DON'T LEAVE ME ALONE ( ONE SHOOT )
Suasana
kamar William saat ini begitu terasa sangat panas. Bukan panas biasa, melainkan
panas antara kedua tubuh pria tampan yang saling bergesekan satu sama lain.
Mereka sedang bergerumul dalam satu ranjang. Baju dan celana mereka sudah
berserakan di lantai. Decitan suara ranjang terdengar begitu jelas. Desahan nafas
William pun menyatu dengan suara decitan ranjang itu.
“ aaaahhhhh... honey! Aku serahkan semuanya
padamu. Come on make me fly in the sky “ ujarnya sambil membelai wajah
kekasihnya yang tampan itu.
William
mengelus wajah Nino dengan pelan. Ia belai rambutnya, lalu ia bangkit dan
memberikan kecupan di bibir merah Nino. Nino membalas kecupan itu, ia julurkan
lidahnya lalu melumat habis mulut William.
Nino mulai memasukkan senjata
kejantanannya ke dalam sebuah lubang sempit yang sama sekali belum di jamah
oleh siapapun.
“ Apa kau merasa sakit sayang? “ tanya Nino
“ aaahhh... rasanya memang agak sakit, tapi
lanjutkan lah baby! Malam ini seluruh tubuhku menjadi milikmu “ ujarnya mesra.
Nino
kembali memulai pekerjaannya, bercak merah menetes dari lubang sempit pria
keturunan Chinese itu. Ia menjerit kesakitan, tapi Nino segera menyumpal bibir
nya dengan kecupan mesra. Lama-lama jeritan sakit itu berubah menjadi desahan
yang nyaman dan nikmat. Nino tersenyum manis dan mengecup mata William dengan
lembut.
“ honey... aku sudah tak kuat lagi.. “ pekik
William.
“ jangan di tahan! Keluarkan saja “ Nino
masih sibuk dengan genjotannya.
William
berteriak mendesah dengan keras. Cairan putih kental itu keluar tak beraturan
seperti tumpahan lava panas membanjiri perut William dan juga Nino.
Malam ini William begitu puas dengan
apa yang telah di lakukan oleh Nino padanya. Karna selama lima tahun mereka
menjalin hubungan baru kali ini mereka melakukan hal intim seperti ini.
William
kembali beraksi, ia memilin-milin puting susu Nino yang sudah mengeras seperti
batu. Kini Nino yang mendesah, tak berapa lama ia mengerang dengan hebat.
Tubuhnya menggelinjang. Pertahanannya runtuh, tubuhnya melemas dan ambruk di
pangkuan William kekasihnya.
Desahan nafas Nino begitu terasa
hangat di kulit putih pucat William. Nino menggulingkan tubuhnya dan tertidur
di samping kekasih tercintanya itu. William memeluk erat tubuh Nino dan ia
menempelkan kepalanya di dada bidang Nino. Nino mengusapnya dengan lembut dan
ia berikan kecupan kecil.
William tersenyum sumringah dan ia
menatap wajah Nino yang saat ini sedang memejamkan mata. Bibir tipis merah,
bulu mata yang lebat, dan hidung mancung itu selalu membuat jantung William
berdebar kencang.
“ Nino.. “ panggilnya dengan lirih
“ hhhmmm... what happen my lovely prince? “
“ thank you “
“ for what? “ Nino membuka matanya.
“ untuk apa yang barusan kau lakukan padaku.
“ ucap William manja.
“ ok your welcome my honey! Akhirnya benih
cintaku tertanam di perut mu ini “ Nino mengelus perut William. Mereka tertawa.
“ honey! “ William memainkan jarinya di dada
Nino
“ ya! “
“ apa kau akan meninggalkanku setelah
melakukan ini semua? “
Nino
bangkit dan menatap William dengan tajam.
“ apa maksudmu sayang? Jangan berbicara bodoh
seperti itu. Aku akan selalu berada disisimu. Aku tidak akan pernah
meninggalkanmu “ Nino tersenyum.
William
kembali memeluk kekasih tampannya.
“ are you promise? “
“ yes I will promise to you my lovely prince
“
Nino
membelai mesra William. Senyum sumringah terlihat jelas di wajah William
“ ya udah, sekarang kita tidur ya sayang..,
besok aku harus bangun lebih awal. Ada meeting sebuah project yang harus aku
selesaikan “ jelas Nino
“ ok, besok aku juga masih banyak urusan di
restoran. Pasti besok akan menjadi hari yang melelahkan untukku “
“ iya makannya tidur. Ayo sini, akan ku peluk
selama kau tidur “
Kedua
sejoli itu mulai membaringkan tubuhnya. Mereka tertidur dengan keadaan masih
telanjang.
*****
Matahari mulai menyinari kamar
William. Sinar itu menyinari wajah Nino yang masih terbaring pulas. Jam alarm
berbunyi nyaring, Nino terperanjat kaget lalu bangun dengan tergesa-gesa.
“ oh god! Aaarrggghhhh... bisa-bisa aku
kesiangan nih “ ucapnya panik sambil melihat jam weker nya.
Nino
segera pergi menuju kamar mandi William. Tubuhnya masih telanjang tanpa sehelai
benang pun.
“ honey...!!! bisa tolong siapkan baju kerja
untukku? Minggu lalu aku sudah menyimpan beberapa kemeja, celana, dasi, dan jas
di lemarimu “ teriak Nino di dalam kamar mandi.
Tak
ada balasan dari William. Nino mengacuhkan hal itu, lalu ia meneruskan
mandinya.
Selesai mandi Nino tidak melihat ada
gantungan baju yang tersedia di kamar. Ia mendengus kesal, Nino membuka lemari
dan segera memakai bajunya. Setelah rapi ia segera menuju meja makan.
