I JUST LOVE YOU ( TWO SHOOT )

            Halo guys, kali ini Fikar akan bawakan sebuah cerita two shoot buat kalian. Cerita ini terinspirasi dari kehidupan seorang pria yang mencintai mantan pacarnya meskipun si mantan pacar itu sekarang udah punya pacar lagi ( sedih yaa.. :’( ). Ceritanya emang sad banget tapi tenang aja. Insyaallah kalian bisa menikmati cerita ini. Kita mulai dari perkenalan tokohnya dulu ya supaya ntar pas di cerita gak usah ngenalin mereka lagi.
Kita mulai dari si pemeran utama, namnya Alden Farel Aristo. Farel nama panggilan cowok imut ini punya wajah tirus dengan rahang yang kokoh. Matanya indah dengan hiasan bulu mata lentik hitam legam yang sewarna dengan rambutnya. Farel ini tokoh paling muda di cerita ini. Umurnya baru 16 tahun. Farel ini orongnya lemah lembut, manis, sopan, dan dia punya kelebihan yang bagus dalam suara. Farel ini seorang penyanyi cafe dan dia punya fans yang dia namain sendiri ‘Farelicious’. Farel ini gay dan dia sangat mencintai mantan pacarnya Ray meskipun dia udah punya pacar baru.
            Lakeswara Raynar, cowok yang memiliki tinggi tubuh 180 ini mantan pacarnya Farel. Umurnya 18th, dia baru aja kuliah di Universitas perhotelan International gitu deh. Ray ini tipe cowok yang romantis. Dia suka banget ngasih kejutan terutama sama mantan pacarnya dulu Farel. Kalo kalian nanyain tubuhnya, jangan ditanya lagi deh. Dia itu sixpack banget!!! Mungkin semua bottom/uke bakal kelepek-kelepek kalau liat dia lagi shirtless. Si doi juga jago main alat musik salah satunya piano. Kalo dipasangin sama Farel pas gak kurang deh. Cuma mereka harus putus karena ada suatu masalah yang tak bisa mereka tahankan. Sekarang cowok tampan ini udah punya pacar yang sering ia panggil dengan sebutan “ My sweetie “. Ray ini seorang penyiar radio yang banyak digandrungi remaja karena suaranya yang errrrrr... bikin meleleh.
            Vincent Hadi Wijaya, ini nih cowok cute yang selalu dipanggil “My Sweetie “ sama Ray. Vincent itu tipe cowok yang cantik dan cute. Dia punya kulit seputih susu. Kalian tau Sehun personil boyband EXO? Kira-kira kulitnya seputih itu. Selain kulit seputih susu Vincent juga punya badan yang tinggi ramping. Pokoknya badannya lebih anggun dari cewek. Bulu mata lentik, hidung kecil mancung, bibir tipis warna peach yang manis bikin dia makin manis. Ray bisa kena diabetes kalo terus barengan sama dia. Namun dibalik kesempurnaan parasnya Vincent ini cowok yang lemah, dia punya penyakit hati yang udah kronis. Itu sebabnya Ray sayang banget sama dia dan jagain dia dengan hati-hati.
            Tokoh terkahir nih! Ini cowok barunya Farel. Sebenernya Farel gak suka sih sama ini cowok karena cowok ini nyebelin bin jorok banget. Tapi demi menghilangkan cintanya dari Ray, Farel memaksakan diri untuk pacaran sama cowok satu ini. Namanya Xavier Mikhail Abimanyu, umurnya 18thn. Nama panggilan kecilnya Abi tapi temen-temennya lebih suka manggil ini cowok dengan sebutan Bima. Bima ini cowok tinggi, 180cm. Badannya lumayan bagus dengan tumbuhnya abs di perutnya. Bima punya mata sipit yang menawan. Bibir tipisnya yang merah dengan sedikit kumis membuat dirinya keliatan lebih manly. Jangan lupakan hidungnya! Bima punya hidung yang cukup mancung untuk ukuran orang Indonesia. Bima ini cowok yang super jail dan ceria. Dia cowok gokil yang suka kentut sembarangan dan ngupil dimanapun. Tapi di balik sisi joroknya dia romantis. Dia suka rayu Farel dan terus berusaha supaya Farel bisa jatuh cinta sama dia karena dia tau Farel masih cinta sama mantannya Ray.
Nah itu keempat tokoh utama, nama-nama lain bakal datang seiring dengan berjalannya cerita (cielaahhh..) sekarang kita mulai ceritanya. Siapin tisue.. hahahaha
Lectură firicit... (selamat membaca)
*******
            Aroma sate maranggi dengan ketan bakar mengudara, aroma ini mungkin bisa membuat orang yang sedang berpuasa atau kelaparan harus menutupi perutnya yang berbunyi dan meronta untuk meminta jatah makannya. Empat pria yang sedari tadi menjadi pusat perhatian semua pengunjung sedang duduk di sudut bangku. Bagaimana tidak mereka menjadi pusat perhatian? Lihat saja wajah mereka, dua pria manis dan duanya lagi sangat tampan. Para wanita yang hadir disana rasanya ingin bergabung dengan mereka.
