KARAM (Kama & Rama) #Bagian2

Pagi ini Kama tidak melakukan aktifitas seperti biasanya duduk di beranda rumah melihat kabut datang. Hari ini ia memfokuskan diri untuk acara adiknya. Sejak jam lima subuh tadi mereka berdua sudah terbangun. Bergantian mengenakan kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Rama sudah mengenakan baju rapi. Jas abu-abu baru yang kemarin ia beli terlihat begitu pas dengan tubuhnya. Ketampanan Rama bertambah dua kali lipat hari ini. Saat ini ia tengah memakan sarapan yang dibuat oleh Kama.
            Sementara itu di sisi lai, Kama baru selesai membersihkan tubuhnya. Ia bersiap-siap memakai seragam TNI nya dengan lengkap. Ini permintaan Rama, ia ingin kakanya mengenakan seragam tentara untuk datang ke acara perpisahan sekolahnya. Dengan hati senang Kama mengenakan baju kebanggaannya itu. Kegagahannya tak bisa tertandingi oleh siapapun pagi ini. Ia keluar kamar dalam keadaan rapi dengan seluruh seragam TNI nya.

  “ Gimana? Abang udah cakep? “
Kama ribut bertepuk tangan dan berteriak memuji kakanya. Seperti biasa Kama hanya tertawa melihat tingkah lucu adiknya itu.
            Mereka pergi dengan mengenakan mobil jeep hitam peninggalan ayahnya. Sepanjang perjalanan, Rama tak henti-hentinya memamerkan senyum. Ia tak bosan berbicara bahwa hari ini akan menjadi hari terbaik kepada kakanya. Sesampainya di gedung pertemuan, dengan bangga Rama turun dari mobil. Disusul oleh Kama. Semua orang sempat teralihkan perhatiannya kepada sosok kedua pria tampan itu. Bagaimana tidak, Rama yang memiliki wajah manis dengan jasnya yang rapi selalu memberikan senyuman kepada semua orang yang ada. Lalu disampingnya ada Kama, memakai kacamata hitam dan berjalan dengan tegap seperti hendak melindungi sang adik dari marabahaya. Semua wanita yang melihat mereka berdua terkagum-kagum. Kedua bola mata para gadis itu tak bisa lepas dari mereka.
            Acara dimulai ketika jam tepat menunjukkan pukul delapan. Seluruh rangkaian acara tersusun dengan rapi. Kama duduk terpisah dengan adiknya. Ia harus rela duduk bersama para orangtua atau wali murid yang hadir. Kebanggaan Kama terhadap adiknya semakin menyeruak ketika pembawa acara menyebutkan nama adiknya sebagai lulusan terbaik dan juga peraih nilai Ujian Nasional tertinggi di sekolah. Ia sempat menitikkan sedikit air mata di pipinya. Air mata haru dan bangga terhadap adiknya.
            Matahari sudah tepat berada di atas ubun-ubun. Teriknya matahari membuat semua orang berpeluh, termasuk Kama. Tentara tampan itu sedang menunggu adiknya di atas mobil jeep miliknya. Rangkaian acara sudah selesai seluruhnya. Kama tadi sempat melihat adiknya dan melambaikan tangan. Tetapi sang adik terlalu sibuk dengan semua teman-temannya. Ia harus rela menunggu adiknya karena Rama tadi sempat ditahan oleh teman-teman wanitanya untuk berfoto bersama. Ketika lima belas menit sudah berlalu, akhirnya Kama melihat adiknya keluar dari gedung. Membawa banyak rangkaian bunga dan hadiah di tangannya. Dengan sigap, Kama menghampiri adiknya yang sedang kesusahan.
  “ butuh bantuan pangeran? “ ledek Kama.
  “ iya nih bang, bisa tolong bawain kado-kadonya? “
  “ laksanakan! “ Kama segela mengambil alih kado-kado itu dari tangan adiknya.
  “ Langsung ke mobil ya “
Mereka kembali berjalan beriringan. Ketika ditengah perjalanan menuju mobil, mereka berdua ditahan oleh dua perempuan yang sepertinya adalah teman sekelas Rama.
  “ Rama, ini kaka kamu ya? “
  “ Iyalah ini kaka gue, kenapa mau minta foto sama dia? “
  “ Iya dong, boleh gak nih “
Dengan ramah Kama tersenyum lalu mengangguk.
  “ Rama, bisa tolong fotoin kita? “
  “ bisa-bisa “
Saat kedua teman Rama memposisikan diri, salah satu dari mereka bertanya.
  “ Namanya Bang Kama kan? Abang cakep ya “
  “ Iya, nama saya Kama. Terima kasih ya dik, tapi kayanya Rama lebih cakep dari abang “
  “ Iya sih Rama juga cakep, Cuma abang lebih berkarisma “ kata si perempuan.
Lalu perempuan yang satu lagi bertanya, “ Bang Kama udah punya pacar? “
Dengan senyuman jahil Kama menjawab, “ Tuh, yang lagi fotoin kita. Dia pacar sekaligus calon istrinya abang “.
Kedua wanita itu saling berpandangan lalu tertawa, “ Abang bisa aja bercandanya “.
Rama menghitung mundur dari bilangan tiga lalu memfoto kedua temannya dan sang kaka. Kedua wanita itu mengucapkan terima kasih, tetapi sebelum berlalu Kama menahan mereka.
  “ Bisa gantian? Tolong fotoin abang sama Rama dong “
  “ boleh, asal bang Kama nanti kasih id line atau nomor handphone abang sama kita “ jawab wanita berkebaya biru dengan genit.
  “ Masalah itu kalian minta sama Rama aja “
Rama memberikan tatapan tajamnya ke arah Kama. Seolah-olah berbicara jangan genit deh bang. Salah satu wanita itu mengambil ponsel yang diberikan Kama. Dengan cepat kama merangkul adiknya hingga mereka saling berdekatan. Wanita itu menghitung mundur, sama seperti yang dilakukan Rama ketika mengambil foto.
  “ Boleh sekali lagi fotoin kita “
  “ boleh Bang “ kata si gadis berbaju biru
  “ Rama, kamu naik ke punggung abang ya. “
  “ Maksudnya gimana Bang? “
  “ Iya kita foto lagi, kamu digendong di punggung abang tapi. Kaya dulu waktu kamu masih kecil main pesawat-pesawatan sama abang “
  “ Abang kuat emang? “
Dengan sedikit kesal Kama menonjolkan otot lengannya dan membuat lengan bajunya semakin ketat.
  “ Perlu bukti yang lain? “
Rama tertawa geli dan tanpa berkomentar apapun ia naik ke punggung Kama. Di atas gendongan kakanya, Rama membentangkan kedua tangannya. Berlaga seperti layaknya sebuah pesawat yang hendak lepas landas. Setelah selesai berfoto mereka berdua pulang kembali ke rumah.

