CINTA SEGI EMPAT ( CHAPTER NINE )
Aku mendorong kereta bayi ini bersama
bang Wingky menyusuri toko-toko di mall. Dari tadi kami menjadi pusat perhatian
para pengunjung mall ini. Mungkin dalam benak mereka penuh dengan pertanyaan “
Ko cowo sama cowo bisa punya anak ya? “. Haaahhh... tapi ku hiraukan saja
pandangan mereka.
“ No, kita kemana dulu nih? Mau ke tempat games dulu atau mau beli susu
dulu? “
“ Udah bang beli yang pentingnya aja dulu. Ayo cepetan ahh... kita beli
susunya “
Aku mendorong kereta bayi itu dengan
agak sedikit cepat menuju supermarket yang ada di mall besar ini.
Ku
ambil troli belanjaan lalu menyimpan si bayi perempuan itu di tempat duduk yang
ada di troli. Bayi itu tersenyum manis kepadaku. Eeeuuuhhh.... gemes!
“ Sekarang kamu belanja sama om ya adik maniss... “ bayi itu tertawa
lagi.
Bang Wingky memasukkan satu persatu
produk bayi kedalam troli. Mulai dari susu, biskuit bayi, dan juga snack snack
untuk bayi. Kayanya uangnya bang Wingky gak berseri deh. Belanjaan nya banyak
banget, semuanya di beli. Sampai boneka taddy bear yang harganya seratus ribu
di beli sama dia cuman gara-gara ni bayi kecil tadi ngerengek pengen boneka
itu.
Saat
akan membayar di kasir, si penjaga kasir sempat terkejut melihat belanjaan kami
berdua.
“ Wah belanjaan nya banyak banget mas... “ seru si pelayan kepada kami.
“ Ya emang kenapa kalau belanjaannya banyak? Masalah buat embak? Yang
mau bayar juga saya ko bukan mba. “ Bang
Wingky membentak si mba penjaga kasir. Wkwkwkwkwkwkw... rasain loh di marahin
cowo cakep.
Tanpa
bicara lagi si mba penjaga kasir langsung menghintung jumlah uang yang harus di
bayar oleh kami. Satu persatu belanjaan yang kami beli di hitung olehnya.
Ohhh... god! Dalam monitor itu tertera Rp.850.000.
Buset
dah, baru kali ini aku ngeliat orang belanja sebanyak ini. Emang bener-bener
gila nih bang wingki. Bang Wingky mengeluarkan dompet coklatnya lalu membayar
dengan uang pas. Ia menjinjing belanjaan sambil mendelikkan matanya ke aras si
penjaga kasir. Aku memberikan senyum kepada si mba penjaga kasir itu seraya
menggendong bayi manis ini.
*****
Saat
ini kami sedang makan di restourant jepang yang ada di mall ini. Suasana negri
sakura sangatlah kental di restourant ini. Sampai-sampai si pelayanpun
berkostum baju-baju ala jepang.
“ Arno mau makan apa? “
“ Eeeemmmm.... apa ya? Arno gak begitu tau makanan Jepang bang. Jadi abang
aja deh yang milih buat arno “
“ ok, ok! “ Bang Wingky pun memesan beberapa makanan yang nama
makanannya itu agak sedikit ribet menurutku.
Si
bayi mulai gelisah, kayanya dia juga laper deh. Aku segera mencari biskuit bayi
yang tadi di beli.
“ No, ngapain kamu gerasak-gerusuk ke belanjaan bayi? “
“ Ini kak, kayanya ni bayi laper deh. Liat aja mulutnya. Aku mau ngasih
dia biskuit bayi “ aku temukan biskuit itu lalu ku buka bungkusnya dan
memberikan sepotong biskuit kepada bayi itu.
Si
bayi mengambilnya lalu memasukan biskuit itu kedalam mulutnya yang mungil. Ia
mengunyah biskuit itu dengan agak kesusuahan. Ternyata di mulutnya belum tumbuh
gigi. Hadeeuuuhhh... gimana dong.
