Cinta Segi Empat ( Bagian 3 )


Kriiiiiinnngggg.........!!!!!!!!!!!!! kriiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnngggggggggg..........!!!!!!!!
  Jam wekerku berdering dengan kencang. Membahana di kamarku. Aku terbangun dari tidurku yang nyenyak. Haaahh.. rasanya aku masih ingin tidur.
  Aku bangkit dengan badan yang masih lunglai. Aku mengambil handuk yang tergantung di balik pintu. Akupun mandi dengan air yang sangat dingin sekali.
Setelah mandi, akupun segera turun ke bawah untuk menemui tante Arni dan pak Joko. Di ruangan makan, aku melihat sudah ada tante Arni dan Pak joko yang sedang bersarapan. Tetapi aku tak melihat keberadaan Ghifari disana.
  “ Eh nak Arno sudah bangun ternyata. Sini nak Arno kita sarapan sama-sama “ Ajak pak Joko.
  “ Eeehhh... ia pak! “ Aku celingak-celinguk kesan kemari mencari sosok yang sekarang telah menjadi dambaan hatiku.
  Ya, aku mencari Ghifari. Kemana sih anak itu? Hmmmm gak keliatan batang idungnya. Tiba-tiba seseorang menepuk pundak ku.
  “ Woy, ngapain lo celingak-celinguk? “
Aku menolehnya ke belakang. Ternyata itu Ghifari. Ia shirtless, aku mencium aroma keringat di tubuhnya. Oooohh... sungguh menakjubkan.
  “ eehhh... nggak ko. GR banget sih “ Aku mengelak.
  “ Jangan boong lo “ Ia duduk di sebelahku.
  “ Eeehh... sudah-sudah. Kalian jangan berantem dong! Kamu lagi Ghifari, kamu harus ngalah. Kamu kan lebih dewasa dari Arno “ omel tante Arni.
Ghifari terdiam sambil melirikku geram. Ya tuhan.. kenapa sih ada orang secakep itu amarahnya gede banget?

*****
     Jam sudah menunjukkan pukul 09:00, Aku sudah bersiap-siap di depan rumah hendak pergi ke UI untuk mendaftar menjadi mahasiswa baru.
Sangat lama sekali aku menunggu Ghifari. Hingga akhirnya ia menghampiriku sambil membawa kunci motor dan helm. Kami berdua pun berangkat menuju kampus

     Sesampainya di kampus, aku segera mendaftar. Dan Pelantikan mahasiswa baru pun akan di laksanakan seminggu lagi. Aku melihat daftar nama panitia yang akan melantikku. Di daftar itu, aku melihat nama Ghifari tercantum paling atas. Sepertinya dia ketua panitia.
Saat aku hendak kembali menemui Ghifari, tiba-tiba seorang menabrakku. Aku terjatuh begitu juga dengannya. Aku melihat seorang lelaki dengan wajah yang terbilang sangat tampan. Hidung yang bangir, mata yang biru, dengan bibir tipis. Sangat mempesona.
  “ Aduh, maaf ya kak “ kataku dengan takut
  “ Eeehhh... iya gak apa-apa “ dai membenarkan rambutnya yang berantakan karena tabrakan tadi.
Ya tuhan.... sorot matanya yang tajam itu membuat hatiku meleleh. Sepertinya orang ini sangat ramah.
  “ Lo mau daftar jadi mahasiswa baru di sini ya? “ tanya nya sambil mendekatiku.
Aku mengangguk kepadanya. Lalu dia menyodorkan tangannya ke hadapanku.
  “ Kenalin, gue Agam. Gue anak fakultas psikologi angkatan taun kemaren. Nama lo siapa? “
  “ Saya Arno mas “ jawabku seramah mungkin pada Agam.
  “ Mau kuliah jurusan apa nanti? “
  “ Saya masuk jurusan sastra mas “
  “ Eh jangan manggil mas dong. Gue kan belum tua-tua amat “ katanya.
  “ Ya udah, gue mau ke ruang panitia dulu ya. Mau nganterin berkas-berkas ini nih. Sampe ketemu nanti OSPEK ya no “ dia pergi.
Hhmmm..... hari pertama masuk ke sini udah ketemu sama cowo cakep.  Kalau di bandingin sama Ghifari sih sebenernya gantengan ghifari. Tapi ramahnya itu loh yang bikin hatiku kelepek-kelepek.
  “ Woy... Arno. Ngapain lo disitu? Udah selesai belom daftarnya? “ Suara menggelegar itu membuyarkan fikiranku tentang Agam.
Heeuuuhhh... saat ku tengok ternyata itu Ghifari.
  “ Udah kak. Terus sekarang kita mau kemana? “
  “ Ya pulang lah.., eh tapi kita makan dulu aja deh. Gue laper soalnya “
  “ Beneran nih ngajak Arno makan? “ tanyaku ragu.
  “ Iya.. cepeten gue teraktir lo deh! Cepet nanti keburu gue rubah fikiran lo “
Aku segera berlari mendekatinya.

