Cinta Segi Empat ( Chapter 12 )


SUDUT PANDANG GHIFARI
Mataku terbelalak melihat Arno tergeletak di hadapanku dengan bercucuran darah dari kepalanya. Ia memejamkan matanya. Saat ku lihat, Zain sedang memegang pecahan botol. Sialan! Aku berlari ke arahnya dan kuberikan satu pukulan di wajahnya.
                Ku pukul mantan pacarku ini dengan membabi buta. Aku tak perduli kalau nantinya dia akan mati.
  “ Kenapa lo lakuin ini BANGSAT!! “ teriakku padanya. Air mataku mengalir..
  “ aku gak suka kamu deket sama anak itu! Aku masih cinta kamu Ghif “
  “ Diem lo! Kita udah putus. Sekarang jangan ganggu gue sama Arno lagi!! “
Suara sirine polisi terdengar di luar sana, beberapa polisi telah masuk dan menangkap Zain dengan lima temannya. Ku hampiri Arno, lalu aku menggendongnya. Segera ku bawa ia ke rumah sakit dengan keadaan yang masih telanjang.
*****
Suara roda brangkar terdengar dengan jelas menggema di lorong rumah sakit yang aku datangi ini. Di atas brangkar itu tergeletak seseorang yang aku sayangi saat ini. Kepalanya masih berbalutkan darah. Mata manisnya yang selalu bersahaja itu kini terpejam.
                Air mata tak bisa aku bendung, mengalir di pipiku. Sebagian menetes ke wajah Arno. No, kenapa sih kamu yang harus begini. Harusnya tadi aku yang kena pukulan botol itu. Tapi kamu dengan berani menghalangi pukulan itu dariku. Aku berhutang nyawa padamu no. Aku janji aku akan melindungi kamu.
  “ maaf mas, mas tunggu disini ya! “ seorang suster menahan diriku tepat di depan ruang bertuliskan UGD.
Aku terduduk lemas di kursi tunggu berwarna biru ini. Ku renungkan apa yang telah terjadi tadi. Coba saja jika aku tadi berada di rumah menemaninya. Semua ini pasti tidak akan terjadi. Aku menyesal, sangat menyesal..
Maafkan aku no..
@@@@@
`               sudah setengah jam aku menungggu disini tapi dokter ataupun suster belum ada yang keluar untuk memberikan kabar. Aku semakin cemas dengan keadaan Arno. Tuhan.. lindungilah dia, berikanlah dia keselamatan.
                Suara pintu terbuka, sosok pria paruh baya dengan jas putihnya berdiri di hadapanku. Aku bangkit dan menanyakan kabar Arno padanya.
  “ Dok bagaimana keadaan Arno? “
Dokter itu lama terdiam, lalu menghembuskan nafas dan berbicara padaku
  “ tenang saja, temanmu baik-baik saja. Hanya kulit kepala belakangnya robek, tapi tenang kami sudah jait robekan itu. Mungkin beberapa menit lagi ia akan siuman. “ jelasnya.
Haaahhh... aku bernafas lega mendengarnya, alhamdulillah ya allah..
  “ apa saya boleh masuk dok? “
  “ ya tentu boleh, silahkan. “

SUDUT PANDANG ARNO
                Kilau cahaya putih itu sangat terang di ujung sana. Dimana aku sekarang? Apa aku masih hidup? Tunggu.. aku melihat sosok seseorang di ujung sana.
                Bapak..!! ya itu bapakku. Ia tersenyum padaku.
  “ Arno, bagaimana kabarmu nak? Semoga kamu baik-baik saja “ ujarnya
  “ Pak, Arno kangen sama bapak. Bapak jangan tinggalin Arno lagi.. Arno masih butuh bapak disini. “
  “ maaf nak tapi bapak harus pergi, kamu hati-hati ya nak. Jaga ibumu dan kaka mu. Bapak akan terus mendo’a kan mu disini “
  “ tapi pak... jangan pergiii... Arno sayang bapak. Arno mohon tinggal disini pak sama Arno. Arno pengen ikut sama bapak “ aku berteriak, tapi percuma! Bapak tidak menengok ke arahku.
