KARAM (Kama & Rama) #Bagian1
Hai! malam ini saya akan bercerita kembali. Kali ini tentang kaka beradik yang saling mencintai dan menyayangi. Cerita ini ditulis ketika tengah malam di kamar. Terbersit begitu saja ketika melihat foto seorang tentara di akun instagram. Selamat membaca.
*****
Duduk
di beranda rumah merupakan aktivitas di dini hari yang tak pernah di lalui oleh
Kama. Ia selalu menyempatkan diri untuk duduk di kursi goyangnya dengan
secangkir kopi hangat. Memandang aliran sungai besar yang tepat ada di depan rumahnya.
Melihat kabut putih yang mencium wajah sungai dengan perlahan.
Kama selalu tersenyum getir ketika
melihat kabut. Kabut memiliki arti tersendiri bagi dirinya. Kabut mengingatkan
dirinya akan seseorang. Kama adalah seorang tentara Angkatan Udara Indonesia yang
masih aktif bertugas. Sebelas tahun yang lalu ia berjuang untuk menjadi apa
yang ia dapatkan sekarang. Kama memang keturunan para perwira. Kakeknya dulu
adalah seorang tentara angkatan laut begitupun dengan ayahnya. Sedari kecil ia
memang bercita-cita ingin menjadi seorang tentara. Menjaga tanah air yang ia
cintai dengan mengenakan seragam yang membuat dirinya merasa gagah.
Kama
Menjadi seorang abdi negara
memberikan keuntungan yang banyak bagi dirinya. Selain bahagia dengan aktivitas
pekerjaannya, ia juga menjadi tahan banting dalam setiap cobaan hidup.
Pendidikan tentaranya membuat ia menjadi seorang pria yang tegar, tahan
banting, dan tidak lembek. Kama adalah salah satu dari sekian banyak anak yang
mengalami masalah broken home. Sejak
SMP ia tak pernah melihat kedua orangtuanya akur. Setiap harinya Kama selalu
melihat ayah dan ibunya saling melempar kata-kata kasar dengan
teriakan-teriakan yang memekakan telinga.
Masalah
ini semakin membesar ketika seorang wanita datang membawa bayi yang masih dalam
gendongan. Wanita itu datang ke rumahnya sambil menangis. Ibunya sempat
terkejut dengan kedatangan wanita itu. Kama masih berusia 12 tahun kala itu, ia
masih belum mengerti sepenuhnya. Yang ia tahu hanyalah bahwa bayi yang ada
dalam gendongan wanita yang tak dikenalnya itu adalah anak ayahnya. Ia melihat
ibunya menangis dan marah-marah kepada wanita yang membawa bayi itu. Ibunya
mencoba untuk mengusir wanita itu, wanita itu menyetujui untuk pergi dari
rumahnya dengan satu syarat. Bayi itu harus tinggal bersama mereka. Awalnya ibu
kama menolak, namun wanita itu terus mendesak dengan isak tangisnya. Merasa tak
tega, akhirnya ibu Kama pun menerima bayi itu.
Setelah
kedatangan bayi itu, keadaan semakin memburuk. Kedua orang tuanya bercerai.
Kama memutuskan untuk tinggal bersama ibunya di kota lain. Meninggalkan sang
ayah dengan adik tirinya yang masih bayi. Tiga tahun kemudian ibunya meninggal
dunia karena penyakit kanker yang menggoroti tubuhnya. Akhirnya Kama kembali
tinggal bersama ayah dan adik tirinya. Disanalah Kama menghabiskan masa SMAnya.
Ayahnya tidak pernah menikah kembali dengan wanita manapun. Kama dan Ayahnya
saling membantu untuk membesarkan adik tirinya. Ayahnya tidak pernah
membeda-bedakan Kama dengan adik tirinya. Ayahnya selalu mengajarkan Kama untuk
menyayangi adiknya meskipun mereka beda ibu. Ayah kama meninggal dua tahun yang
lalu, dan kini Kama hanya tinggal berdua bersama adiknya.
