Cinta Segi Empat ( Chapter Six )


Aku  sedang terduduk diam di dalam tenda. Rasanya aku masih malu dengan kejadian tadi. Bayangkan saja, di peluk didepan banyak orang yang sedang memperhatikan kita? Mungkin wajahku saat ini masih merah merona.
Seseorang membuka tenda, saat ku tengok ternyata itu Ghifari.Dia duduk di sampingku.
 “ lo gak kepanasan diem disini? Keluar lagi yok “ Ghifari menarik tanganku seraya berdiri dari tempat duduknya.
Ku tepis tangannya dengan cepat.
  “ Lo kenapa no? Lagian tadi gue meluk lo gak sengaja kok. Lo jangan ke PD’an deh...! ayo cepetan keluar dari tenda! “ bentaknya padaku.
  “ Gak, gak mau! Arno mau disini aja. “ Aku balik membentaknya.
  “ Ooohhh.., berani lo ya lawan gue? Keluar kagak atau gue hukum lo untuk ambil kayu bakar? “
Aku meliriknya sejenak. Wajahnya merah padam seperti kepiting rebus. Dia sedang sangat marah sekarang. Tapi.., aku tetap diam dan membuang jauh-jauh pandanganku darinya. Akhirnya karena aku tidak menurutinya, dia menyeret ku keluar seperti menyeret anak kucing yang maling ikan. Bajuku dia remas hingga kusut. Dia mendorongku hingga aku tersungkur ke tanah. Semua mata tertuju padaku dan Ghifari.
  “ SEKARANG LO CARI KAYU BAKAR BUAT NANTI MALEM ACARA API UNGGUN! BAWA KAYU SEBANYAK MUNGKIN. ATAU ENGGAK, GUE AKAN HUKUM LO LEBIH BERAT DARI INI “ bentaknya kasar.
Aku bangkit dan segera menelusuri jalan setapak untuk mencari kayu bakar. Damn!

*****
                Waktu sudah menunjukkan pukul 21:00. Memang waktu terasa cepat berlalu. Saat ini semua mahasiswa junior sedang berkumpul di tengah perkemahan. Rencananya malam ini kami akan melakukan sebuah acara yang sudah asing lagi dalam pelantikan. JURIT MALAM! Ya kalian pasti taulah apa itu jurit malam. Para mahasiswa junior di bagi dalam beberapa kelompok. Di tiap kelompok masing-masing di bimbing oleh 2 orang mahasiswa senior. Kelompokku di dampingi oleh senior yang lumayan baik. Mereka berdua adalah kak Ganjar dan kak Hana.
                Saat aku sedang di berikan instruksi oleh kak Ganjar dan kak Hana, tiba-tiba Ghifari mendekatiku. Lalu ia memberikan mantel tebalnya untukku.
  “ Nih, inget ya selama perjalanan lo pake mantel gue. Udara malem ini dingin. Gue gak mau nanti lo sakit. Inget, jangan lepas jaket ini sepanjang perjalanan. Sekarang gue mau pergi ke pos terakhir dulu. Sampai jumpa di pos terakhir “ ucapnya padaku.
Yaaahh... hati angel nya mulai kembali. Tadi siang dia memarahiku habis-habisan sampai aku di hukum untuk mencari kayu bakar. Sekarang, dia berlaku baik padaku dengan memberikan mantelnya. Itulah Ghifari, pria yang memiliki dua kepribadian.

