CINTA SEGI EMPAT ( CHAPTER 15 )


Di pagi hari selanjutnya, aku merasa lebih baik. Aku mulai bisa menggerakan badanku kembali. Senangnya bisa melihat ibu dan  kakaku berada di sisiku saat ini, dan aku dengar siang ini Pak Joko dengan tante Arni akan kembali kesini.
                Aku fikir ini akan menjadi hari yang paling bahagia yang akan aku alami. Pagi ini aku sudah di perbolehkan menggunakan kursi roda oleh dokter. Saat di beritahu sungguh hatiku senang bukan kepalang. Akhirnya aku bisa merasakan kembali udara segar di luar sana.
  “ no, udah siap? Kursi rodanya udah mba bawa ni. “
  “ siap dong mba, jadi beneran nih Arno boleh keluar pake kursi roda? “
  “ ia lah.., kata dokter keadaan badan kamu udah kembali pulih. Yuk mba anter kamu jalan-jalan ke taman rumah sakit. “
                Kaka terbaikku ini membantu membopong tubuhku untuk bisa duduk di kursi beroda ini. Ia membawaku dengan gembira. Ibu sedang pergi ke rumah om Joko dan tante Arni untuk beristirahat. Tadi bang Wingky mengantar ibuku. Oh ya, ngomong-ngomong tentang bang Wingky, aku masih bingung dengan tingkahnya semalam.
                Ia menangis sesenggukan seperti itu. Aku bingung kenapa dia menangis seperti itu di hadapanku. Ia seperti memiliki beban hidup yang sangat berat.
  “ No, ko kamu ngelamun si? Liat kita udah nyampe di taman. “
                Aku kembali tersadar, ku hirup udara segar.., meskipun matahari sudah muncul dari peraduannya dan suhu udara mulai menaik entah mengapa aku masih tetap antusias untuk diam di taman ini.
                Kaka ku mendorong kursi roda ini menuju sebuah pohon besar. Lalu ia duduk di bangku yang ada di bawah pohon itu.
  “ Arno, eemmm... Wingky itu orangnya kaya gimana? Apa dia baik sama kamu? “ entah kenapa tiba-tiba kakaku berbiicara seperti itu.
  “ Bang Wingky.., bang Wingky itu orangnya baik mba. Apalagi sama Arno, mba tau smart hanndphone yang sekarang Arno punya? Itu Arno di beliin sama bang Wingky. Arno sering di beliin inilah, itulah, pokoknya Arno sering di manjain sama bang Wingky “ jelasku panjang lebar.
  “ oh ya? Waahh.. kamu harus banyak-banyak terimakasih tu sama Wingky. Emm.. kalau di liat-liat Wingky cakep ya No. Kaya pemain film yang itu lohh.. siapa namanya? Yang main di film Hollywood “
  “ siapa mba? Yang main film holywood kan banyak “
  “ yang dari Indonesia ituloh. Siapa namanya?
  “ ya siapa? Joe Taslim maksud mba? “ aku mencoba menebak.
  “ nah itu, Joe Taslim. Mba suka liat badannya, tinggi gede.. Wingky kerjanya apa No “
  “ Bang Wingky kerja di perusahaan swasta gitu. Dulunya kerja di Bandung cuman sekarang bang Wingky di pindahin tugasnya ke Jakarta. Dia jadi Manager di perusaahn barunya di Jakarta. “
                Kakaku menerawang ke atas langit, lalu ia tersenyum dan berkata
  “ Arno mau gak punya abang ipar kaya bang Wingky? Kira-kira bang Wingky udah punya pacar belum ya? “
                Hhhmmm... kayanya mba Lia suka nih sama bang Wingky. Harusnya aku seneng denger ini, tapi kenapa hati ini rasanya sakit ya?
  “ Mba suka ya sama bang Wingky? “
  “ ish kamu ini no, baru nyadar to kalo mba suka sama dia? “
Hatiku kembali merasakan sakit. Aduh.. kenapa ini.
  “ eemm... Arno liat mba cocok ko sama bang Wingky. Ya udah mba nikah aja sama bang Wingky “ celetukku dengan asalnya.
  “ wwiihh.. kamu ini No... No.., emangnya segampang itu ngelaksanain nikah? Butuh proses juga kan no. Lagian emang Wingky nya suka sama mba? Belum tentu kan dia suka sama mba? “
  “ ya di coba dulu lah mba. Siapa tau aja bang Wingky emang jodoh mba hayo... “
  “ bener juga ya, halaaahhh.. No, mba udah kesengsem bener nih sama Wingky. Do’a in mba to supaya jadi “
.
.