*****
            Malam semakin larut, si bulat berwarna pucat kini tengah merangkak untuk mencapai puncak malam sedikit demi sedikit. Kama masih betah memandangi dua foto yang diambil tadi sing di dalam ponselnya. Menggambarkan sosok dirinya bersama orang yang ia cintai sedang tersenyum bahagia. Kama sedang sendirian di rumah. Tadi sore Rama berpamitan kepadanya untuk pergi ke acara Prom Night yang diadakan oleh teman-teman sekolahnya. Awalnya Kama tak mengizinkan, namun karena Rama terus merengek akhirnya ia membiarkannya pergi dengan mengendarai motor miliknya.
            Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh tiga puluh malam. Sebelum berangkat Rama telah berjanji bahwa ia akan pulang paling telat jam spuluh malam. Sudah telat tiga puluh menit dari janjinya dan ini cukup membuat Kama menjadi gelisah. Kedua bola matanya selali mengecek jam idinding. Ia memasang telinga baik-baik untuk mendengar suara deru mesin motor yang berbunyi. Namun sedari tadi ia tak mendengar apapun.
Kecemasannya semakin memuncak ketika jam terus bergulir hingga kini sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sudah beberapa kali ia menelpon Rama namun tak aktif. Ia mulai tak tenang, berjalan bolak-balik kesana kemari untuk menghilangkan kecemasannya. Lalu Kama mendengar nada dering ponselnya berbunyi, dengan secepat kilat Kama berlari ke kamarnya lalu menyambar ponsel miliknya.
  “ Halo? “
  “ Halo selamat malam, apa benar ini dengan saudara Kama? “
  “ Iya pak ini dengan saya sendiri. Ada apa ya? “
  “ Adik anda mengalami kecelakaan lalu lintas pak. Saat ini adik anda sudah kami larika ke rumah sakit. Sebaiknya bapak segera menemuinya “
Ponsel itu terlepas dari tangannya, tubuhnya merasa lemas. Seperti seluruh tulangnya dicabut begitu saja dari dalam tubuhnya. Dengan wajah penuh air mata Kama segera menyambar jaket dan kunci mobil untuk menemui adiknya di rumah sakit.
.
.