*****
     “ SEA FOOD RESTOURANT “ itulah plang nama di sebuah kedai kecil tapi berkelas yang aku lihat. Aku dan Ghifari duduk di meja paling ujung.
Dia membersihkan kursinya terlebih dahulu sebelum aku duduki.
  “ Silahkan tuan.. “ katanya manis.
Apakah benar ini Ghifari? Mengapa sifatnya beda sekali dengan Ghifari yang kemarin? Hhaaahhhh.... ada apa ini?
Aku menduduki kursi itu begitu juga dengan Ghifari yang menduduki kursinya. Ia memanggil pelayan di restoran ini. Seorang pelayan berwajah cantik menghampiri kami berdua.
  “ Mau pesan mas? “ pelayan itu memberikan daftar menunya.
  “ saya pesen Lobster bakar ekstra pedas ya mba “ pesannya.
Sang pelayanpun menuliskan apa yang di pesan Ghifari.
  “ No, mau pesen apaan lo? “
  “ Sama kaya kaka aja deh “
Si pelayanpun pergi meninggalkan kami. Tang selang beberapa saat kemudian si pelayan itu kembali mendatangi meja kami kembali dengan membawa troli yang membawa semua makanan pesanan kami. Menghidangkan semua makanan yang kami pesan di meja. Satu porsi lobster besar yang di bumbui dengan bumbu yang pedas itu tersedia di hadapanku. Kalau boleh jujur, aku bingung bagaimana cara memakan lobster ini. Tetapi aku malu mengatakannya pada Ghifari. Aku takut di tertawakan olehnya.
  “ No, kenapa ntu makanan Cuma lo pelototin doang. Makan dong ntu makanan. Udah di pesen tu makanan “
  “ Aduh kak, kayanya aku kenyang deh. Di bungkus aja ya masakannya. Biar Arno makannya di rumah aja nanti “ Elakku.
  “ Aduuuhhh... makan disini aja ribet nanti bawanya “
  “ HHhmmmm..... gini kak sebenernyaaa.... “
  “ Sebenernya apaan? Kamu alergi sea food? “
  “ Enggak ko kak, cumaaa.... aku gak bisa makannya gimana “ Aku menundukkan kepalaku. Haduuhhh... kenapa aku bilang ke Ghifari ya? Siap-siap deh di caci maki.
 Tetapi yang tak di duga-duga, tangannya mengangkat daguku.
  “ Ya udah, kalo gak bisa biar gue suapin deh. “ Benarkah apa yang aku dengar dari bibirnya ini?
Apa aku tak salah dengar apa yang ia bicarakan padaku? Mengapa dia mendadak jadi romantis seperti ini padaku?
  “ Ko bengong sih? Ayo buka mulutnya “ katanya.
  “ Aduuhhh.... gak usah deh kak. Kaka ajarin aja ke aku gimana, jangan di suapin kaya begini kak. “
  “ Gak mau...  ayo buka mulutnya “ ia memaksa.
Akhirnya kubuka mulutku dan ia menyuapiku. Hatiku bergetar dahsyat saat itu. Suapan ini membuatku merinding. Ya tuhan... mimpi apa aku semalam?
Kami berduapun melanjutkan makan.

*****

  “ Nooo..... cepetan dong... udah belom...? udah sore ni, ayo kita pulang.. “
Heeeuuuhhh.... berisik banget sih tu orang. Udah tau aku lagi sakit perut. Ternyata benar dugaan awalku. Dia baik padaku karena ada sesuatu. Ia mengerjaiku hingga aku menjadi sakit perut seperti ini. Lobster yang aku makan tadi ternyata diberikan kembali ekstra pedas olehnya. Haaarrrrgggghhhhhhh......... Sialan kamu Ghifari.
  Aku membuka pintu. Kulihat wajahnya tersenyum lebar menertawakanku.
  “ Ko ketawa sih? Dosa loh tertawa di atas penderitaan orang? Kamu tuh emang jahat yaaa.. “
  “ hahahahahaha.... sebenernya itu balesan buat elo. Karna elo udah bikin gue nunggu tadi di kampus “ ujarnya.
  “ Udah nyok kita pulang. Udah sore nih “
  “ Eeehhh... tunggu dulu. Pengen lagi nih “ perutku melilit kembali.
  “ Alaaahhh.... nanti aja di terusin di rumah “ dia menyeredku paksa.
Memang menyebalkan...!!!!!!!!!!!!!