.
                Matahari sudah hampir selesai mengerjakan tugasnya, hari semakin gelap. Kumandang Adzan sudah mulai berseru saling meramaikan rumah-rumah sang pencipta. Saat ini aku sedang terbaring kembali di kasurku sambil menonton beberapa CD yang dibawa Ghifari kemarin.
                Di ruangan inapku tak ada siapa-siapa selain aku. Mba Lia sedang pergi untuk membeli makan. Ibu masih rehat di rumah Pak Joko dan Tante Arni. Oh ya, dan tadi aku mendengar kabar dari ghifari bahwa Tante Arni dan pak Joko sudah tiba di rumah.
                Aku menghela nafas, ku palingkan wajahku dari monitor tv dan melihat keluar jendela. Kelap-kelip lampu gedung-gedung besar mulai menyala satu persatu. Kembali melintas di fikiranku saat mba Lia tadi mengungkapkan semua perasaannya pada bang Wingky di hadapanku.
                Kata-kata itu semakin melekat di fikiranku. Tak bisa jauh .., aku terus memikirkannya. Anehnya setiap aku memikirkan itu kembali, hatiku terasa sakit. Aku meraasa sesuatu telah di rebut oleh orang lain.
                Apa benar aku telah mencintai bang Wingky? Tapi tidak mungkin, toh yang selalu ada di hatiku hanyalah Ghifari. Atau mungkin bang Wingky terlalu baik dan terlalu memanjakanku sehingga aku takut kehilangannya. Aahhh.. entahlah, dasar plinplan.
                Harusnya aku senang jika memang mba Lia menyukai bang Wingky. Itu berarti dia akan menjadi kakaku yang sautuhnya..
  “ Assalamualaikum... “ ucapan salam itu membuatku sedikit terkejut.
  “ hihhihihihihihi.. abang ngagetin kamu ya? Maaf yaa.. “
Oh tuhan.., kenapa yang harus datang ke ruanganku terlebih dahulu bang Wingky. Aku jadi gugp sekarang.
  “ gak apa-apa ko bang. Abang baru pulang ya? “
Bang Wingky mengeliatkan badannya. Ia simpan tas kotak yang ia jinjing sedari tadi. Lalu ia mengambil kursi dan duduk di sampingku. Terlihat wajahnya begitu lelah hari ini.
  “ iya nih, dari kantor abang langsung pergi kesini? Liat abang masih pake kemeja kan? Yang lainnya kemana? Ko kamu sendirian no? “ bang Wingky mengendurkan dasinya lalu melepaskannya. Keringatnya masih bercucuran.
  “ sebenernya yang jagain mba Lia, Cuma mba Lia lagi pergi beli makanan. Abang minum dulu gih, pasti hauskan? “ titahku.
Bang Wingky mengambil gelasku lalu meminumnya.
  “ eehhh.. bang, ko punya Arno diminum? “ aku memegang lengannya.
  “ emang gak boleh ya? Abang kan aus no “
  “ bukannya gak boleh, Arno kan lagi sakit. Gimana kalo sakit Arno nular? “
  “ yaelah no.., penyakit kamu ini kan bukan di sebabkan virus. Kamu sakit tuh gara-gara di pukul orang. Makannya jangan nakal, jadi di pukul orang kan? “ dia mengacak-acak rambutku.
  “ oh iya, abang bawa sesuatu buat kamu “
                Ia mengambil sebuah bungkusan. Dengan antusiasnya ia membuka bungkusan itu. Di dalamnya ada sebuah kardus kecil.
  “ taraaa....... “ saat ia buka, ternyata kue keju kesukaanku.
  “ aahhh... makasih bang “ aku tersenyum.
  “ tunggu, abang potong dulu ya kuenya “
Ia mengambil pisau yang ada di atas nakas. Lalu memotong kue keju itu menjadi potongan-potongan kecil. Ia mengambil sepotong kue.
  “ come on open your mouth.. “ ia memasang wajah lucu layaknya seorang ayah yang hendak menyuapi bayi kecilnya.
Aku tertawa melihatnya.
  “ abang.., arno bisa makan sendiri “ aku mencoba mengambil kue itu dari tangannya. Namun ia segera menjauhkannya dari jangkauanku.
  “ No, just say aaaaa..... come on i will feed you “
Aku kembali tertawa melihat tingkahnya. Hap! Satu gigitan untuk kue itu. Rasa asin dengan rasa manis dari cream nya berpadu di mulutku. Enak, apalagi di suapi dengan sosok seseorang yang sangat menyayangiku.
  “ How the taste? Are you like it? “ ia kembali menyunggingkan senyumnya.
