PARADISE LOVE (Chapter 12)

Ghifari ingin pergi kembali ke kantor dan bertemu dengan Arno. Ia merasa bahwa apa yang ia lakukan saat ini salah. Ia ingin memeluk kekasih dan pasangan hidupnya itu. Ia ingin mengecupnya saat ini juga. Tapi bos baru sialannya ini menahannya dengan percakapan yang menyangkut dengan masalah pekerjaan mereka.
  “ Laporanmu bagus, kau bekerja dengan baik hari ini “
  “ Terima kasih Hye Sung “
  “ Hei ayolah, kau kaku sekali. Bisakah kau bersikap biasa saja kepadaku? Seperti layaknya teman? “
  “ Maafkan aku “ hanya itu yang bisa Ghifari ucapkan.
  “ Jadi sudah berapa lama kau menjalani hubungan itu dengan Arno? “
  “ Sudah lama, kami bertemu ketika ia mengawali kuliahnya dulu di Indonesia. Ayahnya adalah teman baik ayahku dulu. Arno sudah tinggal satu rumah bersamaku saat itu. Dari sanalah aku mulai menyukainya dan kami berdua memutuskan untuk menikah ketika kami pindah kesini “
  “ Hmmm.. kau bahagia bersamanya? “ Hye Sung terlihat sangat hati-hati ektika menanyakan itu.
  “ Tentu saja, bahkan lebih bahagia setelah aku menikahinya “
  “ Tapi kau tahu kan menikah dengannya tidak akan membuatmu memiliki keturunan. Maksudku, dia seorang pria begitu juga dengan kau. Tak ada yang memiliki rahim dan tak ada yang bisa hamil. Apa kau yakin ingin bertahan dengan hubungan itu? “
Ghifari menggebrak meja, Hye Sung terperanjat karenanya.
  “ Apa maksudmu? Kenapa kau berbicara seperti itu? Kau memang bos ku tapi kau tidak sepatutnya mengurusi kehidupanku dengan kekasihku. Aku tak suka itu “ Ghifari bangkit dari duduknya, tetapi tangan halus Hye Sung menahannya.
  “ Maafkan aku, jangan pergi. Pesanan kita belum datang. Duduklah.. “
Ghifari sebenarnya ingin melepaskan pegangan tangan itu. Tapi hatinya mengatakan tidak, Hye Sung terlalu lemah untuk dia lawan.
Pesanan yang mereka pesan akhirnya datang. Mereka berdua makan dalam keheningan. Sesekali Hye Sung menatap wajah Ghifari dengan sembunyi-sembunyi. Ia melihat raut marah di wajah Ghifari menghilang. Kue yang dimakan oleh Ghifari memuntahkan cairan cokelat ke sisi bibir dan kerah bajunya. Ia mendesah dan segera mencari sapu tngan yang selalu Arno sediakan di saku celananya.
  “ Tunggu sebentar “
Hye Sung meraih tisu di dalam tasnya, dengan hati-hati ia melap cokelat itu dari sudut bibir Ghifari. Ghifari terlalu terkejut dengan perlakuan bos barunya itu, sampai-sampai ia tidak bisa menghentikannya.
  “ Sini biar kubersihkan juga noda di kerah bajumu “
  “ Ah tidak usah, biar aku lakukan sendiri saja “ kata Ghifari sambil merogoh sapu tangan di saku celananya.
.
.
.
          Taman yang dikunjungi Yun Ho dan Arno terlihat sepi. Udara terasa sangat dingin disini. Mereka duduk di kursi kayu yang sama dinginnya dengan udara disini. Arno mengeratkan mantelnya, tubuhnya sangat kedinginan. Ia lupa membawa syal nya, lehernya terasa sangat kebal saat ini karena dingin. Mulutnya mulai bergetar.
  “ Ini pakailah “
Yun Ho melepaskan syal merahnya lalu membelitkan syal itu di leher Arno.
  “ Tapi, kau akan kedinginan “
  “ Tak apa, aku sudah terbiasa dengan hawa dingin. Aku akan baik-baik saja. Bagaimana? Kau sudah merasa lebih baik? “
Arno mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
  “ Maaf karena aku meminta pergi secara tiba-tiba “
  “ Tak apa, tapi aku bingung. Sebenarnya apa yang terjadi? “
Arno terdiam sesaat. Mengingat kejadian tadi yang ia lihat. Air mata kembali mengalir di pipinya.
  “ Tadi di kafe aku melihat kekasihku sedang berduaan dengan wanita lain “
Yun Ho menatapnya kaget “ Benarkah? Kau melihatnya? Kenapa kau tidak berbicara kepadaku? Aku bisa menghampiri dan menghajar lelaki itu jika kau mau “
Isak tangis Arno semakin menjadi, ia merasakan rasa malunya menghilang. Dengan pelan, Yun Ho membawa Arno kedalam pelukannya. Arno tak menghindarinya. Ia membalas pelukan itu dengan erat. Arno membenamkan wajahnya di dada Yun Ho sambil menangis tersedu-sedu. Getaran aneh terasa di dalam dada Yun Ho. Instingnya mengatakan kalau ia harus menjaga Arno mulai dari sekarang. Perasaan ingin melindungi anak itu semakin besar ketika tangisnya semakin kencang.
          Dengan berani Yun Ho mengelus kepala Arno. Merasakan setiap helai rambutnya yang halus dan harum.
  “ Keluarkan seluruh tangismu. Aku pernah merasakan apa yang kau rasakan. Aku pernah mengalaminya sama sepertimu. Tenang saja, aku ada disini sekarang. “
  “ Yun Ho, kenapa dia melakukan hal itu kepadaku? Aku sangat mencintainya Yun Ho tetapi kenapa dia seperti itu “
  “ Ssshhhh.. sudahlah. Jangan ingat itu lagi ya. Lupakan saja seolah-olah kau tidak pernah melihat dia melakukan itu kepadamu. Mengerti? “
Yun Ho semakin mengeratkan pelukannya. Menghiraukan orang-orang yang melihat mereka berdua.