            Tubuh ringkih Rama terbaring di atas kasur beralaskan kain putih. Kepalanya terbalut perban, begitu juga dengan beberapa luka di tangannya. Infusan yang menusuk di tangannya terus meneteskan cairan putih. Rama tertabrak olah modil yang melaju cukup kencang. Tubuhnya sempat terpelanting, motornya rusak. Untungnya ada orang baik yang segera mengantarkan Rama ke rumah sakit. Keadaannya tak terlalu parah saat ini. Keningnya sedikit robek dan tadi telah di jahit. Rama sempat kekurangan darah, tetapi Kama dengan cepat segera mendonorkan darahnya untuk sang adik.
            Kama tak bisa berhenti menitikkan air mata dan menggenggam erat tangan adiknya. Kedua bibirnya tak lepas dari untaian doa yang ia panjatkan agar adiknya cepat tersadar.
   “ Rama, abang disini. Bangunlah.. “
Katanya di sela-sela isak tangis.
  “ Jangan tinggalin abang dulu, abang masih butuh kamu. Kamu hal berharga yang abang punya di dalam hidup abang. Entah abang bakalan kaya gimana kalau kamu pergi ninggalin abang sekarang “
Kama mengusap air mata, lalu sedetik kemudian mulai kembali menciumi tangan adiknya yang terkulai lemas.
  “ Abang belum sempet nyampein sesuatu hal yang penting sama kamu “
Isak tangisnya menahan kalimat Kama.
  “ Abang itu sebenernya cinta sama kamu, cinta abang buat kamu bukan sekedar cinta seorang kaka sama adiknya. Tapi sebagai seorang lelaki yang cinta sama pasangan hidupnya. Rasa sayang bang Kama sama kamu itu beda. Jadi bangunlah, bangunlah supaya abang bisa lakukan apapun buat bahagiain kamu lagi. “
  “ Abang cinta sama kamu Rama “
Itulah kalimat terakhirnya, Kama kembali larut dalam tangisnya. Ia semakin menggenggam erat tangan adiknya. Menangis sambil menciumi lengan adiknya.
  “ Rama juga cinta sama bang kama “
Di sela-sela tangisnya Kmaa merasakan usapan lemah di atas kepalanya. Ia mendongakkan kepala, lalu ia melihat mata adiknya sudah terbuka. Rama tersenyum lemah.
  “ Terima kasih tuhan “
Kama sedikit tertawa sambil menepiskan air matanya. Ia memeluk adiknya dan mencium pipinya.
  “ Rama kembali karena Rama juga masih mau sama bang Kama. Janji ya bang Kama bakal lakukan apapun supaya buat Rama bahagia “
  “ Ya, iya. Bang Rama janji akan lakukan apapun buat kamu “
Kama kembali melihat senyuman di wajah adiknya.
  “ Rama cinta bang Kama, Rama sayang bang Kama “
  “ Bang Kama juga sayang kamu “
Sebuah kecupan kembali mendarat di pipi Rama.
EPILOG
            Rama menggeliat dalam kasurnya, lalu dengan sekejap matanya terbuka lebar. Ia bangkit sekaligus dari kasurnya. Tanpa pergi ke kamar mandi terlebih dahulu untuk mencuci wajahnya, ia berlari ke luar rumah. Langkahnya terhenti ketika ia menemukan sosok kakanya sedang duduk termenung di kursi goyang. Rama menghembuskan nafas dengan lega.
  “ Rama? Ada apa? “
Tanya Kama ketika melihat adiknya berdiri di sampingnya. Rama segera memeluk tubuh besar kakanya dan duduk di pangkuannya.
  “ Aku kira bang Kama udah pergi. Hari ini cutinya beres kan “
 Kama tertawa sambil merapikan rambut Rama yang masih berantakan.
  “ Bang Kama pergi nanti jam sembilan. Kamu belum gosok gigi sama cuci muka ya. Itu beleknya masih tidur gitu “
Tanpa jiji Kama membersihkan mata adiknya dari kotoran.
  “ Sana cuci muka sama gosok gigi dulu. Bang Kama gak mau nyium yang bau pagi-pagi “
  “ ok, siap bos. Tapi jangan kemana-mana ya “

