I JUST LOVE YOU ( TWO SHOOT )
Halo guys, kali ini Fikar akan bawakan sebuah cerita two
shoot buat kalian. Cerita ini terinspirasi dari kehidupan seorang pria yang
mencintai mantan pacarnya meskipun si mantan pacar itu sekarang udah punya
pacar lagi ( sedih yaa.. :’( ). Ceritanya emang sad banget tapi tenang
aja. Insyaallah kalian bisa menikmati cerita ini. Kita mulai dari perkenalan
tokohnya dulu ya supaya ntar pas di cerita gak usah ngenalin mereka lagi.
Kita
mulai dari si pemeran utama, namnya Alden Farel Aristo. Farel nama panggilan
cowok imut ini punya wajah tirus dengan rahang yang kokoh. Matanya indah dengan
hiasan bulu mata lentik hitam legam yang sewarna dengan rambutnya. Farel ini
tokoh paling muda di cerita ini. Umurnya baru 16 tahun. Farel ini orongnya
lemah lembut, manis, sopan, dan dia punya kelebihan yang bagus dalam suara. Farel
ini seorang penyanyi cafe dan dia punya fans yang dia namain sendiri
‘Farelicious’. Farel ini gay dan dia sangat mencintai mantan pacarnya Ray
meskipun dia udah punya pacar baru.
Lakeswara Raynar, cowok yang memiliki tinggi tubuh 180
ini mantan pacarnya Farel. Umurnya 18th, dia baru aja kuliah di Universitas
perhotelan International gitu deh. Ray ini tipe cowok yang romantis. Dia suka
banget ngasih kejutan terutama sama mantan pacarnya dulu Farel. Kalo kalian
nanyain tubuhnya, jangan ditanya lagi deh. Dia itu sixpack banget!!! Mungkin
semua bottom/uke bakal kelepek-kelepek kalau liat dia lagi shirtless. Si doi
juga jago main alat musik salah satunya piano. Kalo dipasangin sama Farel pas
gak kurang deh. Cuma mereka harus putus karena ada suatu masalah yang tak bisa
mereka tahankan. Sekarang cowok tampan ini udah punya pacar yang sering ia
panggil dengan sebutan “ My sweetie “. Ray ini seorang penyiar radio yang
banyak digandrungi remaja karena suaranya yang errrrrr... bikin meleleh.
Vincent Hadi Wijaya, ini nih cowok cute yang selalu
dipanggil “My Sweetie “ sama Ray. Vincent itu tipe cowok yang cantik dan cute.
Dia punya kulit seputih susu. Kalian tau Sehun personil boyband EXO? Kira-kira
kulitnya seputih itu. Selain kulit seputih susu Vincent juga punya badan yang
tinggi ramping. Pokoknya badannya lebih anggun dari cewek. Bulu mata lentik,
hidung kecil mancung, bibir tipis warna peach yang manis bikin dia makin manis.
Ray bisa kena diabetes kalo terus barengan sama dia. Namun dibalik kesempurnaan
parasnya Vincent ini cowok yang lemah, dia punya penyakit hati yang udah
kronis. Itu sebabnya Ray sayang banget sama dia dan jagain dia dengan
hati-hati.
Tokoh terkahir nih! Ini cowok barunya Farel. Sebenernya
Farel gak suka sih sama ini cowok karena cowok ini nyebelin bin jorok banget.
Tapi demi menghilangkan cintanya dari Ray, Farel memaksakan diri untuk pacaran
sama cowok satu ini. Namanya Xavier Mikhail Abimanyu, umurnya 18thn. Nama
panggilan kecilnya Abi tapi temen-temennya lebih suka manggil ini cowok dengan
sebutan Bima. Bima ini cowok tinggi, 180cm. Badannya lumayan bagus dengan tumbuhnya
abs di perutnya. Bima punya mata sipit yang menawan. Bibir tipisnya yang merah
dengan sedikit kumis membuat dirinya keliatan lebih manly. Jangan lupakan
hidungnya! Bima punya hidung yang cukup mancung untuk ukuran orang Indonesia.
Bima ini cowok yang super jail dan ceria. Dia cowok gokil yang suka kentut
sembarangan dan ngupil dimanapun. Tapi di balik sisi joroknya dia romantis. Dia
suka rayu Farel dan terus berusaha supaya Farel bisa jatuh cinta sama dia
karena dia tau Farel masih cinta sama mantannya Ray.
Nah itu keempat tokoh
utama, nama-nama lain bakal datang seiring dengan berjalannya cerita
(cielaahhh..) sekarang kita mulai ceritanya. Siapin tisue.. hahahaha
Lectură firicit...
(selamat membaca)
*******
Aroma sate maranggi dengan ketan bakar mengudara, aroma
ini mungkin bisa membuat orang yang sedang berpuasa atau kelaparan harus
menutupi perutnya yang berbunyi dan meronta untuk meminta jatah makannya. Empat
pria yang sedari tadi menjadi pusat perhatian semua pengunjung sedang duduk di
sudut bangku. Bagaimana tidak mereka menjadi pusat perhatian? Lihat saja wajah
mereka, dua pria manis dan duanya lagi sangat tampan. Para wanita yang hadir
disana rasanya ingin bergabung dengan mereka.