  “ bapaakk... jangan tinggalin Arnoo.. “
*****
  “ Arnoo.. bangun no, kenapa lo teriak-teriak manggil bapak lo. Lo ngigo ya, ayo no bangun.. “ suara itu membangunkanku.
Mataku perlahan-lahan terbuka, rasa sakit mulai mendera kepalaku. Aku mendesah, sesosok pria di hadapanku sedang tersenyum sambil mengelus-elus rambutku. Itu Ghifari, my lovely boy.
                Air mataku menetes kembali, membayangkan yang telah terjadi padaku. Ghifari memelukku erat. Ia menempelkan wajahnya di wajahku.
  “ kenapa lo nangis no? Lo tenang aja. Gue di sini ko nemenin lo “
  “ Arno masih takut kak.., Arno takut dengan semua kejadian yang udah nimpa arno “ rengekku di pelukannya.
  “ sssttt.. udah-udah, sekarang lo aman! Zain udah di tangkep polisi. Sekarang mendingan lo minum dulu deh “ ujarnya.
                Ia mengambilkanku sebotol air mineral dan menyodorkannya kepadaku. Haduuhh.. apa dia tidak berfikir kalau aku masih sakit? Aku kan tidak bisa bangun untuk meminumnya.
  “ loh ko gak di minum? Ayo minum cepetan “ paksanya sambil menyodorkan botol minum itu ke mulutku.
  “ eemm... kaka oon atau bego sih? Aku gak bisa minum botol ini langsung. Aku masih belum bisa bangun. Pake sedotan ke atau suapin sedikit-sedikit pake sendok “
Ia menggaruk-garuk kepalanya sambil nyengir.
  “ hehehehe.. ia gue lupa. Sedotan gak ada, jadi di suapin aja ya pake sandok “
Ghifari mengambil sendok plastik yang tersedia di laci sebelah ranjangku. Lalu ia menuangkan air mineral dari botol ke dalam gelas. Ia menyuapiku dengan perlahan.
  “ buka mulutnyaaa.. “
Kubuka mulutku, ia menyuapiku. Tapi emang dasar Ghifari, dia malah menumpahkan air dalam sendok itu di hidungku.
  “ kaka gimana sih? Niat gak nyuapin aku? Udah tau aku lagi sakit gini “ aku mendengus kesal padanya.
  “ ya maaf deh maaf! Nih buka lagi mulutnya “
Aku kembali membuka mulut, dan kali ini suapannya masuk ke dalam mulutku. Ia berlonjak kegirangan saat air berhasil aku telan. Dokter masuk ke dalam ruanganku dan tertawa melihat tingkah Ghifari.
  “ waaahh.. mas nya seneng yah adeknya udah siuman? “ tanya dokter muda itu.
  “ gimana keadaannya? Kamu masih ngerasa sakit? “ tanya si dokter padaku.
  “ eeehhh... rasa sakit masih ada dok di kepala belakang saya. “
  “ oh ya sudah kalau begitu. Saya Cuma mau ngontrol aja ko kesini. Setengah jam lagi saya akan memeriksa mas lagi dan memberikan obat. Maaf ganggu kesenangannya ya mas! “ si dokter menepuk bahu Ghifari dan meninggalkan kami berdua.
SUDUT PANDANG WINGKY
                Entah kenapa hari ini perasaanku sangat tidak enak. Wajah Arno selalu terbayang-bayang di otakku. Aku sampai tak bisa berkonsentrasi untuk bekerja karenanya. Sekarang aku sedang membereskan barang-barang di kantorku.
                Besok aku akan berpindah kerja di kantor pusat perusahaanku di Jakarta. Nanti disana aku menjabat sebagai GM. Bos ku mempercayakan jabatan ini kepadaku dengan alasan aku memiliki prestasi kerja yang baik. Ada rasa senang menyelimuti hatiku karena aku akan kembali bertemu dengan Arno.
  “ hei calon GM! Di panggil bos tuh “ Wanda teman kantorku berdiri di depan bilik kerjaku.
  “ aaiihh belom juga jadi GM lo udah manggil GM. Dasar gendut.. “ ledekku.
  “ ky, lo di panggil bos tuh. Cepetan deh mendingan lo susul. Nanati di batalin lagi lo jadi GM nya. “
  “ ya kagak lah Wanda! Ya udah thanks ya “
Ku rapihkan semua berkasku yang akan ku bawa pergi ke Jakarta. Lalu aku pergi menuju ruangan bos ku.