Di meja makan sudah tersedia sarapan
untuknya dan berkas-berkas miliknya. Lalu di samping makanan itu ada secarik
kertas. Nino membuka lipatan kertas itu dan membaca sebuah memo dari William.
Good
morning my dear, pasti di saat kau bangun kau akan bingung mencariku hehehe....
Aku pergi
ke restoran lebih awal hari ini. Maaf karna aku tidak izin padamu, tadi kau
tidur sangat pulas, aku tidak berani membangunkanmu sayang. Tapi tenang!
Sebelum pergi aku sudah memasak untuk sarapanmu pagi ini. Dan akupun sudah
menyiapkan berkas-berkas meeting mu hari ini. So , have a nice day my lovely
boy. Sampai ketemu nanti...
Love
William
Nino
menggeleng-geleng dan tersenyum. Ia buka tudung saji, makanan kesukaannya sudah
terhidang disana. Nino mulai memakan sarapannya dengan hati yang senang.
Di sisi lain William sedang sibuk
dengan pekerjaannnya sebagai kapten Chef di restoran peninggalan ayahnya.
Selain menjadi kapten Chef di dapur, ia pun menjabat sebagai manager di
restoran itu.
William kini hidup sebatang kara,
ayah dan ibunya meninggal 2 tahun yang lalu karna insident kecelakaan lalu
lintas. Tapi ia tak begitu kesepian karna ia mempunyai kekasih baik seperti
Nino.
Mereka berdua bertemu lima tahun
yang lalu di restourant milik William. Saat itu Nino sedang mengunjungi
restourant milik William ini bersama teman-temannya. Nino langsung jatuh cinta
pada pandangan pertama pada William.
Ok, dan sedikit cerita tentang
kehidupan Nino. Dia pria berusia 25 tahun yang sangat beruntung karena terlahir
dari sebuah keluarga yang kaya raya. Ayahnya memiliki dua perusahaan besar yang
kini sudah di ambil alih oleh Nino. Ia memiliki seorang adik laki-laki yang
saat ini masih kuliah di universitas terbaik di London, Inggris.
Flash
Back to the Story!
William masih sibuk dengan masakan
yang akan di hidanngkan kepada si pelanggan. Dengan lihai ia membalikkan fry
pan nya.
“ chef, ada yang bisa aku bantu? “ tanya
seorang chef junior yang baru masuk dua minggu yang lalu.
“ eemmm... bisa tolong kau chop cabai itu?
Dan siapkan piring untuk plating ya “ kata William sambil masih serius mengolah
daging sapi di dalam fry pan nya.
“ baik chef! “ Chef junior itu segera
melakukan apa yang di perintahkan bos nya.
Setelah hidangan sudah siap, William
mulai menata hidangan itu di dalam piring oval yang cantik. Tangannya begitu
lihai saat merapihkan makanan di atas piring.
“ Angel! Antarkan masakan ini ke meja nomor
sebelas “ William memerintah kepada salah satu pelayan restourant nya.
Sang
pelayanpun membawa hidangan itu dengan sangat hati-hati.
“ ok guys, eemmm... aku akan pergi lagi ke
kantor. Masih banyak berkas client yang harus aku selesaikan. Remember guys!
Besok kita ada job memasak di hotel Giant. So, don’t miss it . untuk kapten di
dapur aku serahkan padamu Brian “ William menepuk asisten chef terbaiknya.
“ siap chef! “ kata Brian.
William
pergi meninggalkan anak buahnya di dapur.
*****
Nino baru saja menyelesaikan
meetingnya dengan beberapa busineess man dan business woman tentang project
barunya. Rencananya project baru ini akan berlangsung mulai bulan depan.
“ Terimakasih pak Nino atas kerjasamanya.
Semoga project kerja sama kita bisa berhasil “ ucap salah seorang rekan kerja
Nino.
“ iya pak, semoga berhasil. Terimakasih juga
telah menyempatkan diri untuk datang di meeting kita ini “
Nino dan
rekan kerjanya itu saling berjabat tangan dan tersenyum.
Nino berjalan meninggalkan ruang
meeting dan pergi ke ruangannya. Ia mengendurkan dasi yang sedari tadi mengikat
erat di lehernya.
“ Lelahnya hari ini. Perutku terasa lapar, William
sedang apa ya? “ gumamnya.
@@@@@
Telphone restoran William berdering.
Ia terperanjat, lalu ia mengangkat telphone itu dengan segera.
“ halo! Selamat datang di William’s Restourant.
Ada yang bisa saya bantu “ itulah sapaan khas William jika ada telphone masuk.
“ heehhh Jelek! It’s me Nino. “
William
senyum sumringah
“ Honey.. kenapa kau tidak menelfon ke
handphone ku saja? Aku kira kau pelanggan yang minta delivery! “
“ aku sengaja menelfonmu lewat telphone
restoran. Aku masih di kantor, hhmmm... sayang perutku lapar! “ suara Nino
terdengar agak sedikit manja.
“ lalu kenapa kau menlefonku bukannya makan?
“
“ haaahhh... aku ingin masakan dari
restoranmu sayang. Bisa tolong antarkan? “
“ kenapa harus di antarkan? Biasanya kau yang
kemari jika lapar “
“ aku capek. Aku ingin kau yang memasak dan
kau yang mengantarkannya kemari. Kita makan siang di kanorku! “
“ Mwo? Kenapa harus aku? Aku sedang merasakan
sakit saat ini akibat perbuatanmu semalam. Dasar pria tengik “
“ aaahhh... sudah lah! Kau tak usah
menggerutu, aku tau saat ini kau pasti sedang berleha-leha kan di kantormu.