 Namun sepertinya para wanita itu harus menjerit kecewa bila mereka tahu bahwa ternyata keempat pria itu gay dan mereka sedang melakukan double date untuk mempererat hubungan mereka.
“ ini mas pesanannya. Ada yang bisa saya bantu lagi? “ tanya seorang pelayan wanita yang sedari tadi memandang genit pada Bima.
“ Saya minta  sebotol air mineral ya mba satu, tadi lupa pesen “ kata Bima
“ iya mas, sebentar saya ambilkan “ Pelayan itu pergi sambil tersenyum bahagia karena Bima bicara padanya.
            Vincent sudah melahap sate maranggi pesanannya. Pria manis itu sangat menyukai makanan pinggir jalan seperti ini. Mungkin lidahnya sudah bosan dengan masakan restoran mahal yang bisa menghabiskan uang di dompet Ray kapan saja sampai kosong. Disudut bibir warna peachnya ada bumbu sate yang menempel. Sambil mengunyah ketan bakar Ray menghapus bumbu sate itu dengan jempol tangannya.
“ Makasih Ray “
yes, my sweetie.  Kamu kaya anak kecil aja belepotan. Mau aku suapin eum? “ Ray mencolek pipi Vincent.
            Dihadapannya Farel merunduk, menyembunyikan raut wajahnya yang sakit dan sedih. Bima yang menyadari hal itu segera merangkul pundak kekasihnya. Farel menatap wajahnya dan berkata tanpa suara ‘aku gak kenapa-napa’ . Namun Bima tau, hati kekasihnya sedang menjerit kesakitan melihat mantan pacar yang masih ia cintai sedang bermesraan. Bima merasakan sakit juga, karena Farel sang kekasih masih mencintai orang lain. Bukan dirinya..
“ ini mas botol air mineralnya “ si pelayan kembali dengan sebotol air mineral di tangannya.
“ makasih mba “
            Farel mulai mencubit ketan bakar itu dan memakannya. Sesekali matanya ia arahkan pada Ray. Beberapa kali juga mata mereka saling bertemu, namun Ray selalu mengalihkan perhatiannya pada Vincent.
Selesai makan malam dengan sate, mereka berempat memutuskan untuk pergi berjalan-jalan mengitari kota, dan mereka akan menikmati indahnya kota di tengah malam dari atas bukit. Bima dan Farel mengendarai motor sedangkan Ray dan Vincent naik mobil pribadi.
“ Rel, pegangan sama pinggang kaka. Kita ngebut yuk. Kita harus datang lebih awal dari Ray sama Vincent “
“ Gak usah kak, aku masih bisa pegangan ke belakang jok motor ko “
Dengan sedikit paksaan Bima memegang tangan Farel dan melingkarkannya di pinggang. Jemari Farel merasakan tonjolan abs di perut Bima yang keras. Beberapa detik kemudian Farel menyandarkan kepalanya di punggung Bima yang hanya dilapisi kaus tipis berwarna hitam. Bima membenarkan posisi duduknya di Jok agar Farel merasa nyaman untuk bersandar di punggungnya. Beberapa menit kemudian, dengan samar terdengar isakan tangis dari arah Farel. Bima merasakan cairan dingin merembes ke baju tipisnya.
            Ia melepaskan satu tangan dari stang motor dan mengusap tangan Farel yang kini mulai memeluk pinggangnya dengan erat. Bima tau pasti kekasihnya kini sedang menangisi kemesraan mantan kekasihnya.
“ maafin Farel ya kak.. “ kata-kata itu terdengar samar karena hembusan angin.
“ maaf untuk apa sayang? Kamu gak salah ko dek “ Bima terus mengelus tangan kekasihnya.
“ Maaf Farel masih belum bisa lupain kak Ray dan Farel masih belum bisa cintai kak Bima seutuhnya. Tapi Farel akan berusaha keras buat mencintai kak Bima seutuhnya. “
Sebuah sayatan tak terlihat menggores di hati Bima. Rasanya sakit, namun ia menahan karena rasa cintanya yang besar pada Farel telah menutup luka itu.
“ kamu jangan ngomong gitu sayang, kak Bima tau ko kamu masih susah lupain si Ray. Makasih ya karena kamu udah mau berusaha cintai kaka. Kaka hargai usaha itu sayang. Kaka sayang kamu, jangan nangis lagi ya atau kaka gigit idung kamu tuh “
Suara tawa lirih terdengar di telinga Bima. Rasa lega menyelimuti dirinya karena kini kekasihnya bisa tersenyum kembali.

            Setelah menempuh jarak cukup jauh dengan berkendara, akhirnya Bima dan Farel tiba lebih awal dari Ray dan Vincent. Farel turun dan berlari ke tepi bukit untuk melihat lampu-lampu yang gemerlapan menerangi malam di kota. Farel menjerit keras menyebutkan namanya. Bima dengan lembut merangkul Farel dari belakang. Dagunya ia sandarkan pada kepala kekasihnya. Farel dengan manis memegang pelukan itu dan ia sedikit bersenandung.