“ Bang, biskuitnya terlalu keras. Kayanya harus di campur air deh biar
halus. Abang bisa tolong mintain mangkuk kecil sama sendok gak ke si
pelayannya. Kasian nih bang bayinya. Kayanya laper “
“ Iya-iyaaa... abang pinjem dulu ya. Kamu tunggu sini “ bang wingky
bangkit dan pergi dari hadapanku.
Kulihat
si bayi mulai kesal. Wajahnya memerah dan mulai menangis. Aduuuhhhh... ni bayi
malu-maluin banget sih. Semua orang melihat kearah ku. Bang Wingky mana lagi,
lama amat bawa mangkkuknya.
Selang
beberapa menit bang wingky datang membawa mangkuk kecil beserta sendok kecil
dengan di ikuti si pelayang yang membawa hidangan yang kami pesan.
“ nih No mangkuknya “ bang Wingky menyodorkan mangkuk itu kepadaku. Aku
segera memasukkan tiga biskuit bayi itu ke dalam mangkuk dan mencampurkannya
dengan air mineral.
“ Tunggu ya bayi manis, bidkuitnya lagi di ancurin dulu sama om Arno.. “
celetuk bang Wingky.
Setelah si biskuit ini lumer dengan
air, aku mulai menyuapi si bayi dengan perlahan. Si bayi itu sangat lahap
sekali memakan biskuitnya.
“ No, makanannya di makan dong. Udah abang pesenin banyak nih “ ujar
bang Wingky.
“ Aduh... abang gak liat aku lagi nyuapin bayinya ya? Nanti aja deh bang
“
“ Tapi kalau nanti makanannya keburu dingin. Kamu abang suapin aja ya “
Bang Wingky menyodorkan sebongkah nasi yang di gulug oleh sesuatu seperti
kertas tapi berwarna hijau ke mulutku.
“ Ayo buka mulutnya abang suapin. “ Bang Wingkky masih terus bersikeras
untuk menyuapi ku. Akhirnya aku membuka mulut dan aaammmm..... bongkahan nasi
itu aku lahap semuanya.
“ Gimana? Enak? “
“ Hhhmmm... enak banget bang “
*****
SUDUT
PANDANG GHIFARI
Aku
sedang memasak untuk kekasihku tersayang saat ini. Tadi di super market aku dan
Zain membeli udang, daging, dan beberapa komponen masakan lagi. Walaupun aku
seorang pria, tapi dalam urusan memasak aku sangat jago. Buktinya Zain sangat
menyayangiku karena aku bisa memasak.
“ Sayaaanngg... udah mateng belum sih? Ko lama amat? Udah laper nih
sayang “ Zain memelukku dari belakang sambil mencium tengkuk leherku.
“ iihhh... Zain, jangan cium cium kaya gitu. Geli... aku lagi masak “
“ ia aku tau kamu lagi masak, eemmm.... boleh gak kalau sambil masak
kita main tusuk-tusukan sayang “
“ Tusuk-tusukan apaan? Piso? Gak ah, jahat banget kamu mau bunuh aku “
“ Yeee... main tusuk-tusukannya bukan pake piso tapi pake ini nih “ ia
menggesekkan gumpalan yang ada di selangkangannya ke pantatku.
“ Huuu... nafsu banget sih kamu “ Aku membalikkan tumis kangkung yang
sedang aku masak ini.
Zain
mulai nakal denganku. Ia menyelipkan tangannya ke dalam bajuku lalu
menyingkapkannya. Jarinya mulai bermain-main di puting ku. Aku sedikit
menggelinjang di buatnya.
“ Tuh kan kamu juga mulai menikmati. Haaaahhh... kamu tuh ya munafik
banget yang “ Zain mencium pipiku.
Tangannya mulai turun kebawah,
menyelusup ke celana jeans ku. Ia membukia kancing celanaku dan menurunkan
zipper celanaku. Ia mengambil benda kesayanganku ini lalu mengocoknya dengan
pelan.
“ Aku kangen sama titit kamu sayang... udah lama gak rasain manisnya
titit kamu “ Zain mulai berkata jorok.
“ Aduuhhh... yang, aku mau nyelesain ini dulu yah. Jadi susah nih
masaknya kalau begini “ Aku mulai memindahkan tumis kangkung yang sudah matang
ini ke dalam piring.