Namun sepertinya para wanita itu harus
menjerit kecewa bila mereka tahu bahwa ternyata keempat pria itu gay dan mereka
sedang melakukan double date untuk mempererat hubungan mereka.
“
ini mas pesanannya. Ada yang bisa saya bantu lagi? “ tanya seorang pelayan
wanita yang sedari tadi memandang genit pada Bima.
“
Saya minta sebotol air mineral ya mba
satu, tadi lupa pesen “ kata Bima
“
iya mas, sebentar saya ambilkan “ Pelayan itu pergi sambil tersenyum bahagia
karena Bima bicara padanya.
Vincent sudah melahap sate maranggi pesanannya. Pria
manis itu sangat menyukai makanan pinggir jalan seperti ini. Mungkin lidahnya
sudah bosan dengan masakan restoran mahal yang bisa menghabiskan uang di dompet
Ray kapan saja sampai kosong. Disudut bibir warna peachnya ada bumbu sate yang
menempel. Sambil mengunyah ketan bakar Ray menghapus bumbu sate itu dengan
jempol tangannya.
“ Makasih Ray “
“ yes, my sweetie. Kamu kaya anak kecil aja belepotan. Mau aku
suapin eum? “ Ray mencolek pipi Vincent.
Dihadapannya Farel merunduk, menyembunyikan raut wajahnya
yang sakit dan sedih. Bima yang menyadari hal itu segera merangkul pundak
kekasihnya. Farel menatap wajahnya dan berkata tanpa suara ‘aku gak
kenapa-napa’ . Namun Bima tau, hati kekasihnya sedang menjerit kesakitan
melihat mantan pacar yang masih ia cintai sedang bermesraan. Bima merasakan
sakit juga, karena Farel sang kekasih masih mencintai orang lain. Bukan
dirinya..
“ ini mas botol air
mineralnya “ si pelayan kembali dengan sebotol air mineral di tangannya.
“ makasih mba “
Farel mulai mencubit ketan bakar itu dan memakannya.
Sesekali matanya ia arahkan pada Ray. Beberapa kali juga mata mereka saling
bertemu, namun Ray selalu mengalihkan perhatiannya pada Vincent.
Selesai makan malam
dengan sate, mereka berempat memutuskan untuk pergi berjalan-jalan mengitari
kota, dan mereka akan menikmati indahnya kota di tengah malam dari atas bukit.
Bima dan Farel mengendarai motor sedangkan Ray dan Vincent naik mobil pribadi.
“
Rel, pegangan sama pinggang kaka. Kita ngebut yuk. Kita harus datang lebih awal
dari Ray sama Vincent “
“
Gak usah kak, aku masih bisa pegangan ke belakang jok motor ko “
Dengan sedikit paksaan
Bima memegang tangan Farel dan melingkarkannya di pinggang. Jemari Farel
merasakan tonjolan abs di perut Bima yang keras. Beberapa detik kemudian Farel
menyandarkan kepalanya di punggung Bima yang hanya dilapisi kaus tipis berwarna
hitam. Bima membenarkan posisi duduknya di Jok agar Farel merasa nyaman untuk
bersandar di punggungnya. Beberapa menit kemudian, dengan samar terdengar
isakan tangis dari arah Farel. Bima merasakan cairan dingin merembes ke baju
tipisnya.
Ia melepaskan satu tangan dari stang motor dan mengusap
tangan Farel yang kini mulai memeluk pinggangnya dengan erat. Bima tau pasti
kekasihnya kini sedang menangisi kemesraan mantan kekasihnya.
“
maafin Farel ya kak.. “ kata-kata itu terdengar samar karena hembusan angin.
“
maaf untuk apa sayang? Kamu gak salah ko dek “ Bima terus mengelus tangan
kekasihnya.
“
Maaf Farel masih belum bisa lupain kak Ray dan Farel masih belum bisa cintai
kak Bima seutuhnya. Tapi Farel akan berusaha keras buat mencintai kak Bima
seutuhnya. “
Sebuah sayatan tak
terlihat menggores di hati Bima. Rasanya sakit, namun ia menahan karena rasa
cintanya yang besar pada Farel telah menutup luka itu.
“
kamu jangan ngomong gitu sayang, kak Bima tau ko kamu masih susah lupain si
Ray. Makasih ya karena kamu udah mau berusaha cintai kaka. Kaka hargai usaha
itu sayang. Kaka sayang kamu, jangan nangis lagi ya atau kaka gigit idung kamu
tuh “
Suara tawa lirih
terdengar di telinga Bima. Rasa lega menyelimuti dirinya karena kini kekasihnya
bisa tersenyum kembali.
Setelah menempuh jarak cukup jauh dengan berkendara,
akhirnya Bima dan Farel tiba lebih awal dari Ray dan Vincent. Farel turun dan
berlari ke tepi bukit untuk melihat lampu-lampu yang gemerlapan menerangi malam
di kota. Farel menjerit keras menyebutkan namanya. Bima dengan lembut merangkul
Farel dari belakang. Dagunya ia sandarkan pada kepala kekasihnya. Farel dengan
manis memegang pelukan itu dan ia sedikit bersenandung.