Rama,
itulah nama adiknya. Nama indah yang ayahnya berikan untuk sang adik selalu ia
ingat setiap waktu dalam benaknya. Dialah kabut bagi diri Kama. Mengapa dia
menganggapnya seperti kabut?
Begini,
kabut itu bisa terlihat oleh mata namun sulit untuk dimiliki karena tak bisa
digenggam bukan? Begitupun dengan Rama.
Kama
diam-diam menaruh hati kepada adik tirinya itu. Sejak kepergian ayahnya hanya
Rama lah yang selalu mengisi hari-harinya. Hanya Rama yang selalu ada di
sisinya ketika ia merasa bahagia maupun sedih. Rama selalu menyambut Kama
dengan raut wajah gembira ketika ia pulang ke rumah. Lelah yang ia rasakan
selalu menghilang jika sudah melihat wajah manis Rama yang tersenyum kepadanya.
Perasaan Kama tidak akan pernah berubah, dan dia tidak akan pernah mengutarakan
perasaanya. Kama akan menyimpan perasaan ini untuk dirinya sendiri dan akan ia
simpan dengan rapi di lubuk hatinya yang paling dalam.
*****
“
Pagi Bang Kama “
Suara
berat Rama mengejutkan Kama yang sedang hanyut dalam lamunannya. Rama
menggeliatkan tubuhnya, meregangkan setiap otot-otot tubuhnya yang kaku setelah
delapan jam berbaring di tempat tidur. Semenit kemudian ia bergidik dan
mengusap-usapkan kedua tangannya sambil meniupinya.
“ Bang Kama ngapain sih? Ini masih jam
setengah lima loh. Matahari aja belum muncul. Gak kedinginan apa? “
Gerutu
Rama sambil duduk di samping Kama. Sekali lagi Rama bergidik karena merasa
kedinginan. Kama membuka jaketnya dan menutupi tubuh adiknya.
“ hehehe.. makasih bang “
Kama
tersenyum.
“ Bang Kama hari ini masih cuti kan? “
“ Iya, kan baru kemaren abang cutinya, jadi
sekarang masih free dari tugas pengabdian “
“ Abang gak akan kemana-mana hari ini? “
Kama
mengangguk dan menyesap kopinya perlahan-lahan.
“ Kalau besok “
“ Ya besok juga sama, abang ada di rumah.
Kenapa emangnya? Rama mau jalan-jalan? “
“ Bukan jalan-jalan, besok itu hari
perpisahan SMA nya Rama. Bang Kama bisa datang kan? “
“ Ya bisa dong, jam berapa? “
“ Mulai jam delapan sih Bang “
“ Ok kalau gitu, nanti abang barengan kamu
aja pagi-pagi “
Rama
terdiam, namun matanya terus memandang sang kaka yang lagi-lagi kembali
menyesap kopinya.
“ Kenapa? “ tanya Kama.
“ eehhh.. gini bang. Besok kan acara
perpisahan harus pake jas gitu sama kemeja. Kemeja sama dasi Rama punya. Cuma
buat jas sama celananya sendiri punya Rama udah kekecilan “
“ Ya udah, hari ini kita beli aja. Sekalian
abang panasin mobil. Udah lama kan mobil tua ayah gak dipake “
“ Jangan beli bang, kalau beli pasti mahal.
Bang Kama kan punya tuh jas yang warna abu-abu. Rama boleh pinjem gak? “
“ Kalau menurut abang sih mendingan beli yang
baru. Punya bang Kama udah lama, udah bukan zamannya lagi “
“ Tapi bang seenggaknya ngirit lah “
“ Terserah kamu aja deh “
Kama
berdiri, adiknya menatap Kama dengan seksama.
“ Bang Kama mau kemana? “
“ Katanya kamu mau pinjem jas nya bang Kama.
