berat badanku turun derastis dan aku menjadi mudah sakit. Jika kau melihat tubuhku sekarang kau pasti akan tertawa. Kau tahu? Tubuhku sekarang seperti sebuah boneka kayu, sangat kurus sekali..
Minggu lalu aku diperiksa oleh dokter yang ayah datangkan langsung dari Netherland. Dokter itu berkata aku terkena penyakit mematikan yang disebabkan oleh hubungan badan itu. Penyakit itu kini telah menggerogoti tubuhku Hans. Penyakit itu kini telah membuatku menjadi menderita seperti ini.
Saat menulis surat ini, keadaan tubuhku sudah sangat lemah. Aku menulis surat ini dengan tenagaku yang tersisa.
Jika suatu saat nanti aku tak bisa bertahan lama, aku mohon kau jangan menangis. Ingatkan jika kau menangis maka wajahmu akan terlihat jelek?
Tenang saja, meskipun suatu saat nanti aku tiada, aku akan tetap ada disisimu. Aku akan menjagamu sampai kapanpun karena aku mencintaimu.
Jangan menangis ya? Dan maafkan aku karena tidak bisa menemanimu lebih lama...
Aku akan terus mencintaimu hingga kapanpun....


Anderson

Mataku mulai mengeluarkan air mata. Aku tak menyangka ternyata kekasihku Anderson sangat menderita seperti ini. Anderson, maafkan aku karena disaat kau sedang kesakitan aku tak berada disampingmu.
                Aku segera bangkit dan kembali pergi menuju rumah Anderson untuk mencari tahu keberadaanya sekarang. Setibanya disana, Nyonya poerll mengajakku ke sebuah tempat. Tak memakan waktu lama untuk tiba ditempat yang kami tuju.
Dibawah pohon besar yang rindang, aku melihat sebuah gundukan tanah.
“ inilah tempat peristirahatan terakhir Anderson “ kata nyonya Powell dengan nada lirih menahan isak tangis.
                Saat itu aku merasakan lututku lemas tak bisa berdiri, Tangisanku pecah. Aku berlari mendekati tempat peristirahatan terakhir Anderson. Kupeluk bati nisan yang kini sedikit kusam dimakan usia. Phon rindang yeng menanungi  rumah terakhir kekasihku ini juga terlihat sangat tua. Akar merambat yang dimiliki pohon itu kini melindungi rumah kekasihku dari terik matahari.
                Angin berhembus menyapa lembut kulit pipiku yang kini sedang berurai airmata. Perasaanku terasa sangat hampa ketika tahu bahwa belahan jiwaku kini sudah pergi meninggalkanku. Lantas siapa manusia yang menyerupainya kemarin? Apakah itu arwahnya? Anderson... apa kau merindukanku?
                Maaf ketika kau sedang menderita aku tak ada disampingmu. Aku malah berdiam diri dan tak mencarimu. Sekarang, aku harap kau bahagian disisinya. Suatu saat nanti, aku akan menyusulmu dan menemuimu kembali, dan aku akan menjadi milikmu selamanya..
                Kurasakan kembali angin yang berhembus, namun kini aku merasakah seseorang sedang memelukku dari belakang.
“ maafkan aku karena aku meninggalkanmu. Kau harus kuat dan jangan menangis. Ingatlah, aku akan terus berada disampingmu “
Suara Anderson terdengar begitu jelas berbisik ditelingaku. Aku berbalik dan melihat sosoknya, sungguh dia terlihat begitu tampan. Aku memeluknya dengan erat. Aku menciumnya, mungkin ini terakhir kalinya aku bertemu dengannya.
“ terimakasih karena kau telah menjadi bagian dalam hidupku. I’ve never been forget you baby.. ingatlah aku akan selalu ada dihatimu. Aku tak akan pergi jauh darimu karena aku mencintaimu “ tiba-tiba bayangannya memudar.
              Aku menjerit menyebutkan namanya, namun angin telah berhembus memabawanya pergi. Tubuhku kembali ambruk di atas tanah. Cairan bening itu kembali membanjiri pipiku.
              Anderson.., terimakasih kau telah menjadi bagian dari hidupku. Terimakasih kau telah melindungiku dan selalu membuat diriku terasa istimewa. Aku harap kau bisa hidup tenang disana...
Remember! I always love you forever.
Your name always be written in my heart.
In here i will always keep my heart to still loving you.
I hope you live happily there my dear
I Lve You Anderson.......


MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA, TOKOH, TEMPAT, CERITA, ATAU PENGALAMAN YANG PERNAH DIALAMI OLEH PEMBACA. CERITA INI HANYALAH KARANGAN FIKTIF BELAKA.


The Story inspirated by : GLEE and DANUR (buku karya Risa Saraswati)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA SEGI EMPAT ( CHAPTER 15 )

I JUST LOVE YOU ( TWO SHOOT )

KARAM (Kama & Rama) #Bagian1