Kepadamu pencuri hati
Yang tak kusangka kan
datang secepat ini
Padamu pencuri hati
Biarkan ini menjadi
melodi cinta berdua...
Setelah lirik itu
diteruskan dengan kata-kata na na na na namun masih berirama. Bima sangat
menyukai suara kekasihnya. Menurutnya Farel memiliki suara yang menyegarkan
telinganya dari kebisingan disekitarnya. Suara itupun yang membuat dirinya
menjadi jatuh cinta setengah mati pada Farel.
Dengan nafas yang
panjang tiba-tiba Farel berteriak “ Farel cinta Bimaaa... “ suaranya yang indah
itu menggema. Bima senang mendengarnya dan ia semakin mengeratkan pelukannya
hingga menghapus jarak antara tubuh mereka.
“ Bima cinta Farel... “
beberapa menit kemudia Bima membalas teriakan itu. Mereka tertawa bersama.
Dengan gemas Bima menggigit halus telinga kanan Farel yang menimbulkan sedikit
desahan. Hawa dingin disana membuat hormon tubuh Bima memuncak dengan lembut ia
menciumi leher Farel yang putih bersih. Kecupan di tengkuk itu membuat Farel
kembali mendesah.
“
Yaaakkk!!! Ini tempat umum Bim. Ngapain si mesraan disin, pulang ke rumah sana
“ Ray menepuk kepala Bima dengan tas kecil yang ia bawa.
Ternyata Ray baru saja
sampai beberapa menit yang lalu bersama Vincent. Bima menggaruk kepalanya yang
tadi terkena pukulan ganas dari Ray. Ia melepaskan pelukannya dari Farel. Vincent
tertawa sambil menggenggam erat lengan Ray dan menutup rapat jaket kulit milik
Ray yang ia kenakan.
“
Farel, besok kamu sekolah? “ tanya
Vincent.
“
besok kan hari minggu kak Vincent “
“
Oh iya, besok main ke rumah kaka ya. Kaka harus chceck up ke dokter, ayah sama
ibu gak ada di rumah lagi keluar kota. Kamu bia temenin kak Vincent kan? “
Farel menggaruk kepala
bingung, sebenarnya ia ingin tidur di rumah besok hari dan meluangkan waktunya
untuk menonton film kesukaannya.
“
kenapa gak sama kak Ray? “ Farel melirik ke arah Ray yang sedang sibuk dengan
gadgetnya.
“
Besok kaka ada urusan. Kamu aja yang nganter Vincent ya. Kaka mohon “
Farel paling tidak bisa
melihat puppy eyes mantan kekasihnya itu. Menurutnya jika jurus puppy eyes itu
dikeluarkan ia tak bisa berdaya lagi.
“
iya deh, besok Farel ke rumah kak Vincent. “
“
yeah! bagus, Ntar kita belanja juga ya. Kak Vincent udah lama gak hang out.
Kita jalan-jalan ya besok dek “ Vincent memeluk Farel, sedangkan yang dipeluk
hanya tersenyum kuda dan menepuk-nepuk lengan Vincent.
Beberapa menit mereka lalui hanya dengan duduk dan
memandangi indahnya kota dibawah langit gelap malam. Hingga Vincent merasa
kehausan dan mengajak Bima untuk mengantarnya membeli sesuatu menggunakan motor
Bima. Kini hanya tinggal Ray dan Farel. Mereka duduk berdua di sebuah bangku
sambil masih memandangi lampu yang berkelap-kelip. Karena dingin yang menyerang
tubuh, akhirnya Ray mendekatkan diri pada Farel. Sedikit menggesekkan tubuhnya.
“
liat deh, lampunya keren ya dek “ Ray memulai pembicaraan.
“
hmmmm “ hanya itu yang di jawab Farel.
“
Gimana hubungan kamu sama Bima. Dia pacar yang baik kan buat kamu, kalian bisa
mesra secepat itu ya “
Tak ada jawaban dari
Farel.
“
Kaka boleh jujur sama kamu? “
Farel masih diam.
“ Kaka cemburu liat kamu tadi sama Bima “
dengan mata yang menerawang kedepan Ray berbicara seperti itu.
Setitik air mata menetes
dari mata Farel. Membasahi bulu matanya yang lentik. Setitik air mata itu kini
menjadi sebuah isakan tangis. Farel menyembunyikan wajahnya yang penuh derai
air mata itu dengan kedua tangannya. Ray yang menyadari itu segera merangkul
dan menenangkan Farel.
“
ssshhh... jangan nangis.. maafin kaka dek “
Saat ini Farel merasa
dipermainkan. Ray selalu mengabaikan dirinya ketika ada Vincent dan itu membuat
dirinya sakit. Namun ketika mereka sedang berduaan seperti ini Ray selalu
bertingkah seakan-akan ia masih mencintai Farel.