            Sudah satu tahun berlalu setelah kejadian kecelakaan saat itu. Kini Kama bukan hanya sebagai seorang kaka bagi Rama. Kama telah menjelma menjadi seorang kekasih bagi Rama. Hubungan ini terjalin berkat kejadian waktu itu. Mereka membuka perasaan mereka masing-masing. Ternyata selama ini Rama juga menyimpan perasaan yang sama seperti Kama. Ia hanya takut untuk mengungkapkannya. Kama senang dengan hal itu, seperti mendapatkan hadiah yang diinginkannya sejak lama secara tiba-tiba.
            Kama masih tetap bertugas sebagai tentara, tak ada yang berubah. Rama juga sudah kembali melanjutkan studinya menjadi salah satu mahasiswa di jurusan kedokteran. Kama mulai sering pulang ke rumah karena tugasnya yang tidak terlalu padat akhir-akhir ini. Mereka sering menghabiskan waktu bersama jika Kama pulang ke rumah.
.
.
            Jam sembilan tepat, Kama sudah menggendong tas dan berpakaian rapi. Baret biru Rama pasangkan di kepalanya.
  “ Kapan bang Kama pulang lagi ke rumah? “
  “ Gak tau, tapi kayanya selama tiga minggu bang Kama gak akan pulang “
  “ Yaahh.. Rama pasti kangen bang Kama “
  “ hhiiihhh.. biasanya juga gak apa-apa ditinggalin, “ Kama mencubit kedua pipi adiknya dengan gemas.
  “ Oh iya, minggu depan kamu ada UTS kan? “
  “ Iya, doakan supaya lancar ya Bang “
  “ Pasti dong, adiknya abang kan pinter “
  “ Adik? “
  “ iyalah kamu adiknya abang kan? Terus apalagi kalau bukan adik? Masa pembantu “
Rama memanyunkan bibirnya, berlaga marah.
  “ hahaha.. iya iya deh pacarnya Kama yang manis, ya udah bang Kama pergi dulu ya “
  “ Tunggu Bang “
Rama menarik tengkuk kakanya lalu mencium bibirnya dengan pelan. Kama tak menolak, ia malah membalas ciuman dari adiknya.
  “ Nakal ya kamu Rama “
  “ Biarin, ya udah sana pergi nanti telat terus di suruh push up lagi sama komandannya “
  “ iya, abang pergi ya. Jaga rumah baik-baik ya “
Kama berjalan menjauh dari rumah. Rama melambaikan tangannya sambil tersenyum.
  “ Love you bang Kama “
  “ Love you too Dek! “

Kama menyalakan mobilnya lalu pergi menjauh.
Selesai

MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, ATAUPUN KEJADIAN YANG DIALAMI PARA PEMBACA. CERITA INI HANYALAH KARANGAN FIKTIF BELAKA. MAAF BILA ADA KESALAHAN DALAM PENULISAN (TYPO)

Note :
Maaf kalau endingnya gak jelas. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih dan sekaligus minta maaf kepada bang @dhu_yuand dan bang @antontanjung jika melihat tulisan ini karena tidak bilang untuk meminjam fotonya.
Semoga kalian semua suka dengan ceritanya.
Nama Kama dan Rama sendiri saya dapatkan dari sebuah buku milik ibu saya. Kedua nama itu diambil dari bahasa sansekerta.
Kama berarti seseorang yang dipuja, sedangkan Rama mengandung arti pembawa kebahagiaan. Siapa tahu aja ada yang lagi nyari nama buat bayi yang baru lahir. Asal jangan kasih nama "Karam" saja karena Karam itu artinya tenggelam ke dasar laut.

Mr.Jones mengucapkan selamat malam dan selamat menunaikan ibadah puasa. Semoga lancari hingga hari kemenangan nanti.
See you
#kecuphangat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA SEGI EMPAT ( CHAPTER 15 )

I JUST LOVE YOU ( TWO SHOOT )

KARAM (Kama & Rama) #Bagian1