Kepadamu pencuri hati
Yang tak kusangka kan datang secepat ini
Padamu pencuri hati
Biarkan ini menjadi melodi cinta berdua...
Setelah lirik itu diteruskan dengan kata-kata na na na na namun masih berirama. Bima sangat menyukai suara kekasihnya. Menurutnya Farel memiliki suara yang menyegarkan telinganya dari kebisingan disekitarnya. Suara itupun yang membuat dirinya menjadi jatuh cinta setengah mati pada Farel.
Dengan nafas yang panjang tiba-tiba Farel berteriak “ Farel cinta Bimaaa... “ suaranya yang indah itu menggema. Bima senang mendengarnya dan ia semakin mengeratkan pelukannya hingga menghapus jarak antara tubuh mereka.
“ Bima cinta Farel... “ beberapa menit kemudia Bima membalas teriakan itu. Mereka tertawa bersama. Dengan gemas Bima menggigit halus telinga kanan Farel yang menimbulkan sedikit desahan. Hawa dingin disana membuat hormon tubuh Bima memuncak dengan lembut ia menciumi leher Farel yang putih bersih. Kecupan di tengkuk itu membuat Farel kembali mendesah.
“ Yaaakkk!!! Ini tempat umum Bim. Ngapain si mesraan disin, pulang ke rumah sana “ Ray menepuk kepala Bima dengan tas kecil yang ia bawa.
Ternyata Ray baru saja sampai beberapa menit yang lalu bersama Vincent. Bima menggaruk kepalanya yang tadi terkena pukulan ganas dari Ray. Ia melepaskan pelukannya dari Farel. Vincent tertawa sambil menggenggam erat lengan Ray dan menutup rapat jaket kulit milik Ray yang ia kenakan.
“ Farel,  besok kamu sekolah? “ tanya Vincent.
“ besok kan hari minggu kak Vincent “
“ Oh iya, besok main ke rumah kaka ya. Kaka harus chceck up ke dokter, ayah sama ibu gak ada di rumah lagi keluar kota. Kamu bia temenin kak Vincent kan? “
Farel menggaruk kepala bingung, sebenarnya ia ingin tidur di rumah besok hari dan meluangkan waktunya untuk menonton film kesukaannya.
“ kenapa gak sama kak Ray? “ Farel melirik ke arah Ray yang sedang sibuk dengan gadgetnya.
“ Besok kaka ada urusan. Kamu aja yang nganter Vincent ya. Kaka mohon “
Farel paling tidak bisa melihat puppy eyes mantan kekasihnya itu. Menurutnya jika jurus puppy eyes itu dikeluarkan ia tak bisa berdaya lagi.
“ iya deh, besok Farel ke rumah kak Vincent. “
“ yeah! bagus, Ntar kita belanja juga ya. Kak Vincent udah lama gak hang out. Kita jalan-jalan ya besok dek “ Vincent memeluk Farel, sedangkan yang dipeluk hanya tersenyum kuda dan menepuk-nepuk lengan Vincent.
            Beberapa menit mereka lalui hanya dengan duduk dan memandangi indahnya kota dibawah langit gelap malam. Hingga Vincent merasa kehausan dan mengajak Bima untuk mengantarnya membeli sesuatu menggunakan motor Bima. Kini hanya tinggal Ray dan Farel. Mereka duduk berdua di sebuah bangku sambil masih memandangi lampu yang berkelap-kelip. Karena dingin yang menyerang tubuh, akhirnya Ray mendekatkan diri pada Farel. Sedikit menggesekkan tubuhnya.
“ liat deh, lampunya keren ya dek “ Ray memulai pembicaraan.
“ hmmmm “ hanya itu yang di jawab Farel.
“ Gimana hubungan kamu sama Bima. Dia pacar yang baik kan buat kamu, kalian bisa mesra secepat itu ya “
Tak ada jawaban dari Farel.
“ Kaka boleh jujur sama kamu? “
Farel masih diam.
 “ Kaka cemburu liat kamu tadi sama Bima “ dengan mata yang menerawang kedepan Ray berbicara seperti itu.
Setitik air mata menetes dari mata Farel. Membasahi bulu matanya yang lentik. Setitik air mata itu kini menjadi sebuah isakan tangis. Farel menyembunyikan wajahnya yang penuh derai air mata itu dengan kedua tangannya. Ray yang menyadari itu segera merangkul dan menenangkan Farel.
“ ssshhh... jangan nangis.. maafin kaka dek “
Saat ini Farel merasa dipermainkan. Ray selalu mengabaikan dirinya ketika ada Vincent dan itu membuat dirinya sakit. Namun ketika mereka sedang berduaan seperti ini Ray selalu bertingkah seakan-akan ia masih mencintai Farel.
            Ray mengusap air mata di pipi Farel dengan tangannya. Ia menangkup wajah Farel dan menatapnya.