Daripada diam tak jelas kan lebih baik mengunjungi kekasihmu yang tampan ini “
Nino sedikit menggoda.
“ baiklah, ya sudah aku akan pergi memasak
dulu untukmu “
“ thanks a lot my lovely prince. Bye..
muaacchhh.. “
“ by too, muach.. “
William
menutup telfonnya, ia bangun dengan malas. Wajahnya terlihat sangat jealous.
Di dapur, semua anak buahnya masih
sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ada yang sedang memanggang
daging, mengolah soup, memotong wortel, memotong scallop, ada juga yang mencuci
piring.
“ Chef, ada yang perlu kami bantu? “ tanya
Brian
“ tidak usah, aku hanya ingin membuatkan
masakan untuk Nino saja, kalian kerja saja yang benar ya “
Waitress yang bernama Angel berlari
menghampiri William. Lalu ia berdiri di hadapan William.
“ kenapa kau tersenyum? “ William melirik
angel dengan tatapan tak senang.
“ tidak Chef, aku hanya ingin melihat apa
yang akan kau masak untuk pak Nino. Supaya aku tau masakan apa yang di sukai
pak Nino. Agar nanti jika aku menjadi istrinya kelak aku sudah bisa memasak
makanan kesukaannya. “
William
berhenti men-chop onion dan mendelik angel dengan tatapan sinis
“ apa kau bilang? Istrinya? Sudah lah jangan
menghayal terlalu jauh. Kembali bekerja atau aku akan menurunkan gaji mu! “
Angel
langsung berlari menjauh. Semua asisten chef yang ada disana tertawa
terbahak-bahak melihat Angel berlari terbirit-birit
@@@@@
Setibanya di kantor Nino, William
segera pergi menuju kantor tempat dimana kekasihnya melakukan berbagai hal saat
bekerja.
Ia
menaiki Lift dan memencet tombol 4. Lift pun berjalan menuju lantai empat.
Setibanya di lantai empat ia pergi
menuju ruangan yang berada di sebelah sudut kiri. Saat ia buka pintu, ia
melihat kekasihnya yang sedang merapihkan sebuah meja kecil. Di atasnya ia
taburi bunga mawar merah. Di atas meja itu juga berdiri dua buah lilin berwarna
merah muda.
Nino tersenyum manis saat melihat
william telah berada di hadapannya. William menghampiri Nino dan mencium bibir
Nino dengan lembut.
“ gimana sayang meeting nya? Project nya
selesai? “
“ udah ko, dan project nya dimulai bulan
depan. Do’a in supaya berhasil ya sayang.. “ Nino duduk di hadapan William.
“ pasti dong, oh iya nih aku bawain kamu
makan siang. “
“ wwaaww.. pasti enak nih makan siang hari
ini. Masak apa kamu sayang? “ ujar Nino sambil menggosok-gosokan tangannya
“ apalagi kalau bukan steak! Kau kan penggila
steak Nino “ William tersenyum.
Mereka
memulai makan siangnya. Alunan musik romantis dari CD yang di putar mengiringi
mereka makan.
Di sela-sela makan, Nino memegang
tangan William dengan mesra, dan menciumnya beberapa kali. Seseorang mengetuk pintu
saat mereka tersenyum sumringah.
“ masuk! Pintunya tak ku kunci “ teriak Nino
dari dalam.
Seorang
wanita cantik dengan pakaian rapi layaknya sekertaris perusahaan berdiri sambil
memeluk berkas yang tersusun rapi dalam map merah.
“ maaf saya mengganggu bapak. Di loby ada
yang menunggu bapak. “ kata sang waita itu.
“ siapa? “
“ saya tidak tau pak. Tapi sepertinya tamu
yang datang itu kerabat bapak. Ya sudah pa, saya pamit mau bekerja lagi. “
Wanita itu menutup pintu dan pergi meninggalkan Nino dan William.
“ Sayang, tunggu dulu sebentar ya. Aku akan
menemui tamuku dulu di loby. Lanjutkan saja makannya “
Nino kembali membenarkan dasinya dan
pergi meninggalkan William di ruangannya. Ia berjalan dengan santai menuju
loby. Semua karyawan yang berhadapan dengan Nino memberi salam dan membungkukan
tubuh mereka. Nino membalasnya dengan senyuman saja.
Di ruang tunggu Loby, Nino melihat
sosok sang ayah dan ibu yang baru saja datang dari Swiss.
“ ayah.., ibu.., kapan datang? Ko gak kasih
kabar ke Nino? “ sapa nino sambil menyalami orang tuanya.
“ Ibu dan ayahmu baru saja datang. Ternyata
kantor ini berkembang pesat ya di kendalikan olehmu “ puji sang ibu sambil
mengelus kepala Nino.
“ oh iya nak, bagaimana kabarmu? Ayah rindu
sekali padamu “
“ kabarku baik-baik saja sekarang yah.
Eemmm.. ayah akan berapa lama tinggal disini?
“ entahlah nak. Ayah dan ibu hanya ingin
bertemu denganmu saja dan membicarakan sesuatu hal padamu. “
“ apa itu yah? “
“ nanti saja ayah bicarakan di rumah. Ya
sudah, kembali lah bekerja nak. Ayah dan ibu akan kembali ke rumah. “
“ ayah tidak mau pergi ke ruanganku dulu? “
“ tidak usah, ayah dan ibu pergi ya nak “
Nino mengantarkan sang ayah dan ibu
menuju mobil. Ia tersenyum manis dan menghembuskan nafas lega. Dua tahun ini ia
tak bertemu dengan orang tuanya. Orang tua Nino lebih memilih tinggal di Swiss
untuk mengisi hari-hari tua mereka. Setelah itu, Nino kembali masuk untuk
menemui kekasihnya.