Ray mengusap air mata di pipi Farel dengan tangannya. Ia
menangkup wajah Farel dan menatapnya.
“
jangan nagis lagi ya? Maaf “
Setelah itu Ray memeluk
Farel. Ia merengkuh tubuh mantan kekasihnya.
“
Apa kaka masih cinta aku? Apakah masih ada cinta untuku? Apa aku bisa mengisi
kembali hati kaka? “
Keheningan kembali
menyelimuti mereka ketika Farel bertanya seperti itu. Sambil memandang cahaya
dibawah sana Ray berkata.
“
Kaka masih cinta sama kamu, terkadang kaka pengen balikan sama kamu dan
memiliki kamu seutuhnya. Tapi gak bisa, kita gak bisa bersatu. Disisi lain kaka
sekarang udah punya Vincent. Kaka juga sayang banget sama dia, dan kamu tau
Vincent lebih membutuhkan kaka ketimbang kamu. Kamu juga udah punya Bima kan?
Cobalah untuk melupakan kaka. Jangan cintai kaka lagi, ada Bima yang lebih
mencintai kamu. Cinta kita gak bisa bersatu Farel, kalau kamu terus mencintai
kaka kamu akan kesiksa karena kaka hanya memberikan cinta yang semu... Kaka
sayang kamu dan kaka gak mau kamu terluka gara-gara kaka “
Kata-kata itu cukup membuat dada Farel terhenyak dan
seperti di tumpuk oleh puluhan batu besar. SESAK rasanya.
“
mungkin setelah ini kaka akan jauhi kamu. Kaka akan bebaskan kamu sama Bima.
Kaka akan menjauh dari kamu dek. Kaka juga akan fokus sama kuliah kaka dan
fokus sama Vincent. Semoga kamu bahagia sama Bima. Boleh ka Ray minta sesuatu
dari kamu? “
“
eum? Apa itu kak? “
“
boleh kaka miliki gelang yang selalu kamu pake? Semoga dengan gelang itu di
tangan kaka, kaka bisa terus rasakan kamu ada disamping kaka meskipun kita
berjauhan dan gak bisa bersatu. “
Farel mengangguk dan
mulai melocoti gelang yang di jalin rapi. Gelang itu berwarna hijau dan oranye.
Farel memasangkan gelang itu di pergelangan tangan kanan Ray yang berbulu.
Setelah berhasil terpasang Ray memegang tangan halus mantan kekasihnya itu.
Entah siapa yang lebih dulu memulai, kedua bibir mereka menyatu. Saling
menjamah satu sama lain. Farel membuka mulutnya, memberikan jalan untuk lidah
Ray yang memaksa masuk. Didalam sana kedua lidah lelaki yang pernah bersatu itu
saling menjamah dan bergulat.
Air mata kembali mengalir, namun kali ini bukan hanya
Farel yang menangis. Tapi Ray juga menangis. Air mata mereka berdua melebur
menjadei satu. Mereka semakin mendekatkan diri dan ciuman mesra mereka bertahan
lama. Seakan inilah ciuman terakhir mereka..
******
“
Kondisi hati kamu melemah Vincent “
Itu keputusan yang
dinyatakan dokter setelah ia selesai melakukan serangkaian
pemeriksaan. Farel hanya bisa menatap Vincent dengan mata berkaca-kaca. Vincent
hanya tersenyum pahit sambil memainkan ujung bajunya.
“ Penyakit kamu sudah kronis Vincent.
Ayah dan Ibu kamu harus segera mencarikan donor hati untuk kamu. Jika tidak
segera kamu oprasi akibatnya bisa fatal “ sang dokter memberikan resep obat
penangkal sakitnya.
“ dok apa gak bisa di tangani selain
operasi “
“ kalau Vincent mau sembuh, dia harus
operasi penggantian hatinya. Itu jalan satu-satunya kalu dia mau sembuh “
Setelah
berkonsultasi dengan dokter akhirnya Vincent keluar dari ruangan dan pergi
mengambil obat penangkal rasa sakit yang diberikan dokter. Entah darimana ia
mendapatkan kekuatan, Vincent terlihat ceria setelah dikabari hal itu oleh
dokter.
“ kamu jangan heran liat kaka seneng,
hari ini kaka pengen menghabiskan waktu luang sama adek kaka yang imut ini.
Sekarang kita ke mall ya? “
Hanya butuh
waktu lima belas menit, mereka sudah tiba di supermall. Sebenarnya Farel enggan
pergi ke gedung besar penuh baju dan makanan ini. Masalahnya isi dompet
miliknya sedang tipis.
“ kak, mendingan aku pulang aja ya “
rengek Farel pada Vincent.
“ hissshhh... ayolah, temenin kaka.
Banyak yang pengen kaka obrolin sama kamu. Masalah uang jangan takut. Kak
Vincent bawa uang banyak buat kita belanja hari ini. Masalah uang ganti jangan
kamu fikirin. Kamu udah jadi adeknya kak Vincent sekarang. Ayooo.. “ Vincent
menarik Farel ke toko baju.