“ jangan nagis lagi ya? Maaf “
Setelah itu Ray memeluk Farel. Ia merengkuh tubuh mantan kekasihnya.
“ Apa kaka masih cinta aku? Apakah masih ada cinta untuku? Apa aku bisa mengisi kembali hati kaka? “
Keheningan kembali menyelimuti mereka ketika Farel bertanya seperti itu. Sambil memandang cahaya dibawah sana Ray berkata.
“ Kaka masih cinta sama kamu, terkadang kaka pengen balikan sama kamu dan memiliki kamu seutuhnya. Tapi gak bisa, kita gak bisa bersatu. Disisi lain kaka sekarang udah punya Vincent. Kaka juga sayang banget sama dia, dan kamu tau Vincent lebih membutuhkan kaka ketimbang kamu. Kamu juga udah punya Bima kan? Cobalah untuk melupakan kaka. Jangan cintai kaka lagi, ada Bima yang lebih mencintai kamu. Cinta kita gak bisa bersatu Farel, kalau kamu terus mencintai kaka kamu akan kesiksa karena kaka hanya memberikan cinta yang semu... Kaka sayang kamu dan kaka gak mau kamu terluka gara-gara kaka “
           Kata-kata itu cukup membuat dada Farel terhenyak dan seperti di tumpuk oleh puluhan batu besar. SESAK rasanya.
“ mungkin setelah ini kaka akan jauhi kamu. Kaka akan bebaskan kamu sama Bima. Kaka akan menjauh dari kamu dek. Kaka juga akan fokus sama kuliah kaka dan fokus sama Vincent. Semoga kamu bahagia sama Bima. Boleh ka Ray minta sesuatu dari kamu? “
“ eum? Apa itu kak? “
“ boleh kaka miliki gelang yang selalu kamu pake? Semoga dengan gelang itu di tangan kaka, kaka bisa terus rasakan kamu ada disamping kaka meskipun kita berjauhan dan gak bisa bersatu. “
Farel mengangguk dan mulai melocoti gelang yang di jalin rapi. Gelang itu berwarna hijau dan oranye. Farel memasangkan gelang itu di pergelangan tangan kanan Ray yang berbulu. Setelah berhasil terpasang Ray memegang tangan halus mantan kekasihnya itu. Entah siapa yang lebih dulu memulai, kedua bibir mereka menyatu. Saling menjamah satu sama lain. Farel membuka mulutnya, memberikan jalan untuk lidah Ray yang memaksa masuk. Didalam sana kedua lidah lelaki yang pernah bersatu itu saling menjamah dan bergulat.
            Air mata kembali mengalir, namun kali ini bukan hanya Farel yang menangis. Tapi Ray juga menangis. Air mata mereka berdua melebur menjadei satu. Mereka semakin mendekatkan diri dan ciuman mesra mereka bertahan lama. Seakan inilah ciuman terakhir mereka..

******
“ Kondisi hati kamu melemah Vincent “
Itu keputusan yang dinyatakan dokter setelah ia selesai melakukan serangkaian pemeriksaan. Farel hanya bisa menatap Vincent dengan mata berkaca-kaca. Vincent hanya tersenyum pahit sambil memainkan ujung bajunya.
“ Penyakit kamu sudah kronis Vincent. Ayah dan Ibu kamu harus segera mencarikan donor hati untuk kamu. Jika tidak segera kamu oprasi akibatnya bisa fatal “ sang dokter memberikan resep obat penangkal sakitnya.
“ dok apa gak bisa di tangani selain operasi “
“ kalau Vincent mau sembuh, dia harus operasi penggantian hatinya. Itu jalan satu-satunya kalu dia mau sembuh “
            Setelah berkonsultasi dengan dokter akhirnya Vincent keluar dari ruangan dan pergi mengambil obat penangkal rasa sakit yang diberikan dokter. Entah darimana ia mendapatkan kekuatan, Vincent terlihat ceria setelah dikabari hal itu oleh dokter.
“ kamu jangan heran liat kaka seneng, hari ini kaka pengen menghabiskan waktu luang sama adek kaka yang imut ini. Sekarang kita ke mall ya? “
            Hanya butuh waktu lima belas menit, mereka sudah tiba di supermall. Sebenarnya Farel enggan pergi ke gedung besar penuh baju dan makanan ini. Masalahnya isi dompet miliknya sedang tipis.
“ kak, mendingan aku pulang aja ya “ rengek Farel pada Vincent.
“ hissshhh... ayolah, temenin kaka. Banyak yang pengen kaka obrolin sama kamu. Masalah uang jangan takut. Kak Vincent bawa uang banyak buat kita belanja hari ini. Masalah uang ganti jangan kamu fikirin. Kamu udah jadi adeknya kak Vincent sekarang. Ayooo.. “ Vincent menarik Farel ke toko baju.
            Disana ia memilih beberapa baju untuknya. Vincent memang suka sekali belanja. Apalagi masalah baju, dia pecinta Fashion. Vincent sangat suka bersolek, itu sebabnya Ray sangat suka dengan Vincent karena setiap saat kekasih manisnya itu selalu menarik perhatian dirinya.