Ayok, ini abang mau cari jas nya di lemari. Kamu cobain dulu pas atau enggak “
Dengan
semangat Rama segera berdiri dan berjalan mengekor kakaknya. Mereka masuki
kamar Kama yang selalu tertutup.
Ini adalah pertama kalinya Rama
masuk kamar kakanya. Ia tidak pernah berani untuk keluar masuk kamar Kama.
Selain menjaga kesopansantunan, ia juga tak ingin ada barang-barang Kama yang
hilang ataupun rusak jika dia sering pergi ke kamarnya. Rama cukup dibuat
terkejut dengan keadaan kamarnya. Selama ini Rama melihat sosok kakanya sebagai
seorang lelaki tulen yang gagah. Dia selalu berpikir bahwa kamar kakaknya ini
akan berantakan seperti kamar-kamar pria biasanya. Namun yang ia lihat mala
kebalikannya.
Kamar
bercat biru ini kelihatan sangat rapi. Kasurnya sudah ditata dengan rapi
kembali. Seprainya tak ada yang kusut sedikitpun. Bantal, guling, dan selimut
ditempatkan begitu rapi sehingga menimbulkan kesan nyaman.
Rak dengan tumpukan banyak buku juga
sama rapinya. Tersusun di pojok kanan kamar bersebelahan dengan meja lampu
tidur. Di dindingnya banyak sekali poster penyanyi rock. Ada bendera indonesia
juga yang di simpan tepat di atas kepala Kama jika ia berbaring di kasurnya.
Rama
juga melihat ada lima barbel dengan ukuran yang berbeda-beda di belakang pintu.
Seragam tentaranya juga tergantung dengan rapi di belakang pintu, lengkap
dengan baret birunya.
“ Rama, ko malah bengong? “
“ Enggak apa-apa bang, kamar abang rapi ya “
“ emang kamu belum pernah masuk kamar abang
selama disini? “
Rama
menggeleng, Kama tersenyum lalu mengacak-acak rambut adiknya gemas.
“ Abang cari dulu ya “
Kama mulai menjelajahi isi
lemarinya. Lagi-lagi Rama terkagum-kagum atas kerapihan yang dimiliki oleh
kakanya. Baju-baju tertumpuk dan tergantung rapi di dalamnya. Seperti layaknya
satu batalion tentara yaang sedang berbaris di lapangan. Tangan-tangan besar
Kama menelusuri setiap baju yang tergantung. Mulai mencari jas berwarna abu-abu
yang dia miliki. Setelah menemukannya ia menarik jasnya dengan perlahan agar
barisan baju yang ada di dalam lemarinya masih rapi.
“ Nih, coba kamu pake dulu. Itu sama
celananya ko. Mudah-mudahan muat “
“ ok, Rama coba di kamar ya bang “
Rama
berlari seperti anak kecil dengan menenteng jas yang Kama beri. Sepuluh menit
kemudian Rama keluar dari kamarnya. Menghampiri sang kaka yang sedang terduduk
di ruang tamu menunggu adiknya.
Dengan
cemberut di hadapan kakanya Rama berkata, “ jas bang Kama kegedean. Tangan Rama
aja ngilang nih “.
Rama menaik turunkan lengannya yang
tersembunyi di balik baju. Jas itu memeang kebesaran. Apalagi celananya,
sampai-sampai Rama memasang sabuk di lubang terakhir. Kama hanya tertawa geli
melihat adiknya yang seperti ditelan oleh baju.
“ Apa kan abang bilang, udah beli aja. Bang
Kama ada uang kok, semahal apapun bajunya abang beliin. Lagian juga Jas itu
perlu banget. Bakalan kepake lama, jadi gak akan sia-sia buat belinya. Nanti
siang kita ke toko baju, kita cari jas yang paling bagus dan paling pas buat
badan kamu. Sekalian jalan-jalan juga. Udah lama kan kita gak main berdua “
“ Beneran bang, “ serunya dengan mata
berbinar.