Tanpa menunggu aba-aba dariku, Zain
menggendongku dengan cepat. Ia dudukan aku di meja makannya. Ia berjongkok di
hadapku dan mulai mengoral penisku dengan lembut. Aaaasssshhhhh... rasanya
seperti terbang bersama awan di langit. Kenikmatan ini terasa sampi ubun-ubun.
Tubuhku menggelinjang di buatnya. Zain berhenti sejenak untuk menciumku lalu
kembali mengoral penisku yang sudah tegak ini.
“ uuuhhh.. Zain, cukup..! sekarang gantian ya. Aku juga pengen ngoral
penis kamu sayang.. “
Zain
menuruti apa kataku, dia membuka celananya hingga terlepas lalu duduk di atas
meja. Dengan ganas aku segera mengoral penisnya dengan cepat. Terdengar suara
lengguhan keras dari mulut Zain. Cukup lama aku mengoralnya, ia memang sangat
kuat untuk aku runtuhkan pertahanannya.
“ Sayang.. mulutku pegel nih kenyotin penis kamu terus “
“ Ya udah deh sayang, kalau gitu aku mulai nabung sperma aja yah di
lubang kamu yang nikmat itu “
Dengan kasar Zain menganggkat tubuhku
dan membaringkan tubuhku yang tak berdaya ini di meja makannya. Zain
memelorotkan celanaku hingga terlepas dan jatuh ke lantai. Setelah itu ia
benamkan mukanya ke pantatku yang kencang ini. Ia jilat silitku yang sudah lama
tak di jamah olehnya. Rasa nikmat semakin menjalar. Tak berapa lama ia kembali
bangkit dan mulai mencoba untuk memasukkan penisnya ke dalam anusku.
Rasa
sakit mulai menjalar tubuhku. Mungkin karena sudah lama tak di jamah olehnya
jadi mengecil kembali.
“ Uuuuhhhh... Ghifari... ko lubangnya jadi sempit sih? Tapi enak.. “
katanya.
Keringat yang bercucuran di wajahnya
mulai jatuh satu persatu. Perjuangan yang memakan waktu yang sangat lama ini
sangat menyiksaku. Bayangkan saja, rudal dengan size XL dimasukan ke dalam
lubang yang berukuran S. Aku menjerit kesakitan saat semua penisnya sudah
tertanam dengan dalam di anusku.
“ Sakit yah sayang, ya udah. Aku bakalan pelan-pelan ko masukinnya. “ Ia
menciumku. Mulai dari bibir, leher, dadaku, bahkan kedua kupingku pun tak luput
dari jilatannya.
Zain
mulai menyodokkan penis nya dengan cepat ke anusku. Rasa sakitpun kini sudah
tenggelam. Yang ada hanyalah kenikmatan yang luar biasa. Peluh kami saling
menyatu. Zain menghimpitku. Suara desahan dan decitan meja makan ini menggema
di seluruh ruangan.
Hingga
akhirnya, pertahanan Zain pun rubuh. Ia menggelepar dan berteriak dengan keras
layaknya singa yang sedang menakuti mangsanya. Semburan air mani yang sangat
putih dan kental itupun mulai menghujami dinding-dinding anusku. Zain
mnemelukku erat sambil menggesekan perutnya yang licin itu dengan penisku.
Hingga akhirnya akupun mulai menyemburkan luapan air maniku di perut Zain yang
six pack. Zain mencabut penisnya yang masih terbenam di anusku. Lalu dengan
segenap tenaganya dia menggendongku kembali menuju kamarnya.
Ia
membaringkanku disana, aku terpejam. Terasa dia memelukku erat di sampingku.
Hingga akhirnya akupun terlelap dengan tubuh bagian bawahku yang masih
telanjang.
*****
Mataku
mulai terbuka dengan perlahan, aku menggeliat merenggangkan tubuhku. Ku tengok
tubuh bagian bawahku ternyata aku masih belum memakai celanaku lagi. Penisku
sepertinya tertidur sangat lelap saat ini xixixixixixixixixi....
Saat
aku tengok ke sebelah kananku, ternyata disana hanya ada guling. Kemana Zain
ya? Kenapa dia gak bangunin aku. Aku turun dari ranjangnya, ternyata dia sudah
menyediakan celanaku di samping meja nya. Aku memakai celanaku lagi lalu aku
turun ke bawah untuk mencari Zain.