Farel tak luput dari perhatiannya. Vincent memilihkan beberapa baju poloshirt untuknya. Sebua polo shirt warna hijau muda ia pilih karena menurutnya warna hijau sangat cocok dengan kulit Farel.
“ tunggu rel, coba ikut aku deh. “
Vincent membawanya pada gantungan baju yang lebih banyak. Lalu ia mengambil dua buah kaus polo shirt berwarna kuning seterang matahari dan yang satu lagi berwarna oranye.
“ kaka mau beliin baju buat Ray, Kira-kira Ray suka yang mana ya? Kamu bisa bantu? “
Farel melihat kedua baju di tangannya. ‘aku suka warna oranye sayang.., Oranye itu warna yang ceria. Kaya kamu gitu deh, warna jeruk juga oranye kan? Kamu tau sendiri kaka suka jeruk jadi ya kaka suka warna oranye’  kata-kata itu kembali terngiang di memori otaknya. Dengan mantap Farel memilih baju berwarna oranye.
“ Kenapa pilih itu? “ Vincent mengernyitkan dahinya.
“ kak Ray penggila warna oranye. Apapun yang warna oranye pasti dia suka.. “ sambil melihat baju itu Farel tersenyum manis membayangkan Ray akan senang jika di hadiahi baju ini.
Vincent tersenyum melihat tingkah adiknya. Namun dibalik senyuman itu ia merasa bahwa Farel ternyata masih belum melupakan Ray.
“ Kak Vincent kenapa diem? “
“ ah enggak, ayo kita lanjut lagi. Nanti kita makan dulu ya sebelum pulang. Kak Vincent laper “
“ Ok! “ Farel bergaya layaknya anak kecil umur lima tahun yang sedang di ajak sang ibu bertamasya ke taman bermain. Mereka menikmati waktu kebersamaan itu..
.
.
.
          Tangan kekar kini sedang melingkar di pinggang ramping Vincent. Ray sedang mengunjunginya setelah seharian menghilang. Di rumah Vincent memang sedang sepi, kedua orang tuanya sedang pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Jadi Vincent dan Ray bisa bebas melakukan apapun malam ini.
“ Seharian tadi kamu ngapain aja sama Farel eum? Kamu gak nakal sama dia kan? “ Ray mengelus kepala Vincent lalu mengecupnya.
“ perhatian banget kamu sama Farel, masih cinta ya. Cieee... “
Vincent menggelitik kekasihnya, mereka berdua tertawa bersama.
“ apa sih kamu sayang, jelas-jelas aku udah lupain dia. Aku anggap dia sebagai adik, hanya itu. Aku kan punya kamu sayang “ Sebuah kecupan mendarat di tengkuk Vincent yang membuat dirinya merinding.
“ eunggghhhhh... “ sebuah lengguhan halus keluar dari mulutnya.
Fikiran kotor menggerayangi alam bawah sadarnya. Pelukan Ray semakin erat.
“ sayang.. aku mau malem ini kamu jadi milikku seutuhnya. Bolehkah? “
Vincent menjawabnya dengan kecupan manis di bibir Ray. Merasa diberikan izin Ray tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia membaringkan Vincent di sofa ruang keluarganya. Dengan brutal Ray membuka kaus warna pink yang dikenakan Vincent, dua puting sewarna dengan bibirnya mencuat keluar. Niple itu menjadi sasaran pertama Ray.
            Vincent hanya bisa melengguh dan menggeliat geli. Desahannya mengeras ketika sesekali Ray menggigit niple itu. Hormon Ray semakin memuncak, dengan kasar ia berdiri dan membuka celana jeans birunya.
“ mau emut si Junior? “
Vincent mengerjap imut. Dengan malu ia memegang Junior yang ukurannya ‘senior’ itu lalu melahapnya seperti anak kecil yang sedang mengulum lolipop rasa strawberry. Kini berbalik Ray yang melengguh. Dibawahnya Vincent sibuk dengan lolipop yang kini sudah menjadi miliknya. Setelah beberapa menit melakukan jilat-menjilat. Ray semakin tak tahan untuk memasukan lolipop itu kedalam lubang sempit berwarna merah muda milik Vincent.
“ boleh kan si Junior masuk? “
“ lakukanlah Ray, malem ini aku milik kamu. Seutuhnya.. “
            Sebelum melakukannya Ray mengecup kembali bibir manis itu. Lalu ia mulai memasukan junior miliknya kedalam sangkar indah nan hangat milik Vincent. Jeritan yang dikeluarkan Vincent berubah seiring genjotan Ray. Jeritan itu kini berubah menjadi lengguhan indah yang membuat Ray semakin bersemangat.
            Selagi mereka melakukan hal itu, seseorang menjatuhkan bingkisan yang ia bawa ditangannya. Pria itu duduk bersimpuh di lantai teras rumah Vincent. Farel melihat kejadian itu. Dengan perasaan sakitnya ia kembali menutup pintu rumah dengan pelan. Ia tak bisa berbicara sama sekali, hanya tangis pelan yang keluar dari dirinya. Merasa dirinya tak kuat lagi berada disana ia pergi..