Kama
hanya menganguk sambil memberikan senyuman paling tulus.
“ Aaahheeyy.. ya udah kalau gitu. Abang mau
sarapan apa pagi ini? “
“ abang belum laper, kamu aja sana gih yang
sarapan. Beli bubur yang di depan tuh, sekalian sama gorengannya. “
Kama
merogoh sakunya, mengambil beberapa lembar uang kertas.
“ Nih uangnya “
“ okay siap laksanakan kapten “
Rama
memperagakan gerakan hormat sambil menegakkan tubuhnya.
*****
Rama
Kedua kaka beradik itu berjalan
berdampingan. Kama menggenggam erat tangan adiknya yang kecil. Tangan yang
satunya lagi menjinjing sebuah kantong kertas berisikan jas pilihan Rama yang
telah dibeli. Cukup lama mencari jas yang pas untuk Rama. Akhirnya sebuah jas
berwarna abu-abu tua gelap Rama pilih untuk ia kenakan esok hari. Meskipun
harus merogoh kocek yang lumayan besar, Kama tidak menyesal sama sekali.
Uangnya yang ia bayarkan untuk membeli jas sudah terbayar kembali oleh senyuman
bahagia dari adiknya.
Kama merasa seperti melayang di
udara saat ini. Berjalan-jalan menikmati indahnya langiit sore bersama sang
adik yang dicintainya sambil bergandengan tangan. Seperti sepasang kekasih yang
sedang dimabuk oleh cinta. Mereka saat ini sedang berjalan menuju sebuah
restoran masakan jepang yang ada di mall tempat mereka membeli jas. Rama sudah
merengek lapar sejak tadi. Saat ini pun dia tengah asik memakan ice cream
vanillanya. Mereka duduk di bagian kursi paling pojok. Setelah memesan makanan,
terjadi sedikit perbincangan antara mereka berdua.
“ Ma, itu ice creamnya udah abis juga. Buang
gih, jorok banget sih itu gagangnya masih terus dijilatin “ suruh Kama.
“ Sayang tau bang, ini masih ada sisa sedikit
lagi “
“ iya tapi kan jorok, kalau kamu mau nanti
Bang Kama beliin lagi “
Kama
mengambil paksa stick ice cream yang telah bersih lalu membuangnya. Kama
menyodorkan dua helai tisu dan menyuruh Rama untuk membersihkan tangannya dari
noda bekas ice cream.
“ Kamu masih aja kaya anak kecil, padahal
sebentar lagi kuliah “
“ Biarin, yang penting rama manis, “ katanya
sambil menjulurkan lidah.
“ huu.. dasar gula jawa “ Kama mencubit gemas
adiknya sambil terkekeh geli.
Mereka
kembali tertawa bersama.
“ Bang, tadi jas yang dipilih sama Rama
beneran bagus gak sih? “
“ Bagus lah, cocok ko buat kamu. Abang suka
liatnya “
“ Jangan bohong deh bang, kalau jelek jujur
aja “
“ Bang Kama pernah gitu bohong sama kamu? “
Rama
terhenti sejenak, seolah-olah sedang berpikir dan mengingat.
“ Ya enggak sih. “
“ Nah makannya, kamu cakep ko pake jas nya
tadi. Coba liat aja besok. Kamu bakalan jadi cowok yang paling ganteng.
Temen-temen cewek kamu pasti pada suka dan pengen foto selfie bareng “
“ Jangan berlebihan ah bang “
Untuk
sejenak, keheningan terjadi antara mereka berdua.
“ Sebenernya Rama iri sama Bang Kama “
Rama
terlihat memainkan jarinya. Kama tahu, jika adiknya melakukan itu ia pasti ia
sedang merasa ketakutan atau ragu. Jadi dengan cepat Kama mengubah ekspresi
wajahnya untuk lebih lembut dan bersahabat.