*****
Nino berlari terburu-buru memasuki
rumah ayah dan ibunya. Setelah mengantarkan William tadi ke rumah, ia segera
pergi ke rumah orang tuanya untuk membicarakan sesuatu. Di luar rumah, nino
mendengar suara gelak tawa sang ayah bersama orang lain. Saat dia memasuki
ruangan tamu, ia melihat seorang gadis cantik sedang duduk manis di antara pria
dan wanita paruh baya yang tak iya kenal. Mungkin pria dan wanita paruh baya
itu adalah orang tua si wanita manis yang sedang duduk di sana fikir Nino.
“ waahhh... si jagoan datang! Sini nak, kita
ngobrol dulu sebentar “ ucap ayahnya.
Nino
segera duduk, ia menganggukkan kepalanya kepada tamu ayah dan ibunya itu seraya
tersenyum. Sang wanita cantik hanya tertunduk malu saja sambil tersenyum manis.
“ jadi ini Nino? Astagaa... ia terlihat
begitu tampan ya jika sudah dewasa. “ puji sang ibu dari gadis manis itu.
“ Nino, kamu ko gak nyapa mereka? Kamu masih
inget mereka siapa? “
Nino
mengernyitkan dahinya sambil mengingat-ngingat kembali. Tapi tak sedikitpun
teringat di benaknya akan sosok tiga orang yang saat ini ada di hadapannya.
“ masa
kamu gak inget? Ini om dan tante Kim, dan itu teman masa kecilmu Lilian “
Nino
kembali memutar memori otaknya. Ia baru ingat saat mendengar nama Lilian.
“ Oh God! Aku lupa, maaf om tante. Aku
benar-benar tak ingat. Haaahhhh... dasar pikun “ ucapnya sambil menepuk
jidatnya.
“ hahahaha... ia tak apa? Wajar sih, kita kan
sudah lama tak saling bertemu. Bagaimana sekarang? Kamu sudah bekerja? “
“ sudah om! Nino bekerja di perusahaannya
ayah sekarang. Eeehhhh... lilian, ko diem sih? Perasaan dulu kamu bawel banget?
Apa kamu kaget ya liat aku jadi setampan ini “ Nino tertawa, sedangkan lilian
hanya tersenyum kecil sambil masih menundukkan kepalanya.
“ waahhh... kamu ini! “ ibu Nino menepuk
pundak anaknya.
“ ya sudah, kamu ajak Lilian ke taman belakang.
Kalian mengobrollah disana karena kami akan membicarakan sesuatu yang penting.
“ ujar sang ayah.
@@@@@
“ Emmm.. kamu kerja dimana sekarang? Atau
masih kuliah? “ Nino mengambil toples kecil lalu memakan kue kering yang ada di
dalamnya.
“ sekarang aku sudah bekerja di rumah sakit
sebagai dokter jantung “ jawab Lilian sambil asyik memberikan makanan pada
ikan-ikan yang ada di kolam.
“ waahh!! Hebat juga kau. Bisa mewujudkan
cita-citamu. Aku masih ingat dulu kalau aku selalu menjadi pasien dan kau dokternya.
“
“ hahahah.. yaa, dan masih ingatkah kalau aku
pernah marah besar padamu hanya gara-gara beruang kesayanganku di robek olehmu.
“
“ ya aku masih ingat! Waktu itu kau sampai
memukul kepalaku “
Mereka
berdua begitu asyik membicarakan masalalunya. Sedangkan disisi lain, William
sedang terduduk sendiri di meja makan menunggu kedatangan Nino. Tadi saat
mengantarkan pulang, Nino berjanji akan menjemput William, untuk menginap di
apartemen mewahnya.
“ Dear? Where are you now? Haaahh... lama
sekali kau menjemputku “ gerutu William sendiri.
Ia lalu
mengambil telephone genggam nya dan menelfon kekasihnya. Telfonnya tersambung,
hanya saja Nino tak menjawab telfon itu. William semakin kesal padanya.
Jam menunjukkn pukul sepuluh malam.
William tertidur pulas di atas meja makannya. Nino baru saja tiba di rumah
William. Ia melihat kekasihnya itu sedang tertidur pulas di atas meja makannya.
Nino hanya menggeleng dan berkata dalam hatinya ‘ pasti ia menungguku sangat
lama disini. Maafkan aku honey ‘
Pria tampan itu menggendong
kekasihnya menuju kamar, dan ia baringkan tubuh william di atas kasurnya. Ia
selimuti tubuh sexsy kekasihnya itu. Nino tersenyum dan mengecup kening William
dengan mesra.
*****
Hidung William mendengus sesuatu,
kupingnya di buat berisik dengan dentangan suara panci dan etah apalah. Ia
terbangun dari tidurnya. Sekali lagi ia mencium bau gosong dari dapurnya.
“ siapa yang memasak? “ ujarnya.
Saat ia melihat ke dapur, ia
menemukan sosok pria tinggi yang sedang memakai celemek berdiri di sana. Entah
apa yang di lakukan pria tinggi itu.
“ Hey! Selamat pagi sayang. Kau sudah bangun?
“ tanya si pria itu yang ternyata Nino saat menoleh ke belakang.
William segera berlari dan memeluk
Nino mesra dari belakang. Ia memeluk kekasihnya yang tinggi itu dengan erat.
“ sayang, bisa tolong kau lepaskan tubuhku?