Disana ia
memilih beberapa baju untuknya. Vincent memang suka sekali belanja. Apalagi
masalah baju, dia pecinta Fashion. Vincent sangat suka bersolek, itu sebabnya
Ray sangat suka dengan Vincent karena setiap saat kekasih manisnya itu selalu
menarik perhatian dirinya.
Farel tak luput dari perhatiannya. Vincent memilihkan
beberapa baju poloshirt untuknya. Sebua polo shirt warna hijau muda ia pilih
karena menurutnya warna hijau sangat cocok dengan kulit Farel.
“ tunggu rel, coba ikut aku deh. “
Vincent membawanya pada gantungan baju yang lebih banyak.
Lalu ia mengambil dua buah kaus polo shirt berwarna kuning seterang matahari
dan yang satu lagi berwarna oranye.
“ kaka mau beliin baju buat Ray,
Kira-kira Ray suka yang mana ya? Kamu bisa bantu? “
Farel melihat kedua baju di tangannya. ‘aku suka warna
oranye sayang.., Oranye itu warna yang ceria. Kaya kamu gitu deh, warna jeruk
juga oranye kan? Kamu tau sendiri kaka suka jeruk jadi ya kaka suka warna
oranye’ kata-kata itu kembali
terngiang di memori otaknya. Dengan mantap Farel memilih baju berwarna oranye.
“ Kenapa pilih itu? “ Vincent
mengernyitkan dahinya.
“ kak Ray penggila warna oranye. Apapun
yang warna oranye pasti dia suka.. “ sambil melihat baju itu Farel tersenyum
manis membayangkan Ray akan senang jika di hadiahi baju ini.
Vincent tersenyum melihat tingkah adiknya. Namun dibalik
senyuman itu ia merasa bahwa Farel ternyata masih belum melupakan Ray.
“ Kak Vincent kenapa diem? “
“ ah enggak, ayo kita lanjut lagi.
Nanti kita makan dulu ya sebelum pulang. Kak Vincent laper “
“ Ok! “ Farel bergaya layaknya anak
kecil umur lima tahun yang sedang di ajak sang ibu bertamasya ke taman bermain.
Mereka menikmati waktu kebersamaan itu..
.
.
.
Tangan
kekar kini sedang melingkar di pinggang ramping Vincent. Ray sedang
mengunjunginya setelah seharian menghilang. Di rumah Vincent memang sedang
sepi, kedua orang tuanya sedang pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Jadi
Vincent dan Ray bisa bebas melakukan apapun malam ini.
“ Seharian tadi kamu ngapain aja sama
Farel eum? Kamu gak nakal sama dia kan? “ Ray mengelus kepala Vincent lalu
mengecupnya.
“ perhatian banget kamu sama Farel,
masih cinta ya. Cieee... “
Vincent menggelitik kekasihnya, mereka berdua tertawa
bersama.
“ apa sih kamu sayang, jelas-jelas aku
udah lupain dia. Aku anggap dia sebagai adik, hanya itu. Aku kan punya kamu
sayang “ Sebuah kecupan mendarat di tengkuk Vincent yang membuat dirinya
merinding.
“ eunggghhhhh... “ sebuah lengguhan
halus keluar dari mulutnya.
Fikiran kotor menggerayangi alam bawah sadarnya. Pelukan Ray
semakin erat.
“ sayang.. aku mau malem ini kamu jadi
milikku seutuhnya. Bolehkah? “
Vincent menjawabnya dengan kecupan manis di bibir Ray.
Merasa diberikan izin Ray tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia membaringkan
Vincent di sofa ruang keluarganya. Dengan brutal Ray membuka kaus warna pink
yang dikenakan Vincent, dua puting sewarna dengan bibirnya mencuat keluar.
Niple itu menjadi sasaran pertama Ray.
Vincent
hanya bisa melengguh dan menggeliat geli. Desahannya mengeras ketika sesekali
Ray menggigit niple itu. Hormon Ray semakin memuncak, dengan kasar ia berdiri
dan membuka celana jeans birunya.
“ mau emut si Junior? “
Vincent mengerjap imut. Dengan malu ia memegang Junior yang
ukurannya ‘senior’ itu lalu melahapnya seperti anak kecil yang sedang mengulum
lolipop rasa strawberry. Kini berbalik Ray yang melengguh. Dibawahnya Vincent
sibuk dengan lolipop yang kini sudah menjadi miliknya. Setelah beberapa menit
melakukan jilat-menjilat. Ray semakin tak tahan untuk memasukan lolipop itu
kedalam lubang sempit berwarna merah muda milik Vincent.
“ boleh kan si Junior masuk? “
“ lakukanlah Ray, malem ini aku milik
kamu. Seutuhnya.. “
Sebelum
melakukannya Ray mengecup kembali bibir manis itu. Lalu ia mulai memasukan
junior miliknya kedalam sangkar indah nan hangat milik Vincent. Jeritan yang
dikeluarkan Vincent berubah seiring genjotan Ray. Jeritan itu kini berubah
menjadi lengguhan indah yang membuat Ray semakin bersemangat.