Saat
aku membuka pintu dan melihat ke meja makan. Kulihat Zain sedang memakan
makanan yang tadi aku masak bersama seorang perempuan cantik. Mereka berdua
sedang bersenda gurau sambil berpegangan tangan. Tunggu..!!! sepertinya aku tau
perempuan itu siapa? Ya itu Gina mantan kekasihnya Zain waktu SMP dulu.
Kenapa
dia ada disini? Kenapa juga Zain seromantis itu dengan Gina. Hatiku tambah
sakit saat melihat Zain mencium bibir Gina dengan mesra. Berengsek kamu Zain!
Kamu sudah menghancurkan hatiku.
“ Zain! Apa yang sedang kamu lakukan? “ aku membentaknya.
Zain langsung melepaskan ciumannya
dari bibir Gina. Ia sangat kaget melihatku. Ia berlari ke arahku. Aku segera
turun dari tangga hendak pergi dari rumah ini. Aku sudah muak dengan Zain
sekarang. Tega-teganya dia menyakitiku seperti ini.
“ Tunggu Honey, iii..nniii hanya salah paham saja. Maaf kan aku Honey,
aku cinta kamu, aku sayang kamu... “
“ Stop Zain, gue gak mau dengerin penjelasan dari lo lagi. Ini semua tuh
udah cukup jelas Zain. Tega lo Zain, berengsek lo. Bertaun-taun kita jalani
hubungan ini. Tapi ternyata kayanya gue Cuma lo manfaatin hanya untuk
kepentingan seksual lo aja. Gue muak Zain, Anjing lo Zain. Lo emang punya hati
kaya SETAN! Mulai sekarang, jangan panggil gue honey atau apalah. KITA PUTUS!!
DENGERIN TU SAMA KUPING LO. KITA PUTUSSS...!!!
“ Air mataku tumpah membanjiri pipi.
Beberapa
jam yang lalu aku masih merasakan hal yang sangat indah, sekarang... hancurlah
sudah rasa indah itu. Hatiku seperti tersayat oleh bambu runcing yang tajam.
Kau telah meruntuhkan hatiku Zain. Kenapa? Kenapa kamu lakuin sama aku?
Ternyata aku salah sama menilai kamu Zain.
“ Please Honey dengerin dulu aku. Aku m,asih cinta kamu.. “
“ Stop..!! don’t call me honey again Zain. Kita putus “
Aku berlari keluar rumah dan segera
menaiki taksi. Aaaarrrrggghhhhhh... kenapa akhir cerita cintaku harus seperti
ini?
SUDUT
PANDANG ARNO
Aku
tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan para pelawak di tv itu. Saat ini aku
sedang santai bersama bang Wingky dan bayi mungil ini. Jujur saat ini aku
seperti mempunyai keluarga baru lengkap dengan seorang anak perempuan. Bang
Wingky sedang Asyik menyuapi bayi perempuan itu dengan snack yang tadi di beli
di super market.
Sekali-sekali dia menggendong bayi itu
layaknya superman. Bayi itu hanya tertawa terbahak-bahak.
“ Eh no, ko Ghifari jam segini belum pulang ya? Hhmmm... abang khawatir
nih. “
“ Ghifari udah gede bang. Kenapa harus khawatir sih? Dia kan bisa jaga
diri “
“ eeemmmhhhh... oh ya? Hhhmmmm.... kayanya ada yang cemburu nih kalau
abang khawatirin Ghifari “
“ Siapa? Siapa coba yang cemburu? Aku gak cemburu tuh “
“ idih... siapa juga yang ke kamu, abang tuh ke bayi perempuan ini tau
gak “
Bang Wingky tertawa terbahak-bahak.
Lalu dia mencubit pipiku. Haaaahhhhh..... bang WINGKYYYY!!!
BBRRRAAAAKKKK!!!! Tiba-tiba pintu
rumah terbuka dengan lebar. Ghifari langsung masuk ke dalam rumah sambil
menangis. Ada apa dengannya?
“ Ghifari kenapa tu no? “
Aku hanya menggeleng.
Komentar
Posting Komentar