Eemmmm.... akusedang memasak ini “
“ aku tidak mau! Aku begitu merindukanmu
Nino. Kenapa semalam kau tak datang? Aku menunggumu lama di meja makan “ rengek
William dengan nada manja nya.
“ maaf, aku ada urusan keluarga kemarin.
Semalam aku datang jam sepuluh, tapi kau sudah mendengkur ria di meja makan.
Maaf yah sayangku. “
William
hanya mengangguk, ia masih tetap menempel di tubuh belakang Nino. Sebenarnya
Nino agak sedikit tidak enak dengan posisi ini.
“ sayang.. kau membuatkanku pancake ya?
Hhhmmm.... lihatlah, pancake nya gosong “
Nino
menepuk jidatnya dan mulai mematikan kompor. William hanya tertawa seraya
melepaskan pelukannya.
William mengusap wajah kekasihnya
yang tampan itu dengan lembut. Lalu ia mencium mesra pipi Nino. Dalam ciuman
kali ini tak ada rasa nafsu yang membara, yang ada hanyalah rasa cinta dan
kasih sayang yang sangat besar.
“ sudah lah biar aku yang membuatkan pancake
untuk sarapan kita. Kau duduk manis saja di meja makan “
William mulai beraksi kali ini. Nino
hanya terduduk diam saja sambil menjilati sisa gula yang ada di tangannya.
Jika di lihat, mereka berdua itu
memang sudah seperti pasangan suami istri yang romantis. Nino juga sebenarnya
mengharapkan kalau suatu saat nanti ia bisa menikah dengan willaim. Ia selalu
membayangkan tinggal dalam satu rumah dengan William, di dalam rumah itu juga
ia menginginkan ada seorang anak yang bisa mereka asuh hingga besar. Tapi
sepertinya itu hanya angan-angan saja, karena sesuatu hal yang mengagetkan akan
terjadi pada kehidupan cinta Nino dan William.
@@@@@
Tadi siang, Nino di telfon oleh
orang tuanya untuk bertemu di sebuah restoran mahal, saat ia sudah duduk manis
dengan kedua orang tuanya dan juga Lilian dan kedua orang tuanya.
“ ok, Nino sebenarnya kami mengajak mu
kesinin untuk membicarakan sesuatu padamu “
“ membicarakan masalah apa bu? Sepertinya
penting sekali “
“ jadi begini, setelah ayah, ibu, dan kedua
orang tua Lilian berbicara jauh. Sepertinya kami sepakat untuk menjodohkanmu
dengan Lilian “
Jantung
Nino berdebar kencang, berpacu seperti kuda yang sedang berlari. Ia kaget
dengan berita ini. Bagaimana nasib William jika ia menikahi Lilian? Tapi jika
ia menolak perjodohan ini maka ia akan mengecewakan kedua orang tuanya. Nino
terdiam membisu, otaknya kini sedang terbelit dengan semua perkataan ayahnya
tadi.
“ bagaimana menurutmu nak? Apa kau setuju? “
tanya sang ibu meyakinkan.
Nino
tetap saja tak menjawab, ia hanya memandangi lilian yang saat ini sedang
tersenyum dengan wajah yang merah merona.
“ jika kamu diam begitu saja, ayah anggap itu
jawaban setuju! Baiklah untuk selanjutnya kita bicarakan masalah hari
pernikahan “
Nino
bangkit dari duduknya “ maaf ayah, Nino harus pergi. Ada urusan penting yang
harus nino selesaikan sekarang. Maaf semuanya, aku pergi dulu “
Nino
meninggalkan kedua orang tuanya di dalam restoran itu, ia pergi entah kemana.
*****
Nino memeluk erat William yang
sedang duduk termangu di sebuah kursi taman bercat coklat. William terkejut dan
menoleh ke arah Nino yang sedang memeluknya itu. Ia melihat setetes air mata
mengalir di wajah kekasih tampannya. Tadi saat di jalan, ia menelfon william
untuk menemuinya di taman.
William mengusap air mata yang
mengalir di wajah tampan kekasihnya. Nino duduk di samping William lalu ia
membaringkan tubuhnya di kursi itu. William mengusap lembut kepala kekasihnya
yang saat ini sedang terbaring di pangkuannya.
“ hei.., ada apa denganmu? Kenapa kau cengeng
seperti ini? “
“ eemmm... tidak ada apa-apa, aku hanya rindu
padamu “
“ ah kau ini! Baru saja tadi pagi kite
bertemu. “
“ tapi entah kenapa, aku begitu rindu padamu
sayang.. “
Akhirnya
mereka berdua diam dalam kesunyian. Yang terdengar hanyalah suara hembusan
angin dan daun-daun kering berjatuhan, melayang-layang di udara. Nino masih
memikirkan hal yang tadi orang tuanya katakan. Ia akan di jodohkan dengan teman
masa kecilnya? Ia memikirkan nasib William. Jika ia bilang pada William, pasti
William akan sedih mendengarnya. Makannya ia urungkan niatnya untuk
menceritakan semua hal ini. Ia akan menutup rapat-rapat akan hal ini dari
William.
SATU BULAN
KEMUDIAN
William mendengar kabar bahwa hari
ini teman masa SMA nya akan datang ke rumah. Teman masa SMA nya itu akan
mengajak William untuk menemui calon suaminya. Yah William juga di beritahu
kalau lusa nanti mereka akan menikah. William sangat bahagia mendengar teman
karibnya itu akhirnya akan menikah dengan seorang pria.
Suara bel berbunyi, William yang
sedang memasak kue kering di dapurnya segera membuka kan pintu untuk tamunya
yang datang.
“ aaahhhh... William! Apa kabar? “ teriak
sang wanita yang ternyata adalah teman masa SMA nya itu.