*****
                Langit begitu mendung, hujan sedikit demi sedikit mulai turun membasahi bumi. Saat ini aku sedang berada di perjalanan menuju jakarta. Tadi aku baru saja meninggalkan rumahku dan mengambil baju-baju yang ku miliki.
                Di dalam mobil hanya ada aku dan barang-barangku saja. Ku putarkan musik untuk menemaniku sepanjang perjalanan.
Jakartaaa.. I’m coming! Arnooo.. I’m coming baby!
@@@@@
                Jam di tanganku sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Aku sudah berada di depan gerbang rumah kaka ku Arni. Gerbang tertutup dengan rapat, keadaan rumah pun sepi seperti tak ada orang.
                Ku bunyikan klakson mobilku tiga kali dengan kencang, kulihat pak ngadimin berlari dari pos satpam rumah dan langsung membukakan gerbang untukku. Kumasukan mobilku ini ke dalam garasi rumah.
                Aku turun dari mobil dan menghampiri pak ngadimin untuk menanyakan mengapa rumah terlihat sepi.
  “ Pak, rumah ko sepi? Ghifari sama Arno kemana? “
  “ eehhh.. mas Wingky. Emangnya den Ghifari gak ngasih kabar ke mas Wingky ya? “
Ngasih kabar? Emangnya ada apa sih? Aku semakin penasaran.
  “ kabar apa pak? “
  “ itu loh mas, den Arno di rawat di rumah sakit. Katanya sih kepalanya bocor gara-gara kena pukul botol sama temennya Ghifari yang sering kesini itu loh “ cerita pak Ngadimin padaku
Keresek yang ku jinjing di tangan terjatuh berserakan di tanah. Aku terkejut mendengar berita ini. Arno..? Arno pujaan hatiku saat ini sedang berada di rumah sakit.
                Semoga dia baik-baik saja. Aku harus segera kesana untuk memastikan bahwa Arno baik-baik saja. Aku meminta alamat rumah sakit dimana Arno di rawat. Tak berfikir panjang lagi aku segera pergi menuju rumah sakit.
SUDUT PANDANG ARNO
                Ghifari kini sedang menemaniku mengobrol. Sedari tadi mulutnya tak berhenti mengoceh. Sesekali ia selingi obrolan ringannya ini dengan sedikit gurauan yang membuatku tertawa terbahak-bahak.
  “ eh ia No, lo tau kan pas lo di bawa sama gue ke rumah sakit? “
  “ enggak, emang kenapa? “
  “ lo gue gendong sambil masih telanjang tau “
Dadaku berdegup kencang, mataku melotot padanya. Ia tertawa melihat ekspresiku.
  “ hah? masa sih kak? “
  “ ia gue serius. Tangan gue geli megang pantat lo. Eehh... ternyata pantat lo semok juga ya. Mulus lagi hahahahahaha... “ Ghifari mencubit pipiku.
                Seseorang mengagetkan kami berdua. Tubuh yang tinggi besar itu kelabakan mencari nafas. Wajahnya bercucuran keringat. Baju kemeja birunya pun basah setengahnya. Bang Wingky melihatku cemas. Ia segera berlari dan memelukku tanpa menggubris Ghifari yang ada disisinya.
  “ ya ampun No! Baru sehari abang tinggalin kamu udah kaya gini. Kamu kenapa No? Gimana keadaannya sekarang? Kamu gak kenapa-kenapa kan? “ bertubi-tubi bang Wingky  memberikan pertanyaan padaku.
                Bau keringatnya sangat menganggu penciumanku. Ku kipas-kipaskantanganku ke arah hidungku. Bang Wingky melihatku dengan tatapan manisnya. Matanya berkaca-kaca, senyuman tersungging di bibirnya lalu ia mengecup keningku.
                Aku terdiam sejenak. Ku lirik Ghifari, ia sedang melotot melihat tingkah Om nya yang mengagetkan. Ghifari menepuk punggung Bang Wingky.
  “ Om! Main gabruk aja! Gak tau apa ada orang disini? “ ucapnya kesal.