Selagi
mereka melakukan hal itu, seseorang menjatuhkan bingkisan yang ia bawa
ditangannya. Pria itu duduk bersimpuh di lantai teras rumah Vincent. Farel
melihat kejadian itu. Dengan perasaan sakitnya ia kembali menutup pintu rumah
dengan pelan. Ia tak bisa berbicara sama sekali, hanya tangis pelan yang keluar
dari dirinya. Merasa dirinya tak kuat lagi berada disana ia pergi..
Bima saat
ini tengah asyik di kamarnya. Menyalakan musik rock kesukannya. Ia berjingkrak
dan menganguk-anggukkan kepalanya.
Oh ah ah ah ah
Oh ah ah ah ah ah
Crushing, cheating, changing
Am I deaf or dead?
Is this constricting construction
Or just streets with rusty signs
Of something violent coming
( No reflection ~ Marilyn Mansion )
Saat
ia sedang asyik berjingkrak, pintu kamarnya terbuka. Farel berlari dan
memeluknya yang hanya mengenakan kaus singlet dan boxer. Farel menangis tak
kalah kencangnya dengan suara musik rock. Bima mengecilkan suara musiknya dan
balik memeluk Farel yang masih terisak dalam peluknya.
“ sshhh.. tenang sayang kamu kenapa “
Bima menangkup wajah kekasihnya yang sedang menangis. Jika seperti ini ia
selalu sakit. Ia tak bisa melihat Farel menangis.
“ Bukannya kamu mau ke rumah Vincent
tadi? Ko gak jadi? “
“ Aku.. hikss... tadi ke rumah kak
Vincent hiks.. Aku liat dia lagi making love sama kak Ray “ isak tangisnya
kembali meledak, Bima semakin mengeratkan pelukannya.
Ia menuntun Farel untuk duduk di samping
ranjangnya, sambil merangkul Farel Bima mengelus puncak kepala kekasihnya itu.
Ia merasakan keadaan hati kekasihnya yang shock dengan kejadian itu semua. Kini
ia hanya harus membuat Farel merasa nyaman di sisinya.
“ Malem ini Farel boleh nginep disini kan?
“
“ kamu udah ngomong sama ayah ibu? “
“ udah kak “
“ ok kalau gitu, lebih baik sekarang
kamu tidur ya, kamu pasti capek seharian. “
Bima merapihkan kasurnya, CD musik rock
dan majalah yang bertebaran di kasur ia singkirkan. Ia susun senyaman mungkin.
Kasur yang awalnya terlihat sangat berantakan kini menjadi rapi dan nyaman.
Farel merebahkan tubuhnya di sisi kiri. Bima mengambil bantalnya dan
menggelarkannya di lantai.
“ Kamu tidur di ranjang biar kak Bima
dibawah “
“ kak.., Bisa kaka nemenin aku tidur.
Kaka tidur di samping aku ya? “
“ tapi.., apa kamu gak.. “
“ Frel mohon “
Dengan senang Bima kembali ke kasurnya
dan merebahkan diri disamping Farel. Sambil menggeliat Farel mendekati Bima
lalu tidur di dada kekasihnya.
*****
Vincent
membawa secangkir coffee hangat ke kamarnya dengan keadaan yang masih telanjang
tanpa sehelai benangpun. Setelah melakukan hal intim tadi mereka berdua masih
betah dengan keadaan seperti itu. Ray bangun dari tidurnya dan mengambil coffee
itu lalu menyeruputnya. Vincent menyatukan dirinya dengan Ray, duduk
disampingnya lalu merebahkan tubuhnya di dada Ray yang sedikit berbulu.
“ kamu suka warna oranye? “ Vincent
memainkan jarinya di bulu dada milik Ray.
“ iya, kenapa? “
“ tunggu aku punya sesuatu buat kamu
sayang “
Vincent kembali bangkit lalu mengambil
sebuah tas belanjaan dan memberikannya pada Ray. Ray membuka tas itu, ia
mengeluarkan baju polo shirt oranye dan black jeans dari dalam. Wajahnya
sumringah lalu Ray mencium kening Vincent dengan mesra.
“ baju itu Farel yang pilih. Dia yakin
kamu pasti suka sama baju itu dan ternyata bener. Farel ternyata lebih tau
banyak hal tentang kamu ketimbang aku. “ wajah masam terpasang. Ray hanya
tersenyum kecut dan memasukan kembali baju itu kedalam tas belanjaannya.
“ dengerin aku sayang, bisa kamu
lupakan dia? Aku udah gak cinta sama Farel. Aku punya kamu sekarang “ Ray
merangkulkan tangannya pada Vincent.
“ Farel masih cinta sama kamu Ray,
kadang aku kasian sama dia. Kamu jangan secuek itu sama dia. Dia masih butuh
perhatian kamu “
Ray melepaskan rangkulannya, lalu
berdiri.
“ maksud kamu apa sih sayang, ko
ngomongnya gitu? Aku kan udah bilang kalau aku udah lupakan Farel. Kamu bikin
aku kesel tau gak? Udah lah, sekarang aku mau pulang “
“ tapi Ray.. “
“ aku capek, besok aku balik lagi kesini.