“ loh iri kenapa? “
“ Iri aja, Bang Kama itu bisa ngelakuin
segalanya. Bahkan Bang Kama bisa lulus test tentara dengan mudah dulu kan. Bang
Kama cakep dan punya badan lebih bagus dari Rama. Pake baju apapun bang Kama
pasti keliatan ganteng. Bang Kama itu cowok perfect deh, beda sama Rama yang
kaya kutil gini. “
“ Eh, ko kamu jadi hina diri sendiri. Kalau
kamu hina diri kamu sendiri kaya gitu harga diri kamu jadi turun derastis loha.
Setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jangan ngeluh
soal beginian ah. Lagian menurut bang Kama kamu manis. Malah Bang Kama yang iri
sama kamu karena kamu selalu keliatan awt muda. Bang Kama punya wjah boros gini
“
“ Iya punya wajah boros, tapi tetep aja cakep
“
Kama
menyentuh dagu adiknnya dengan ujung jari talunjuk.
“ Liat bang Kama deh “
Dengan
ragu-ragu, Rama menengadahkan wajahnya. Menatap wajah sang kaka dengan rambut
cepaknya.
“ Percaya diri itu penting, itu bisa buat
kamu jadi confident. Sebenernya
masalah cakep atau jelek itu gak penting Rama. Yang penting itu ini nih “
Kama
menunjuk-nunjuk dada Rama, lalu meneruskan kalimatnya “ Hati yang baik bisa
buat hal yang keliatan buruk jadi bagus, dan menurut abang kamu itu punya
keduanya. Ganteng iya, hatinya baik juga iya. Jadi jangan minder, awas aja
kalau minder lagi. Bang Kama bakalan suruh kamu push up seribu kali. “
Mendengar itu, Rama kembali percaya
diri. Terlihat dari senyuman terangnya. Ia menggenggam tangan kakanya dengan
lembut, lalu menepuk-nepuknya pelan.
“ Makasih ya bang, Bang Kama itu selalu buat
Rama percaya diri. Kayanya tanpa bang Kama, Rama gak akan bisa begini. Gak
kebayang kalau dulu Rama ikut sama ibu dan gak ketemu sama ayah dan Bang Kama.
Rama sayang sama bang Kama “
Dalam
hati, Kama ingin mengutaraan isi atinya sekarang juga. Namun ia mengerem
perasaan itu dengan kuat.
“ Apalagi bang Kama, bang Kama juga beruntuk
punya adik kaya kamu “
“ tetep jadi kakanya Rama ya Bang, pokoknya
kalau Bang Kama nikah nanti jangan tinggalin Rama sendirian. Rama bakalan
ngikutin bang Kama terus sampai kapanpun. Rama akan menjelma jadi bayangannya
bang Kama supaya bisa terus sama abang “
“ lebay kamu, “ Kama mencibir.
“ yeehh ladiknya lagi muji malah dibilang
lebay “
Tak
berapa lama, pesananpun datang. Mereka berdua makan dalam keheningan.
MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, ATAUPUN KEJADIAN YANG DIALAMI PARA PEMBACA. CERITA INI HANYALAH KARANGAN FIKTIF BELAKA. MAAF BILA ADA KESALAHAN DALAM PENULISAN (TYPO)
Note :
Dua foto itu diambil dari akun instagram salah seorang tentara RI dan dokter muda Indonesia.
Maaf ya buat bang @dhu_yuand (sebagai Kama) dan bang @antontanjung (sebagai Rama) saya gak bilang dulu mau minjem fotonya.
Saya rasa kedua pria ini cocok untuk menjadi tokoh dalam cerita. Makanya saya pilih mereka supaya cerita ini lebih hidup. Sekali lagi saya minta maaf, tidak ada niatan untuk menjatuhkan pamor. Hanya ingin membuat para pembaca semakin menghayati.
By The Way, terima kasih untuk kalian yang sudah membacanya.
Komentar
Posting Komentar