 Bang Wingky langsung menjauh dariku, dan ia mengaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu.
  “ heheheeh.. maaf Om gak liat kamu “
  “ masa sih? Orang Ghifari segede gini juga. Masa Om gak liat “
  “ ya maaf, abisnya Om kangen sama bocah kecil ini. Terus pas tadi dapet kabar dari pak ngadimin kalo Arno kena musibah Om jadi langsung khawatir gitu “ jelasnya sambil mengambil kursi lalu duduk di sampping Ghifari.
  “ jadi kangennya Cuma sama Arno gitu? Sebenernya yang keponakan om itu aku atau Arno sih? “ Ghifari melipatkan tangannya layaknya seorang anak kecil yang sedang marah.
  “ iya deh, Om juga kangen kamu. Sini-sini Om peluk.. “ Saat bang Wingky hendak memeluk Ghifari, Ghifari segera bangkit dan pergi menjauh.
  “ jangan peluk-peluk! Om banyak keringet tuh. Mendingan Om pergi mandi sana gih. “
  “ ia bener tuh bang! Abang bau apek. Tadi aja aku sampe gak kuat pas di peluk abang. Abang bawa baju gak? “ tanyaku
  “ abang bawa baju, ada di mobil. Ya udah abang bawa baju dulu ya “ bang Wingky mengusap-usap kepalaku dan pergi ke luar ruangan.
*****
                Malam terus berjalan semakin larut. Keadaan rumah sakit kini mulai sepi pengunjung. Di ruanganku hanya terdengar suara dengkuran Ghifari dan celotehan bang Wingky. Ya sedari tadi ia datang, ia tak lepas dari pandanganku. Ia selalu menemaniku kini. Tanganku tak lepas dari genggaman nya, beberapa kali ia mencium tanganku. Memang sih terlihat agak sedikit aneh, tapi ya inilah faktanya.
  “ Arno, kamu belum ngantuk? Tadi kata dokter kan kamu butuh istirahat. “ bang Wingky mengusap-usap kepalaku lagi untuk kesekian kalinya.
  “ enggak, Arno masih betah sama celotehannya abang. Oh iya, abang ko bisa balik lagi? Bukannya abang harus kerja di bandung ya? “
  “ uuhhh.. ya ampun.., abang lupa cerita ke kamu ya. Jadi gini, atasan abang mindahin abang kerja di kantor pusat di Jakarta. Jadi abang tinggal di Jakarta sekaraang. Abang jadi bisa terus nemenin kamu kan. Anter kamu kuliah, jalan-jalan, nonton film di bioskop, pokoknya abang bisa nemenin kamu apa aja, dimana aja, dan kapan aja kamu mau “ senyumnya tersungging kembali.
  “ oohh gitu ya. Abang belum ngantuk nih? “
  “ sebenernya cape sih dari bandung langsung kesini nemenin kamu. Tapi abang mau jaga kamu aja “
  “ aduh abang.., udah deh abang tidur aja gih. Lagian aku juga mau tidur ini. Liat tuh matanya udah maerah, tidur yaa.. “ aku mengusap pipinya lalu ia memegang tanganku.
Ia mencium tanganku kembali dengan lembut.
  “ ia abang tidur disisi kamu. Kamu juga cepet tidur ya. Good Night “
Ia mengecup pipiku lalu ia baringkan kepalanya di sisi ranjangku. Aku tersenyum membayangkan tingkah manisnya ini. Bang Wingky telah merebut hatiku sekarang. Aku bingung, aku harus memilih siapa? Ghifari, bang Wingky? Atau Agam?
  “ loohh ko matanya masih melek? “ suara bang Wingky mengagetkanku.
  “ abang... bikin kaget tau! Ia ia ia aku tidur! “
@@@@@
                Cahaya matahari menyinari mataku. Ku tutupi segera mataku dengan tangan-tanganku. Seseorang memanggil namaku lirih. Ia mengusap-usap pipiku. Saat ku buka mata, kulihat seorang wanita cantik dengan jilbab hijau mudanya.
Itu Khansa, ia tersenyum padaku dengan manis.
  “ Good Morning boy. Heeyyy..!! come on wake up. Ini udah jam tujuh “ katanya membangunkan ku.