@@@@@

Sepanjang perjalanan, kami di uji dengan beberapa rintangan. Saat di pos kedua misalnya, kami di perintahkan untuk melewati beberapa rintangan yang biasanya untuk pelatihan tentara. Di suruh untuk merangkak di tanah lah, itulah, inilah. Membuat badanku lelah sekali. Di pos mental yaitu pos yang terakhir, kami di marahi habis-habisan. Ghifari pun sama memarahi kami semua. Di pos kelima pun kami di perintahkan untuk mencium kaki para senior. Sungguh momen itu sangat menyebalkan bagiku!
                Saat ini kami semua tinggal melaksanakan acara yang terakhir yaitu api unggun. Aku sedang duduk di bongkahan kayu yang tergeletak tak jauh dari tenda peristirahatanku. Menunggu beberapa senior yang masih berada di pos untuk kembali ke perkemahan termasuk Ghifari dan Agam.
                Tak lama kemudian Ghifari dan yang lainnya tiba di perkemahan. Para senior yang sudah berada di perkemahan pun mulai menyibukkan dirinya untuk mempersiapkan acara api unggun malam ini.
Tepat pukul 23:00 acara api unggun di mulai. Kami semua bersenang-senang merayakan acara akhir OSPEK ini. Besok pagi-pagi sekali kami akan pulang pukul 08:00. Tadi, Ghifari sempat berbicara sebentar di hadapan kami semua. Dia mewakili seluruh panitia meminta maaf kepada kami para mahasiswa junior jika selama ini sering membentak. Sekarang wajah Ghifari sedang berseri-seri. Senyumnya yang manis itu menambah indah wajahnya. Apalagi saat ini wajahnya terkena cahaya dari api. Wajahnya jadi tampak kelihatan jelas terpancar ketampanannya.
                Ada rasa kecemburuan yang merasuk kedalam hatiku saat melihat Ghifari dan Khansa sedang bersenda gurau bersama. Mereka saling menggelitik satu sama lain, mencubit pipi, dan.. banyak sekali yang di lakukan mereka. Aku lihat Khansa senang begitu juga dengan Ghifari. Lalu aku menjauh dari keramaian itu. Menyendiri...
                Aku tak kuat melihat candaan mereka berdua, ya tuhan... ada apa dengan perasaanku ini. Aku tak boleh cemburu!
Aku berada di belakang tenda, sedang melihat bintang-bintang yang bertaburan di langit malam. Angin yang dingin menyeruak menusuk ke dalam kulitku. Petikan gitar dengan alunan suara seorang perempuan terdengar jelas di telingaku.
                Ketika aku menengok ke sebelah kananku, aku melihat Agam yang sudah terbaring di sampingku. Entah sejak kapan dia berada di sampingku.
  “ Kenapa? Lo kaget ya ngeliat gue di samping lo? “ tanya Agam saat ia memandang wajahku yang sedang mengernyitkan dahi.
  “ Enggak ko, kak Agam ngapain kesini bukannya gabung sama temen-temen yang lain? “
  “ Harusnya gue yang nanya gitu sama lo. Ngapain lo sendirian disini? Kenapa kagak gabung sama yang lain? “
  “ Aku lagi pengen sendirian kak. Kayanya lebih enak menyendiri deh ketimbang rame-rame begitu “ jelasku padanya.
  “ Sendirian itu gak enak tau. Sunyi.., kalau sendirian itu hidup gak berwarna rasanya. Oh ya tadi gimana jurit malamnya? Menurut kamu seru gak? “ Agam bangkit dari tidurnya lalu duduk merapat ke arahku.
  “ Seru begimana kak? Kita semua di takut-takutin, di marahin, di suruh tiarap lah, inilah, itulah, kaka juga kenapa tadi bentak-bentak aku sih waktu di pos tiga? Ludahnya ampe muncrat-muncrat lagi ke muka aku “ ku cubit pinggang Agam.
  “ aduh sakit dong, Gue tuh di suruh buat mara-marahin lo sama si Ghifari. Ya udah deh gue turutin aja apa kata dia. Emang tadi gua marahnya kaya beneran ya? “
  “ oohh.. jadi Ghifari yang nyuruh kaka marah-marahin aku? Hheeeuuuhhh... emang bener tu anak satu. Kalau aku gak numpang di rumahnya dan seandainya dia bukan temen sahabat ayahku udah aku tonjok tu mukanya “ kataku sambil mengepalkan tangan bak pemain tinju.
  “ hahahahaha.. lo tuh ya lucu.. “ Agam mencibir hidungku. Aku meringis kesakitan..
  “ Arno, menurut lo Ghifari itu kaya gimana sih? Gue pengen tau “ tambahnya.
  “ Kak Ghifari itu orangnya baik, Cuma kadang-kadang sifat baiknya itu suka ngilang gitu aja dan berubah jadi jahat. Pokoknya kepribadian Ghifari itu susah di tebak deh. Kadang-kadang baik, kadang-kadang juga jahat plus jail “
Agam hanya menganggukkan-anggukkan kepalanya.
  “ Eh liat tuh ada bintang jatuh, ayo cepet make a wish “ Agam langsung memejamkan matanya dan merunduk.
Akupun sama mengikuti nya. Aku berdo’a agar aku mempunyai seorang kekasih yang bisa melindungiku. Aku ingin mempunyai guardian angel yang selalu menemaniku dan menjagaku setiap saat.
  “ No, apaan permintaan lo. “
  “ eeemmm.... kasih tau gak ya? “
  “ Ayolah kasih tau gue! “ ucapnya penasaran.
  “ Ok ok,Arno harap Arno punya seorang guardian angel yang bisa lindungin Arno setiap saat “ ucapku lirih.
Agam hanya tersenyum saja.
  “ Kalau kak Agam wish apaan? “
  “ Haaaahhh... mau tau aja lo “ Agam mengacak-acak rambutku hingga berantakkan
  “ Kak AGAAAAAMMMM..............!!!!!!!!!!!! “ teriaku dengan geram.

******
                Malam semakin larut. Kini semua mahasiswa sudah memasuki tendanya masing-masing begitu juga dengan aku, Ghifari, dan Agam.
Aku tak bisa tidur malam ini, dengkuran Agam sangat membahana di dalam tenda. Heeeuuhhh... cakep-cakep ngorok! Udara yang masuk pun membuat bulu-bulu yang ada di tubuhku meremang. Dingin sekali rasanya.
Dengan lembut, tangan Ghifari melingkar di pinggangku. Lalu ia menarik tubuhku untuk merapat ke tubuhnya. Hembusan nafasnya terasa di kulit leher belakangku. Lalu ia berbisik pelan.
  “ Lo kedinginan kan? Sekarang lo balik ke hadepan gue “ perintahnya.
Aku segera berbalik menghadapnya.
  “ Sekarang lo bakalan anget, gue bakalan peluk lo sampe lo ngerasa nyaman “ Ghifari menarik kepalaku ke dada bidangnya. Lalu ia menyelimuti tubuhku dan tubuhnya dengan selimut yang tebal.
Sungguh aku merasa nyaman saat di peluk Ghifari seperti ini. Tak terasa akupun mulai terlelap di dalam pelukan Ghifari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA SEGI EMPAT ( CHAPTER 15 )

I JUST LOVE YOU ( TWO SHOOT )

KARAM (Kama & Rama) #Bagian1