            Bima saat ini tengah asyik di kamarnya. Menyalakan musik rock kesukannya. Ia berjingkrak dan menganguk-anggukkan kepalanya.
Oh ah ah ah ah
Oh ah ah ah ah ah
Crushing, cheating, changing
Am I deaf or dead?
Is this constricting construction
Or just streets with rusty signs
Of something violent coming
( No reflection ~ Marilyn Mansion )
            Saat ia sedang asyik berjingkrak, pintu kamarnya terbuka. Farel berlari dan memeluknya yang hanya mengenakan kaus singlet dan boxer. Farel menangis tak kalah kencangnya dengan suara musik rock. Bima mengecilkan suara musiknya dan balik memeluk Farel yang masih terisak dalam peluknya.
“ sshhh.. tenang sayang kamu kenapa “ Bima menangkup wajah kekasihnya yang sedang menangis. Jika seperti ini ia selalu sakit. Ia tak bisa melihat Farel menangis.
“ Bukannya kamu mau ke rumah Vincent tadi? Ko gak jadi? “
“ Aku.. hikss... tadi ke rumah kak Vincent hiks.. Aku liat dia lagi making love sama kak Ray “ isak tangisnya kembali meledak, Bima semakin mengeratkan pelukannya.
Ia menuntun Farel untuk duduk di samping ranjangnya, sambil merangkul Farel Bima mengelus puncak kepala kekasihnya itu. Ia merasakan keadaan hati kekasihnya yang shock dengan kejadian itu semua. Kini ia hanya harus membuat Farel merasa nyaman di sisinya.
“ Malem ini Farel boleh nginep disini kan? “
“ kamu udah ngomong sama ayah ibu? “
“ udah kak “
“ ok kalau gitu, lebih baik sekarang kamu tidur ya, kamu pasti capek seharian. “
Bima merapihkan kasurnya, CD musik rock dan majalah yang bertebaran di kasur ia singkirkan. Ia susun senyaman mungkin. Kasur yang awalnya terlihat sangat berantakan kini menjadi rapi dan nyaman. Farel merebahkan tubuhnya di sisi kiri. Bima mengambil bantalnya dan menggelarkannya di lantai.
“ Kamu tidur di ranjang biar kak Bima dibawah “
“ kak.., Bisa kaka nemenin aku tidur. Kaka tidur di samping aku ya? “
“ tapi.., apa kamu gak.. “
“ Frel mohon “
Dengan senang Bima kembali ke kasurnya dan merebahkan diri disamping Farel. Sambil menggeliat Farel mendekati Bima lalu tidur di dada kekasihnya.
*****
            Vincent membawa secangkir coffee hangat ke kamarnya dengan keadaan yang masih telanjang tanpa sehelai benangpun. Setelah melakukan hal intim tadi mereka berdua masih betah dengan keadaan seperti itu. Ray bangun dari tidurnya dan mengambil coffee itu lalu menyeruputnya. Vincent menyatukan dirinya dengan Ray, duduk disampingnya lalu merebahkan tubuhnya di dada Ray yang sedikit berbulu.
“ kamu suka warna oranye? “ Vincent memainkan jarinya di bulu dada milik Ray.
“ iya, kenapa? “
“ tunggu aku punya sesuatu buat kamu sayang “
Vincent kembali bangkit lalu mengambil sebuah tas belanjaan dan memberikannya pada Ray. Ray membuka tas itu, ia mengeluarkan baju polo shirt oranye dan black jeans dari dalam. Wajahnya sumringah lalu Ray mencium kening Vincent dengan mesra.
“ baju itu Farel yang pilih. Dia yakin kamu pasti suka sama baju itu dan ternyata bener. Farel ternyata lebih tau banyak hal tentang kamu ketimbang aku. “ wajah masam terpasang. Ray hanya tersenyum kecut dan memasukan kembali baju itu kedalam tas belanjaannya.
“ dengerin aku sayang, bisa kamu lupakan dia? Aku udah gak cinta sama Farel. Aku punya kamu sekarang “ Ray merangkulkan tangannya pada Vincent.
“ Farel masih cinta sama kamu Ray, kadang aku kasian sama dia. Kamu jangan secuek itu sama dia. Dia masih butuh perhatian kamu “
Ray melepaskan rangkulannya, lalu berdiri.
“ maksud kamu apa sih sayang, ko ngomongnya gitu? Aku kan udah bilang kalau aku udah lupakan Farel. Kamu bikin aku kesel tau gak? Udah lah, sekarang aku mau pulang “
“ tapi Ray.. “
“ aku capek, besok aku balik lagi kesini. Sekarang aku mau pulang “
Setelah memakai pakaiannya dengan lengkap ia menyambar tas dan mengambil kunci mobilnya di meja lalu pergi meninggalkan Vincent yang menatapnya dengan tatapan sendu. Saat melewati pintu langkah Ray terhenti melihat sebuah bingkisan tergeletak begitu saja di hadapannya. Namun ia tak menghiraukan bingkisan itu dan terus melangkah. Pergi meninggalkan kediaman Vincent.