  “ khansa? Kamu ko bisa ada disini sih? “
  “ ia No! Semalem kak Ghifari telfon aku. Dan dia kasih kabar kalau kamu masuk rumah sakit. Jadi aku kesini jenguk kamu. “
Aku tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Ku lihat keadaan ruangan di sekelilingku. Kenapa begitu sepi?
  “ Khansa, pada kemana? Ko sepi? “
  “ oohh, itu Ghifari lagi keluar buat beli makan. Kalo Om nya pergi ke kantor tuh, baru aja. Om nya Ghifari bilang aku suruh jagain kamu. Eh ternyata Om nya Ghifari cakep juga ya. Tinggi lagi, kenapa kamu bilang sih no kalau Om nya kak Ghifari cakep? Umur berapa dia? “ tanya Khansa penasaran.
                Dasar wanita! Ketumu cowok cakep aja langsung kepo haaahhh... dasar genit!
  “ umurnya duapuluh delapan. Ketuaan buat kamu sa jadi jangan ngarep yaa.. “ aku tertawa. Wajahnya cemberut, lucu sekali.
  “ iiissshhh... Arno. Eemmm... tapi bener juga sih. Kalo aku sama Om nya Ghifari nanti cepet keliatan tua. Aku cocok nya sama kamu “ ia menatapku lekat.
  “ ah kamu bisa aja. “
  “ oh ya, kamu kenapa sih bisa jadi kaya gini? Kamu tau gak aku itu khawatir waktu di kabarin kamu di rumah sakit “ ucapnya sambil memegang tanganku.
  “ biasa lah.. ada sedikit masalah. Main tonjok-tonjokkan hehehehehe... “
  “ makannya hati-hati “ ia mencolek hidungku. Aku tertawa bersamanya.
  “ maaf yah udah bikin kamu khawatir “
Lagi-lagi Khansa tersenyum manis di hadapanku. Aaahhh.. bagaikan melihat bidadari turun dari kahyangan.
  “ eh iya no, aku bawain kamu buah. Mau aku kupas? “ tanya nya sambil hendak merogoh parsel berisikan berbagai macam buah.
  “ eehhh.. jangan dulu deh, aku belum makan. Nanti aja ya “ ku tahan tangannya.
Pintu ruanganku terbuka, sosok pria tampan terlihat begitu segar hari ini. Ia membawa sebuah keresak di tangannya. Lalu ia menyimpan keresek itu di meja kecil.
  “ Eh kak Ghifari... “ sapa Khansa.
  “ eh Khansa, Arno buburnya di makan dulu yuk. Lo harus sarapan dulu abis itu minum obat. “ katanya sambil sibuk menyiapkan piring dan sendok.
Jika seperti ini Ghifari bertingkah seperti ibu rumah tangga. Tapi aku suka, itu berarti dia memperhatikanku.
  “ kak Ghifari so sweet ya! “ celetuk Khansa
  “ So sweet gimana? “ jawab Ghifari dengan muka cuek.
  “ ya so sweet aja gitu nyuapin Arno “
  “ gue bukan so sweet. Gue terpaksa nyuapin dia, dia kan lagi sakit. Jadi kagak bisa ngapa-ngapain. Kalau dia udah bisa gerak, gue juga ogah nyuapin dia “
Aku terkejut dengan ucapannya! Haaahhh.. tega sekali dia. Dasar, baru beberapa menit baik sekarang udah jutek lagi.
  “ ya udah deh, aku pulang deh ya. Nanati siang ada jadwal kuliah soalnya. Dah kak Ghifari.. dah Arno. Cepet sembuh ya.. “ Khansa berpamitan pulang.
                Ghifari duduk menghampiriku. Ia menyodorkan satu sendok bubur ke arahku. Ku lahap dengan pelan bubur itu.

CONTINUE TO THE NEXT CHAPTER

MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA, CERITA, TOKOH, TEMPAT, ATAUPUN KEJADIAN YANG PERNAH DI ALAMI PARA PEMBACA. CERITA INI HANYALAH KARANGAN FIKTIF BELAKA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA SEGI EMPAT ( CHAPTER 15 )

I JUST LOVE YOU ( TWO SHOOT )

KARAM (Kama & Rama) #Bagian1