Sekarang aku mau pulang “
Setelah memakai pakaiannya dengan
lengkap ia menyambar tas dan mengambil kunci mobilnya di meja lalu pergi
meninggalkan Vincent yang menatapnya dengan tatapan sendu. Saat melewati pintu
langkah Ray terhenti melihat sebuah bingkisan tergeletak begitu saja di
hadapannya. Namun ia tak menghiraukan bingkisan itu dan terus melangkah. Pergi
meninggalkan kediaman Vincent.
*****
Suara
gemerisik plastik membuat mata Farel terbuka dengan perlahan. Hawa dingin AC di
kamar Bima masih terasa menyegarkan tubuhnya. Farel mengedarkan pandangan ke
segala penjuru kamar. Mencari sumber suara gemerisik nyaring yang membuat
dirinya terbangun. Didekat meja penuh komik milik Bima. Sosok jangkung itu kini
sedang membungkuk memasukkan beberapa barang kedalam dua tas. Farel mengenali
tas berwarna hijau yang sedang di bereskan oleh Bima.
“ selamat pagi sayang, ayo bangun. Cuci
muka abis itu ganti baju. Bajunya udah kak Bima siapin di kamar mandi tuh “
katanya sambil sibuk memasukan kantung pelastik putih.
“ kita mau kemana kak? Terus ko kaka
bisa ambil tas aku? Perasaan semalem aku datang tanpa bawa apa-apa “
Bima menyeletingkan tas hijau itu lalu
tersenyum dan duduk ditepi ranjang.
“ gak usah tanya, hari ini kita pergi
refreshing. Kita belum pernah renang berduaan kan? Jadi hari ini kita pergi
berenang ya? “
Sambil menggosok matanya Farel berjalan
mendekati tas hijaunya dan membukanya. Ia melihat barang-barang miliknya sudah
tersedia dari sana.
“ ko bisa sih semua barangku ada
disana? “
“ Tadi pagi kaka ke rumah kamu. Kaka
minta izin buat ngajak kamu jalan seharian ini dan kaka ambil barang yang kamu
butuhin buat hari ini. Udah sana cepet mandi. Kak Bima tunggu di mobil ya
sayang “
Bima memegang kepala sang kekasih lalau
mengecup keningnya dengan hangat. Tak butuh waktu lama untuk mengganti
pakaiannya dan mencuci wajahnya yang manis. Farel masuk kedalam mobil dengan
celana jeans abu-abu dan kaus putih polos dengan jaket kulit warna cokelat.
“ celana renangnya udah dipake? “
“ udah, kak Bima ko bawa celana renang
yang ini sih. Ini kan terlalu pendek buat aku kak. Sempit lagi “
Dengan tertawa Bima menatapnya dengan
tatapan eerrr.. menakutkan.
“ kolam renang itu tempat semua orang
berpakaian sexy. Kak Bima pengen liat kamu pake celana super pendek sayang “
“ Yak...!!! dasar pervert “ Farel
memukul lengan Bima yang dibalas dengan tawa melengking dari mulut bima.
.
.
.
Dengan
menempuh waktu dua puluh menit mereka tiba di sebuah kolam renang. Jam
sudah menunjukkan pukul sebelas. Matahari sudah muncul dengan panasnya yang
menyengat ubun-ubun. Farel masih menunggu Biam yang asedang mengurus tiket
masuk.
“ ayo, kaka udah lama gak berenang.
Pengen gerakin semua otot nih “ Bima menarik tangan Farel masuk ke dalam kolam
renang.
Setelah
mengganti pakaian dengan hanya mengenakan celana renang super ketat dan pendek
Bima menceburkan diri kedalam kolam renang sedalam dua meter. Tutbuh indahnya
berenang kesana kemari seperti putri duyung dalam film the little mermaid. Setelah
berenang beberapa balikan ia melihat Farel sedang duduk berbalutkan baju handuk
berwarna hijau miliknya.
“ dek? Ko masih disitu. Ayo sini masuk
kita berenang “
“ eemmm... ntar aja deh kak “
Dengan sekali dorongan Bima keluar dari
kolam renang lalu menghampiri Farel dengan keadaan basah. Tonjolan besar
dibalik celananya cukup membuat mata Farel tertarik untuk melihatnya. Bima
duduk disampingna lalu mengambil handuk dan mengeringkan kepalanya.
“ jangan bilang kalau kamu gak bisa
renang “
“ Yaakk..!!! aku bisa berenang kak
Bima. Aku Cuma malu aja sama celana renangnya “
“ kenapa? Kak Bima gak salah bawa. Itu
baju celana renang kamu “
“ iya, Cuma Farel gak suka pake celana
renang ini. Farel biasanya pake boxer. Celana renang ini terlalu minim tau “
Farel mengeratkan pegangannya pada handuk baju berwarna hijau yan tengah dia
gunakan.
“ jangan malu dek, ayo kita berenang.