*****
         Ghifari sudah kembali ke rumah ketika matahari terbenam. Hatinya sangat khawatir. Setelah kembali dari kafe ia tak menemukan Arno di kantor. Ia menanyakan kepada semua orang tapi tak ada yang tahu. Ia hanya mendapatkan info dari Al bahwa Arno pergi bersama seorang model baru untuk mengurus jadwal pemotretan. Tapi masalahnya sampai saat ini ia tidak bisa dihubungi.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Silahkan tekan satu untuk meninggalkan pesan
Nomornya belum juga aktif. Ghifari duduk di sofa dengan hatinya yang gelisah. Sepuluh menit kemudian ia mendengar pintu depan terbuka. Ia bangkit dari duduknya dan segera berlari. Ia melihat Arno masuk kedalam rumah dengan tubuh lunglai. Matanya bengkak dan hidungnya memerah.
  “ Sayang, kamu dari mana aja? Kak khawatir nyari kamu “
  “ beneran khawatir? Arno capek kak “
Arno berjalan melalui Ghifari yang masih berdiri di depan pintu.
  “ Kamu kenapa sayang. Mata kamu bengkak begitu. Sini kaka kompres dulu “
Arno duduk di sofa dan menyalakan tv. Ghifari duduk di sampingnya.
  “ Sini kaka liat dulu mata kamu “ Ghifari mengarahkan kepala Arno untuk menoleh ke arahnya.
Tetapi dengan kasar Arno menepisnya.
  “ Lepasin kak, jangan sentuh Arno “
  “ Kamu tuh kenapa sih sayang? Pulang-pulang ko begini “
  “ Kenapa? Kaka bilang kenapa setelah aku liat kaka berduaan sama wanita gila itu di kafe? “
  “ Sayang, kamu jadi cemburu nih? Kaka cuma makan bareng biasa ko sama dia “
  “ makan siang biasa? Sambil pegang-pegangan, itu biasa ya menurut kaka? “
  “ Maksud kamu? “
  “ Aku ngeliat Hye Sung elus-elus wajah kaka, dan kaka diem aja seolah-olah menikmati sentuhan wanita gila itu. Aku liat itu semua kak aku liat itu “
  “ Kaka bisa jelasin itu semua sayang “
  “ Aku gak butuh penjelasan “
Arno berlari menuju kamar, Ghifari mengejarnya. Tapi langkahnya terhenti ketika Arno menutup pintu kamar dengan keras.
*****
          Sudah setengah jam Arno mengurung dirinya sendiri di dalam kamar. Ghifari sudah berusaha membujuknya untuk membuka pintu namun nihil. Ghifari saat ini tengah duduk di depan pintu kamar mereka berdua, menunggu Arno keluar dari sana.
Kantuk sudah menyerang dirinya, beberapa kali kepalanya hampir terjatuh ke arah depan. Namun Ghifari menahan rasa kantuknya sekuat tenaga. Matanya membelalak ketika mendengar suara pintu terbuka. Ghifari melihat Arno kembali berlari masuk ke dalam kamar. Dengan cepat ia mengikutinya.
          Ghifari kembali melihat istrinya. Kali ini ia sedang meringkuk di atas kasur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Ia bisa mendengar isak tangis dari bibir Arno. Tubuh mungilnya juga terlihat sedikit bergertar. Ghifari naik kekasurnya, memposisikan diri di samping Arno yang masih berbaring.
  “ Apa yang kamu liat tadi siang itu salah paham sayang. Hye Sung Cuma mau bersihin noda cokelat. Gak ada yang lebih, lagian juga kaka gak mungkin lah lakuin itu semua. Kaka gak mungkin nyakitin kamu sayang, kita berdua kan udah janji buat gak nyakitin satu sama lain. Kaka gak mungkin langgar janji itu. Setelah kaka nikahin kamu, kamu itu jadi hal yang paling berharga dalam hidup kaka. Jadi kaka gak mungkin nyakitin kamu sayang, kaka minta maaf ya. Kaka janji gak akan lakukan itu lagi. Kaka janji gak akan deket-deketan lagi sama wanita yang kamu bilang gila itu. Kaka janji mulai sekarang. Mulai malam ini “
Arno membalikan tubuhnya, menatap Ghifari yang kini tersenyum.
  “ Kaka janji? “
  “ Iya sayang, kaka janji. “
Arno menangis lagi, tapi kali ini sambil memeluk tubuh Ghifari. Ghifari menyambutnya dengan perasaan lega. Ia seperti kembali menemukan potongan di dalam dirinya yang hilang.
  “ Jangan nangis lagi sayang. Istrinya Ghifari gak boleh keliatan jelek “
Arno memukul dada Ghifari cukup keras sambil berkata “ Sialan! Dasar beruang kutub “.

Ghifari tertawa lalu mencium puncak kepala Arno dan memeluknya semakin erat.

MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, ATAUPUN KEJADIAN YANG DIALAMI PARA PEMBACA. CERITA INI HANYALAH KARANGAN FIKTIF BELAKA. MAAF APABILA MENEMUKAN KESALAHAN DALAM PENULISAN.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA SEGI EMPAT ( CHAPTER 15 )

I JUST LOVE YOU ( TWO SHOOT )

KARAM (Kama & Rama) #Bagian1