*****
            Suara gemerisik plastik membuat mata Farel terbuka dengan perlahan. Hawa dingin AC di kamar Bima masih terasa menyegarkan tubuhnya. Farel mengedarkan pandangan ke segala penjuru kamar. Mencari sumber suara gemerisik nyaring yang membuat dirinya terbangun. Didekat meja penuh komik milik Bima. Sosok jangkung itu kini sedang membungkuk memasukkan beberapa barang kedalam dua tas. Farel mengenali tas berwarna hijau yang sedang di bereskan oleh Bima.
“ selamat pagi sayang, ayo bangun. Cuci muka abis itu ganti baju. Bajunya udah kak Bima siapin di kamar mandi tuh “ katanya sambil sibuk memasukan kantung pelastik putih.
“ kita mau kemana kak? Terus ko kaka bisa ambil tas aku? Perasaan semalem aku datang tanpa bawa apa-apa “
Bima menyeletingkan tas hijau itu lalu tersenyum dan duduk ditepi ranjang.
“ gak usah tanya, hari ini kita pergi refreshing. Kita belum pernah renang berduaan kan? Jadi hari ini kita pergi berenang ya? “
Sambil menggosok matanya Farel berjalan mendekati tas hijaunya dan membukanya. Ia melihat barang-barang miliknya sudah tersedia dari sana.
“ ko bisa sih semua barangku ada disana? “
“ Tadi pagi kaka ke rumah kamu. Kaka minta izin buat ngajak kamu jalan seharian ini dan kaka ambil barang yang kamu butuhin buat hari ini. Udah sana cepet mandi. Kak Bima tunggu di mobil ya sayang “
Bima memegang kepala sang kekasih lalau mengecup keningnya dengan hangat. Tak butuh waktu lama untuk mengganti pakaiannya dan mencuci wajahnya yang manis. Farel masuk kedalam mobil dengan celana jeans abu-abu dan kaus putih polos dengan jaket kulit warna cokelat.
“ celana renangnya udah dipake? “
“ udah, kak Bima ko bawa celana renang yang ini sih. Ini kan terlalu pendek buat aku kak. Sempit lagi “
Dengan tertawa Bima menatapnya dengan tatapan eerrr.. menakutkan.
“ kolam renang itu tempat semua orang berpakaian sexy. Kak Bima pengen liat kamu pake celana super pendek sayang “
“ Yak...!!! dasar pervert “ Farel memukul lengan Bima yang dibalas dengan tawa melengking dari mulut bima.
.
.
.
            Dengan menempuh waktu dua puluh menit mereka tiba di sebuah kolam renang. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas. Matahari sudah muncul dengan panasnya yang menyengat ubun-ubun. Farel masih menunggu Biam yang asedang mengurus tiket masuk.
“ ayo, kaka udah lama gak berenang. Pengen gerakin semua otot nih “ Bima menarik tangan Farel masuk ke dalam kolam renang.
            Setelah mengganti pakaian dengan hanya mengenakan celana renang super ketat dan pendek Bima menceburkan diri kedalam kolam renang sedalam dua meter. Tutbuh indahnya berenang kesana kemari seperti putri duyung dalam film the little mermaid. Setelah berenang beberapa balikan ia melihat Farel sedang duduk berbalutkan baju handuk berwarna hijau miliknya.
“ dek? Ko masih disitu. Ayo sini masuk kita berenang “
“ eemmm... ntar aja deh kak “
Dengan sekali dorongan Bima keluar dari kolam renang lalu menghampiri Farel dengan keadaan basah. Tonjolan besar dibalik celananya cukup membuat mata Farel tertarik untuk melihatnya. Bima duduk disampingna lalu mengambil handuk dan mengeringkan kepalanya.
“ jangan bilang kalau kamu gak bisa renang “
“ Yaakk..!!! aku bisa berenang kak Bima. Aku Cuma malu aja sama celana renangnya “
“ kenapa? Kak Bima gak salah bawa. Itu baju celana renang kamu “
“ iya, Cuma Farel gak suka pake celana renang ini. Farel biasanya pake boxer. Celana renang ini terlalu minim tau “ Farel mengeratkan pegangannya pada handuk baju berwarna hijau yan tengah dia gunakan.
“ jangan malu dek, ayo kita berenang. Sekarang lepas baju handuknya ya? “
Farel menolak, namun Bima terus membujuknya dan akhirnya Farel mulai membuka baju handuk hijau itu. Setelah baju handuk itu turun dan lepas dari tubuhnya, kini yang terlihat hanya tinggal tubuh putih mulus Farel dengan niple warna pinknya. Celana renang super minim yang ia kenakan memang menambah sexy penampilannya saat ini. Dua gundukan daging di belakang tubuhnya membulat dengan semnpurna layaknya bukit Telletubis. Tonjolan mungil di depannyapun cukup membuat Bima harus menelan ludahnya berkali-kali.