Sekarang lepas baju handuknya ya? “
Farel menolak, namun Bima terus
membujuknya dan akhirnya Farel mulai membuka baju handuk hijau itu. Setelah
baju handuk itu turun dan lepas dari tubuhnya, kini yang terlihat hanya tinggal
tubuh putih mulus Farel dengan niple warna pinknya. Celana renang super minim
yang ia kenakan memang menambah sexy penampilannya saat ini. Dua gundukan
daging di belakang tubuhnya membulat dengan semnpurna layaknya bukit Telletubis.
Tonjolan mungil di depannyapun cukup membuat Bima harus menelan ludahnya
berkali-kali.
“ Yak!! Kenapa kaka liatin aku kaya
gitu banget?? “ Farel menutupi bagian depannya dengan wajah penuh rona warna
merah muda.
“ eh! Kamu buat kaka sedikit gerah. Ayo
masuk ke kolam sebelum yang disini nyembul keluar celana “ Bima menggendong
Farel ala bridal style lalu menceburkannya kedalam kolam disusul dengan
pekikan keras dari Farel.
Bima tertawa keras, wajah Farrel yang basah
terlihat lebih lucu. Bibir yang dimanyunkan membuat wajahnya dua kali lebih
manis.
“ uhuk.. uhuk.. Yak!! Kaka itu mau buat aku mati kehabisan
nafas eum? Uhuk.. uhuk.. “ Farrel mengelap wajahnya yang basah.
Geram
melihat Bima yang menertawakannya, Farrel mencipratkan air pada wajahnya. Bima
terbatuk karena sebagian air yang dicipratkan masuk kedalam mulutnya. Kini
Farrel yang tertawa dan berenang menjauh. Bima yang melihat Farel semakin
menjauh segera mengejarnya.
*****
Sinar
matahari mulai menyengat ubun-ubun mereka berdua. Bima dan Farel sedang duduk
berdua di kursi santai sambil menyantap cemilan dan softdrink yang mereka
bawa dari rumah. Mata mereka saling beredar keseluruh penjuru. Mata Farel
berhenti pada sosok anak kecil yang saling berkejaran satu sama lain. Senyum
tersungging di bibirnya.
“ mereka lucu ya sayang.. “
Bimamerangkul Farrel untuk lebih dekat dengannya.
Biasanya Farel enggan terlalu dekat
dengan Bima, namun kali ini dirinya merasa ingin terus berada di dekat bima.
Kulit telanjang mereka saling bersentuhan. Bima mengusapkan tangannya pada
surai lembut milik Farel.
“ Aku jadi inget masa kecil aku tau
kak. “ Farel mengambi keripik kentang lalu memakannya.
“ pasti kamu lucu ya dulu waktu kecil,
segede gininya aja udah lucu “
BLUSH!!
Warna merah muda itu kini kembali
mewarnai pipi mulus Farrel. Dering si kotak kecil berbunyi nyaring dari dalam
tas Bima. Dengan sedikit menggeserkan badannya ia merogoh handphonenya.
“ Halo..? “
Bima kembali membenarkan posisi
duduknya. Farel tak henti-hentinya memperhatikan Bima yang serius berbicara
dengan orang di sebrang line telfon sana. Semenit kemudia Bima menutup
telfonnya lalu memandang Farel dengan mata penuh kekecewaan.
“ Kenapa? “
“ sayang.., kayanya kaka harus
buru-buru pergi. Ibunya kaka minta tolong kaka buat anterin ke Bandara hari
ini. Jadi gimana? Kamu mau kaka anterin pulang sekarang? “
“
oh ya udah klau gitu kaka duluan aja, aku kyanya abis ini mau ke mall. Mau beli
buku novel baru “
“ ya udah kalau gitu, gak apa-apa kan? “
Farel mengangguk imut.
Jangan lupa komentarnyaaa.....
BalasHapusHanya ingin memulai dengan cara ini, memberikan besar
BalasHapusberkat ABUBAKAR soultion CENTER
untuk apa yang telah ia lakukan dalam hidup saya.
Pada awalnya saya pikir saya menang, t bekerja karena banyak
gagal saya sebelumnya, tapi pada
kedua pikir saya mengatakan saya mencoba dan saya
kejutan Henry mengatakan bahwa suami saya dan
bersikeras dia tidak ada hubungannya dengan saya dan saya
keluarga saya segera memanggil orang besar ini
dari
drabubakarspellcaster@gmail.com membaca mantra
cinta untuk dia dan mulai memohon pengampunan
dan aku mencintainya sangat banyak dan setelah saya menerima kembali
dan hari ini kita sama-sama hidup dalam irama dan harmoni,
segala kemuliaan adalah ini sama pria DR ABUBAKAR yang
drabubakarspellcaster@gmail.com Docter Saya berterima kasih sekali lagi
untuk Anda layak semua rahmat di mulutku
hari ini, dan selamanya berterima kasih saya, dan
akan selalu untuk Anda. Saya juga ingin mengatakan
bahwa jika Anda di luar sana akan melalui
bahan yang sama atau pertanyaan Anda dapat menghubungi
dia hari ini dan saya percaya itu juga akan membantu
Anda.
Alamat Email: Drabubakarspellcaster@gmail.com
Nomor telepon: 2348162696962