“ Lilian? Ko kamu gak kasih kabar mau datang
sepagi ini? Haaahhh.. apa kabar? Bagaimana kuliahmu di Australia? “ tanya
William sambil membawa temannya itu masuk.
“ kuliah ku sudah selesai. Sekarang aku sudah
bekerja di rumah sakit sebagai dokter jantung “ ceritanya.
“ hey Willie? Setelah lulus SMA kau kuliah
dimana? “
“ aku ambil jurusan food traveler, dan
sekarang aku memiliki restoran sendiri “ cerita William sambil kembali ke dapur
dan menyiapkan kue-kue kering yang sudah matang dari oven.
“ hhmmm... dari dulu kau memang suka memasak.
Aku rindu dengan kue brownis buatanmu “ lilian mengambil sepotong kua dari
piring.
Dua sahabat karib itu kini sudah di
pertemukan. Mereka saling bertukar cerita, kadang obrolannya mereka selingin
dengan mengingat masa lalu. Mereka tertawa Riang! Yaa.. mereka tertawa dengan
sangat gembira.
“ oh ya, aku penasaran dengan calon suamimu.
Ternyata ada juga yang mau menikahimu “ ejek William.
“ hahaha... kau ini. Calon suamiku adalah
seorang pria yang tampan, dia juga seorang menejer yang sekarang mengendalikan
dua perusahaan sekaligus “
“ waw? He’s a rich boy? “
“ of course. Wajahnya juga tampan! “
“ tampan? Oh ya? Aku tidak percaya. Pasti aku
lebih tampan darinya. “
“ sudah lah jangan banyak omong! Lebih baik
sekarang kau ganti baju. Temani aku untuk feeting baju hari ini. Nanti akan ku
kenalkan kau dengan kekasihku. “
“ ok ok, tunggu sebentar “
@@@@@
Mereka berdua tiba di sebuah butik
yang khusus merancang gaun pernikahan. Lilian memasuki butik itu dengan wajah
berseri. William menggandeng Lilian layaknya seorang pasangan yang akan
menikah.
“ hai, apakah ini calon suamimu? “ tanya
perancang busana pernikahan Lilian.
“ tidak, ia bukan calon suamiku. Ia temanku,
calon suamiku mungkin datang sebentar lagi “
Suara lonceng yang menggantung di
atas pintu terdengar, itu tandanya ada seseorang yang datang. Lilian menoleh
dan berlari untuk memeluk pria yang akan menjadi calon suaminya itu. William
terkejut! Jantungnya serasa berhenti sejenak. Matanya terbelalak saat melihat
kekasih yang di cintainya di peluk oleh wanita yang notabene nya adalah
sahabatnya sendiri. Keranjang sepatu Lilian yang saat ini di bawa olehnya jatuh
begitu saja. Tubuhnya terasa sangat lemas.
Ia tak percaya dengan semua hal ini,
dengan kajadian yang ia lihat sekarang. Di matanya, tergenang air mata
kepedihan yang sangat mendalam. Di pihak lain, Nino juga terkejut saat melihat
William berada disini. Tatapan mereka saling beradu, Nino tau kalau saat ini
pasti perasaan William akan hancur! Bagaikan sekeping keripik kentang yang di
injak-injak.
“ ini calon suamiku! Namanya Nino, William..
ini dia! Bagaimana? Tampankah ia? “ tanya Lilian dengan gembira.
“ waw! Calon suamimu seperti pangeran! Kau
sangat beruntung “ ucap sang perancang busana.
“ ya! Kau beruntung Lilian. Kau sangattt..
beruntung “ ucap William dengan senyuman pahitnya.
“
baiklah, eemmm.. bisa kita coba baju pernikahannya? “ tanya Lilian.
Akhirnya
Lilian dan Nino pergi menuju ruang ganti. Sedangkan William, ia terduduk lemas
di kursi tamu. Ia diam seribu bahasa, fikirannya sedang kalut saat ini. Tak
terasa air matanya mengalir dengan perlahan di pipinya. Ia kembali me-review
kejadian-kejadian yang telah ia alami dengan Nino. Ia pun teringat dengan
kata-kata Nino bahwa Nino tidak akan pernah meninggalkan nya. Tapi sepertinya
itu hanya janji palsu.
“ kenapa kau meninggalkanku? Bukankah kau
berjanji akan bersamaku selamanya? Aku mohon, jangan tinggalkan aku sendiri.
Jangan biarkan aku kesepian “ William bermonolog.
Air
matanya semakin mengalir deras. Akhirnya William berlari meninggalkan butik
ini. Lilian yang melihat sahabatnya pergi dengan tiba-tiba merasa keheranan.
Nino yang baru saja keluar dari ruang gantinya terkejut melihat William yang
berlari keluar. Sebenarnya ia ingin mengejar kekasih tercintanya itu, namun..
ia tak bisa.
William terus berlari dengan air
mata yang mengalir. Orang –orang banyak yang memerhatikannya. Ia tak perduli
dengan semua pandangan itu. William begitu hancur saat ini. Semua
angan-angannya putus seketika. Sekarang hatinya sedang merasakan bagaikan di
sayat oleh ribuan Silet tajam.
*****
William masih menangis di dalam
kamarnya. Baju-baju, bed cover, lampu, vas bunga berserakan di lantai. William
berpakaian layaknya orang gila! Compang camping. Matanya kini sudah bengkak. Ia
masih merasakan kepedihan yang mendalam saat ini.
“ why you leave me my dear? “ William
mengusap foto Nino yang ia simpan rapi dalam laci.