“ Yak!! Kenapa kaka liatin aku kaya gitu banget?? “ Farel menutupi bagian depannya dengan wajah penuh rona warna merah muda.
“ eh! Kamu buat kaka sedikit gerah. Ayo masuk ke kolam sebelum yang disini nyembul keluar celana “ Bima menggendong Farel ala bridal style lalu menceburkannya kedalam kolam disusul dengan pekikan keras dari Farel.
Bima tertawa keras, wajah Farrel yang basah terlihat lebih lucu. Bibir yang dimanyunkan membuat wajahnya dua kali lebih manis.
uhuk.. uhuk..  Yak!! Kaka itu mau buat aku mati kehabisan nafas eum? Uhuk.. uhuk.. “ Farrel mengelap wajahnya yang basah.
          Geram melihat Bima yang menertawakannya, Farrel mencipratkan air pada wajahnya. Bima terbatuk karena sebagian air yang dicipratkan masuk kedalam mulutnya. Kini Farrel yang tertawa dan berenang menjauh. Bima yang melihat Farel semakin menjauh segera mengejarnya.
*****
            Sinar matahari mulai menyengat ubun-ubun mereka berdua. Bima dan Farel sedang duduk berdua di kursi santai sambil menyantap cemilan dan softdrink yang mereka bawa dari rumah. Mata mereka saling beredar keseluruh penjuru. Mata Farel berhenti pada sosok anak kecil yang saling berkejaran satu sama lain. Senyum tersungging di bibirnya.
“ mereka lucu ya sayang.. “ Bimamerangkul Farrel untuk lebih dekat dengannya.
Biasanya Farel enggan terlalu dekat dengan Bima, namun kali ini dirinya merasa ingin terus berada di dekat bima. Kulit telanjang mereka saling bersentuhan. Bima mengusapkan tangannya pada surai lembut milik Farel.
“ Aku jadi inget masa kecil aku tau kak. “ Farel mengambi keripik kentang lalu memakannya.
“ pasti kamu lucu ya dulu waktu kecil, segede gininya aja udah lucu “
BLUSH!!
Warna merah muda itu kini kembali mewarnai pipi mulus Farrel. Dering si kotak kecil berbunyi nyaring dari dalam tas Bima. Dengan sedikit menggeserkan badannya ia merogoh handphonenya.
“ Halo..? “
Bima kembali membenarkan posisi duduknya. Farel tak henti-hentinya memperhatikan Bima yang serius berbicara dengan orang di sebrang line telfon sana. Semenit kemudia Bima menutup telfonnya lalu memandang Farel dengan mata penuh kekecewaan.
“ Kenapa? “
“ sayang.., kayanya kaka harus buru-buru pergi. Ibunya kaka minta tolong kaka buat anterin ke Bandara hari ini. Jadi gimana? Kamu mau kaka anterin pulang sekarang? “
 “ oh ya udah klau gitu kaka duluan aja, aku kyanya abis ini mau ke mall. Mau beli buku novel baru “
“ ya udah kalau gitu, gak apa-apa kan? “

Farel mengangguk imut.


CONTINUE TO THE NEXT CHAPTER

MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA, TOKOH, TEMPAT, ATAPUN KEJADIAN YANG PERNAH DI ALAMI PARA PEMBACA. CERITA INI HANYALAH KARANGAN FIKTIF BELAKA.

Komentar

  1. Hanya ingin memulai dengan cara ini, memberikan besar
    berkat ABUBAKAR soultion CENTER
    untuk apa yang telah ia lakukan dalam hidup saya.
    Pada awalnya saya pikir saya menang, t bekerja karena banyak
    gagal saya sebelumnya, tapi pada
    kedua pikir saya mengatakan saya mencoba dan saya
    kejutan Henry mengatakan bahwa suami saya dan
    bersikeras dia tidak ada hubungannya dengan saya dan saya
    keluarga saya segera memanggil orang besar ini
    dari
    drabubakarspellcaster@gmail.com membaca mantra
    cinta untuk dia dan mulai memohon pengampunan
    dan aku mencintainya sangat banyak dan setelah saya menerima kembali
    dan hari ini kita sama-sama hidup dalam irama dan harmoni,
    segala kemuliaan adalah ini sama pria DR ABUBAKAR yang
    drabubakarspellcaster@gmail.com Docter Saya berterima kasih sekali lagi
    untuk Anda layak semua rahmat di mulutku
    hari ini, dan selamanya berterima kasih saya, dan
    akan selalu untuk Anda. Saya juga ingin mengatakan
    bahwa jika Anda di luar sana akan melalui
    bahan yang sama atau pertanyaan Anda dapat menghubungi
    dia hari ini dan saya percaya itu juga akan membantu
    Anda.

    Alamat Email: Drabubakarspellcaster@gmail.com
    Nomor telepon: 2348162696962

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA SEGI EMPAT ( CHAPTER 15 )

Winter Sadness (Chapter 11)