  “ yeah I like it, very like it. The cake is very delicious i think. Thanks.. “
                Ibu Jari miliknya tiba-tiba mengusap sudut bibirku. Lalu ia mengusap ssuatu di sudut bibirku. Aku memegang tangannya. Mata kami tiba-tiba saling berpandangan. Kali ini aku melihat mata bang Wingky sangat bersinar. Wajahnya yang tampan membuat hatiku semakin bergetar.
                Entah sejak kapan wajah bang Wingky sedekat ini denganku. Hembusan nafasnya sangat terasa di pori-pori kulitku. Akhirnya sebuah kecupan mendarat di bibirku. Dengan lembutnya ia melumat bibirku. Tidak ada nafsu dalam ciuman ini.
                Bang Wingky membawaku kedalam sebuah keromantisan dengan ciumannya. Aku semakin terbawa dalam ciumannya. Namun setetes air mata mengalir dari mata bang Wingky. Ia menangis.., namun ciumannya masih belum lepas.
                Akhirnya ia melepas ciuman itu lalu memelukku. Ia memelukku dengan erat, seakan seperti ia tidak ingin aku terbawa oleh arus ombak yang besar. Ia menangis sesenggukan dalam pelukan ini, dengan mesra ia kembali mencium keningku.
    “ Abang.., Abang.. cinta sama kamu no. Maaf kalo abang lancang bilang ini sama kamu. Tapi abang gak bisa tahan lagi “ ia kembali menangis dalam pelukanku.
                Hatiku kembali sakit saat bang Wingky menyatakan ini semua. Aarrggghhhh... kenapa bang Wingky harus mengatakan ini padaku? Mba lia suka denganmu bang..., Kakaku menyukai orang yang cinta denganku. Aku harus bagaimana?
  “ Rasa cinta ini begitu besar. Rasa Cinta abang ke kamu itu besaarr.. banget. Maaf kalo sekarang kamu schok dengan apa yang abang ucapkan tadi “
Aku ingin berbicara padanya, namun telunjuknya segera ia simpan di bibirku.
  “ sssshhhh..., kamu gak usah jawab apa-apa. Sekarang, abang udah lega karna abang udah bilang semua ini sama kamu. “
                Tiba-tiba air mataku mengalir begitu saja. Aku bingung, ini air mata bahagia atau airmata kesedihan. Bang Wingky yang melihatku menangis segera mengusap air mataku.
  “ ko kamu nangis? Forget it all Arno. Jangan nangis, kamu keliatan jelek kalo nangis “ ia mencubit pipiku dengan lembut.
                Aku kembali memeluknya, saat aku kembali memeluknya perasaan nyaman menyelimuti hatuku.
  “ makasih bang, terimakasih banyak karena abang udah sayang dan cinta sama Arno. Arno bersyukur Allah mempertemukan abang untuk Arno. Arno bersyukur karena punya abang yang cinta dan sayang sama Arno. Sekali lagi makasih.., makasih banyak.. “
                Ku per-erat pelukan ini. Terimakasih tuhan karna engkau telah mempertemukanku dengan orang yang mencintai dan menyayangiku dengan tulus.
  “ ya, abang juga bersyukur bisa ketemu sama kamu. Tapi abang tau kok, abang itu gak pantes buat kamu. Ada seseorang yang lebih pantes buat kamu. Suatu saat nanti kamu akan di persatukan dengan orang itu. “
  “ tapi.., nama kamu akan terus ada disini ko. Karna kamu adalah belahan jiwa abang “ bang Wingky menuntun tanganku dan meletakannya di atas dada bidangnya. Ia tersenyum sumringah...

CONTINUE TO THE NEXT CHAPTER

MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA, TOKOH, CERITA, ATAUPUN KEJADIAN YANG DI ALAMI PARA PEMBACA. CERITA INI HANYALAH KARANGAN FIKTIF BELAKA.

HI GUYS! HOW ARE YOU? MAAF BARU BISA POSTING. ABISNYA LAGI SIBUK DENGAN KEGIATAN PRIBADI NIH. SEMOGA CERITA INI BISA MENGHIBUR KALIAN SEMUA YAA... JANGAN LUPA KOMENTARNYA HEHEHEHE.. KARENA SAYA BUTUH KOMENTAR-KOMENTAR KALIAN. PLEASE DON'T BECOME A SILENT READER OKAY!


SALAM HANGAT DAN PELUK MESRA xixixixi.....

DARI :

FIKAR

Komentar

Postingan populer dari blog ini

I JUST LOVE YOU ( TWO SHOOT )

Winter Sadness (Chapter 11)