Ia
mendengar seseorang membuka pintu rumahnya, lalu ia melihat ke pintu kamarnya.
Nino membuka pintu kamar William. Bajunya terlihat sangat basah kuyup. Di luar
memang sedang hujan.
Nino berlari dan memeluk William
yang masih menangis. Nino pun ikut menangis. Ia pun sama, merasakan sakit yang
mendalam karena tak bisa lagi terus bersama William.
“ maafkan aku, maafkan aku William. Maaf aku
tak cerita padamu sebelumnya “ Nino menangis sejadi-jadinya.
William
hanya terdiam, yang terdengar hanyalah isak tangisnya.
“ aku tidak cerita kepadamu karna aku takut
kau sedih “
“ seharusnya kau bercerita padaku! Kenapa?
Kenapa hah? Jujur aku seperti tiba-tiba di makan oleh ikan hiu yang besar. Aku
kaget.., dan aku sangat sedih. Dulu kau pernah berjanji untuk tetap bersamaku
dan tak meninggalkanku. Tapi sekarang? Kau akan menikah dengan sahabatku
sendiri “
“ maafkan aku! Aku juga tak ingin ini
terjadi. Aku di jodahkan denganya oleh orang tua kami. Sebanarnya aku dan
Lilian adalah teman masa kecil “
“ sekali lagi maafkan aku William, nasi sudah
menjadi bubur sekarang. Lusa nanti aku akan menikahinya. “
Tangis
William semakin menjadi. Tangisnya semakin keras. William memukul-mukul bahu
Nino.
“ pukul aku sekeras mungkin. Aku rela sakit
demi kamu. “
William
berhenti memukul dan membalas pelukan Nino dengan erat. Ia masih tetap
menangis.
“ Don’t leave me alone please.... “
Nino
mnyelipkan kedua tangannya di kedua sisi kepala William. Ia menatap mata
William dengan tajam.
“ Listen to me! Dengarkan aku baik-baik.
Meskipun aku akan menikah dengan perempuan lain. Aku tidak akan pernah
meninggalkanmu. Kau akan selalu ada dalam hatiku, dan aku akan selalu ada dalam
hatimu. Percayalah, aku tidak akan meninggalkanmu sayang. Suatu saat nanti kita
akan bersatu. Kita akan menikah suatu saat nanti, dan kita akan memiliki
anak-anak yang lucu. Aku berjanji “ Nino kembali memeluk William, kali ini ia
sandarkan kepala William di dadanya.
“ jangan menghayal bodoh! Semua itu tak akan
terjadi. Buktinya sekarang kau akan meninggalkanku “
“ semua akan terjadi. Aku janji! Aku janji
padamu. Sekarang lebih baik kita tidur. Kau pasti lelah menangis seharian. “
“ aku tidak ingin tidur, aku takut tidur
sendirian “ William kembali menangis.
“ aku akan menemanimu sayang, ayo kita tidur
“ Nino menggendong kekasihnya dan membaringkannya. Willaim memejamkan matanya,
dan ia tertidur di dalam pelukan Nino....
1 TAHUN
KEMUDIAN
William terbangun dari tidurnya. Ia
pulang dari restoran barunya larut malam tadi. Saat ini William tinggal di
Negara kelahiran pemain sepak bola Cristiano Ronaldo. Yups, he live ini
Portugal now. Bulan yang lalu ia pindah ke Portugal karena bisnis memasaknya
yang melaju begitu pesat. Di portugal ini ia membuka restoran bersama
rekan-rekannya. Ia membawa masakan Indonesia untuk di hidangkan di negara Portugal
ini.
Dengan hasil dari restorannya, saat
ini ia bisa membeli rumah sendiri untuk ia tinggali dengan pegawai-pegawai
restourannya. Walaupun restorannya baru, tapi omset yang ia dapatkan sangatlah
besar. Banyak pelanggan yang menyukai hidangan di restorannya.
Seseorang mengetuk pintu kamarnya.
Ia bangun dari tidurnya lalu membuka kan pintu.
“ Selamat pagi Chef! Ini sudah telat Chef.
Lebih baik kita pergi sekarang “ kata Brian asisten chef setianya.
“ haahhh... aku begitu malas hari ini, lebih
baik kau pergi duluan saja dengan yang lain. Kunci restorannya ada di laci
depan. Kau naiki saja mobilku, biar aku nanti menyusulmu naik taxi saja “
jawabnya dengan nada yang malas.
“ ok chef! Thank you. Teman-teman.. ayo kita
pergi sekarang ke restoran “ Brian berlari menuruni tangga.
William kembali masuk kamarnya, ia
membuka jendela dan di luar sana cuaca sangat cerah. Ia duduk di pinggiran
kasurnya, lalu ia melihat foto yang ia pajang rapi di mejanya. Di dalam foto
itu terlihat dua orang pria tampan yang saling merangkul satu sama lain. Di
wajah pria itu tersungging senyuman yang sumringah. William tersenyum sambil
mengusap foto itu, lalu tak terasa air matanya mulai keluar.
Ia kembali teringat saat kejadian di
butik itu satu tahun yang lalu. Ia melihat kekasihnya di peluk oleh wanita
lain. Tapi ia segera mengusap air matanya, ia tidak mau kesedihannya
berlarut-larut.
Semenjak di tinggalkan Nino, ia tak
memiliki kekasih lagi. Sebenarnya banyak di portugal ini lelaki gay sepertinya,
namun hatinya masih tetap untuk Nino. Tapi entah sampai kapan...
*****
William tiba di restoran barunya
ini, ia langsung memakai baju chef nya dan masuk ke dalam dapur. Tapi sebelum
masuk dapur, William di kejutkan dengan sepucuk surat yang ada di pintu masuk
dapur.