CONTINUE TO THE NEXT CHAPTER

MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA, TOKOH, ALUR CERITA, MAUPUN KEJADIAN YANG DI ALAMI OLEH PARA PEMBACA. CERITA INI HANYALAH KARANGAN FIKTIF BELAKA

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA SEGI EMPAT ( CHAPTER 15 )

Di pagi hari selanjutnya, aku merasa lebih baik. Aku mulai bisa menggerakan badanku kembali. Senangnya bisa melihat ibu dan   kakaku berada di sisiku saat ini, dan aku dengar siang ini Pak Joko dengan tante Arni akan kembali kesini.                 Aku fikir ini akan menjadi hari yang paling bahagia yang akan aku alami. Pagi ini aku sudah di perbolehkan menggunakan kursi roda oleh dokter. Saat di beritahu sungguh hatiku senang bukan kepalang. Akhirnya aku bisa merasakan kembali udara segar di luar sana.   “ no, udah siap? Kursi rodanya udah mba bawa ni. “   “ siap dong mba, jadi beneran nih Arno boleh keluar pake kursi roda? “   “ ia lah.., kata dokter keadaan badan kamu udah kembali pulih. Yuk mba anter kamu jalan-jalan ke taman rumah sakit. “                 Kaka terbaikku ini membantu membopong tubuhku untuk bisa duduk di kursi beroda ini. Ia membawaku dengan gembira. Ibu sedang pergi ke rumah om Joko dan tante Arni untuk beristirahat. Tadi bang Wingky mengantar ibuku. O
Baca selengkapnya

I JUST LOVE YOU ( TWO SHOOT )

            Halo guys, kali ini Fikar akan bawakan sebuah cerita two shoot buat kalian. Cerita ini terinspirasi dari kehidupan seorang pria yang mencintai mantan pacarnya meskipun si mantan pacar itu sekarang udah punya pacar lagi ( sedih yaa.. :’( ). Ceritanya emang sad banget tapi tenang aja. Insyaallah kalian bisa menikmati cerita ini. Kita mulai dari perkenalan tokohnya dulu ya supaya ntar pas di cerita gak usah ngenalin mereka lagi. Kita mulai dari si pemeran utama, namnya Alden Farel Aristo. Farel nama panggilan cowok imut ini punya wajah tirus dengan rahang yang kokoh. Matanya indah dengan hiasan bulu mata lentik hitam legam yang sewarna dengan rambutnya. Farel ini tokoh paling muda di cerita ini. Umurnya baru 16 tahun. Farel ini orongnya lemah lembut, manis, sopan, dan dia punya kelebihan yang bagus dalam suara. Farel ini seorang penyanyi cafe dan dia punya fans yang dia namain sendiri ‘Farelicious’. Farel ini gay dan dia sangat mencintai mantan pacarnya Ray meskipun dia ud
Baca selengkapnya

KARAM (Kama & Rama) #Bagian1

Gambar
Hai! malam ini saya akan bercerita kembali. Kali ini tentang kaka beradik yang saling mencintai dan menyayangi. Cerita ini ditulis ketika tengah malam di kamar. Terbersit begitu saja ketika melihat foto seorang tentara di akun instagram. Selamat membaca. ***** Duduk di beranda rumah merupakan aktivitas di dini hari yang tak pernah di lalui oleh Kama. Ia selalu menyempatkan diri untuk duduk di kursi goyangnya dengan secangkir kopi hangat. Memandang aliran sungai besar yang tepat ada di depan rumahnya. Melihat kabut putih yang mencium wajah sungai dengan perlahan.             Kama selalu tersenyum getir ketika melihat kabut. Kabut memiliki arti tersendiri bagi dirinya. Kabut mengingatkan dirinya akan seseorang. Kama adalah seorang tentara Angkatan Udara Indonesia yang masih aktif bertugas. Sebelas tahun yang lalu ia berjuang untuk menjadi apa yang ia dapatkan sekarang. Kama memang keturunan para perwira. Kakeknya dulu adalah seorang tentara angkatan laut begitupun dengan ayahnya.
Baca selengkapnya