“ Guys! Surat dari siapa ini “
Brian
menghampiri William lalu melihat surat berwarna merah muda yang di tulis rapi.
“ oh itu Chef, tadi ada pelanggan yang
nempelin ini disini. “
“ kamu kenal? “
“ enggak tau Chef, coba tanya Kevin. Tadi dia
yang ngeladenin pelanggan ini “
William
berlari mencari Kevin pelayan terbaiknya di restoran. Lalu ia menanyakan hal
serupa, yaitu tentang surat berwarna merah muda itu.
“ Kevin apa kau tau siapa yang memberikan
surat ini. Disini bertuliskan namaku “
Kevin
mengambil surat itu dan mengingatnya lekat-lekat.
“ oohh... itu Chef, ya tadi ada seorang
pengunjung pria yang menanyakanmu chef “
“ apa kau tau siapa dia? “
“ entahlah chef! Aku tidak tau, tapi dia bisa
bahasa Indonesia, dan kayanya dia orang Indonesia juga deh “
William
semakin penasaran dengan orang itu. Lalu ia membaca kembali suratnya. Dia sana
bertuliskan kalau William harus pergi menemui orang itu di kota Lisbon.
Akhirnya ia memutuskan untuk menemui orang itu.
Setibanya di kota Lisbon, ia kebingungan
mencari orang itu. ia tak tau bagaimana ciri-ciri orang itu. Ia merasa bodoh
karena tadi ia tak menanyakan ciri-cirinya pada Kevin.
Ia terus
berjalan sambil memegang surat itu, hingga seseorang menyapanya
“ Akhirnya kamu datang juga untuk menemuiku “
William
membalikkan tubuhnya, ia melihat sosok pria dengan balutan jas berwarna Silver
dengan membawa tas hitam yang ia bawa di tangannya.
Pria tinggi itu tersenyum pada
William, sedangkan William hanya terdiam sambil air matanya mengalir. Ia
bagaikan di setrum oleh listrik berkekuatan ribuan volt.
“ kau tak berlari untuk memelukku? Padahal
aku sangat merindukan pelukanmu “
William
tersenyum sambil mengusap air matanya, lalu ia memeluk pria yang ia sayangi.
Nino menyambut pelukan William dengan senang. Ia menggendong William sambil
berputar-putar lalu menurunkannya kembali.
“ Nino? Kenapa kau bisa aada disini? “
“ tuhan yang mempertemukan kita disini. Aku
pindah ke portugal setelah menikah dengan Lilian, dan aku menetap disini. Aku
bekerja di perusahaan milik pamanku disini. Aku mengantikannya untuk menjadi
manager “
“ lalu? Perusahaanmu di Indonesia bagaimana?
“
“ ku serahkan pada adikku. Lalu kau kenapa
bisa memiliki restouran disini? “
“ tentunya dengan kemajuanku di bidang
makanan aku bisa sampai disini “
“ aku rindu denganmu, rindu dengan ocehanmu,
rindu dengan steak buatanmu, aku juga rindu pantatmu yang sexsy “ ujarnya
sambil menepuk bongkahan pantat Willian.
“ kau ini! Sudah punya istri juga. Kenapa kau
bisa mengunjungi restoranku dan memberikan surat ini? Tau darimana kau? “
“ sudah lah tak usah bahas itu! Aku bilang
aku itu ada di hatimu. Jadi kemana pun kau pergi pasti aku akan tau “ Nino
mencubit hidung William
“ oh ya, Lilian? Kemana dia? “
“ Lilian, dia sudah meninggal tiga bulan yang
lalu. “
“ meninggal? Kenapa kau baru memberitaukan
padaku sekarang? Padahal kau bisa menelfonku “
“ maaf aku lupa “
“ eemmm... ia meninggal karna apa? “
“ kanker rahim di tubuhnya sudah parah. Sudah
lah jangan bahas itu. Oh ya lebih baik kita naik Santa Justa Elevator itu. Aku ingin
menikmati kota romantis ini bersamamu “
Nino
menarik tubuh William.
Lift yang terbuat dari besi itu
menaik sedikit-demi sedikit menuju puncak, di atas sana pasangan kekasih yang
di pertemukan kembali itu di suguhkan dengan pemandangan yang sangat romantis.
William
menyandarkan kepalanya di bahu Nino. Nino pun mencium kepala William dengan
lembut.
“ selama kau meninggalkanku, aku sangat
menderita. Jadi aku mohon don’t leave me alone again my dear “ William
bergelayut manja dan memainkan jari-jarinya di dada Nino.
“ ok, I Promise baby.., aku tidak akan
meningglkanmu sekarang. Aku akan menjadi milikmu selamanya “ sekali lagi Nino
mengecup mesra William.
******
Setelah pertemuan mereka di kota
Lisbon itu, akhirnya Nino dan William kembali bersatu menjadi sepasang kekasih.
Untuk mempererat hubungan, Nino dan William memutuskan untuk menikah. Mereka
menjadi pasangan suami istri yang bahagia apalagi di tambah dengan kehadiran
bayi kecil hasil dari pernikahan nino dengan Lilian yang melengkapi kehidupan
rumah tangga mereka.
Semua mimpi dan angan-angan Nino
yang awalnya di anggap remeh dan sangat tidak mungkin terjadi itu kini menjadi
kenyataan. Mereka bisa menyatukan Cinta abadi mereka berdua..
Selesai
Maaf bila ada kesamaan nama, tokoh, cerita, ataupun pengalaman yang pernah di alami pembaca. Cerita ini hanyalah karangan fiktif belaka
Komentar
Posting Komentar