Hujang di Ujung Senja Part 6 (Canda Senja)
Matahari sudah benar-benar tenggelam di langit, tetapi
sinarnya masih samar-samar terlihat. Sedikit demi sedikit toko di pinggiran
jalan mulai menyalakan lampu. Kedua pria itu masih berjalan di terotoar.
Bersenda gurau saling mencubit dan menggelitik. Rasanya jalanan itu seperti
milik mereka berdua, mereka seolah-olah merasa hanya berdua. Mengabaikan
tatapan orang-orang di sekitar mereka.
Jalanan
mulai mengarah menuju apartemen Chandra. Kent berhenti dari tawanya, ia
mengusap sudut matanya yang baerair. Chandra masih saja tertawa tanpa henti
sambil memegangi perutnya.
“ Sudahlah
Chandra, kau sudah berlebihan menertawakanku. Itu kan kejadian yang sudah berlalu
sangat lama “
“ Tapi, wajahmu
yang ketakutan masih bisa kubayangkan dalam benakku Kent. Kecoa... kecoa itu
masuk ke celanaku.. hahahahaha lucu sekali “
Chandra memperagakan sosok anak kecil yang sedang
ketakutan. Wajahnya memerankan ekspresi yang amat sangat ketakutan. Kent kini
memanyunkan bibirnya.
“ Hei.. kau marah
euh? Ayolah aku hanya bercanda “
Sebuah cubitan keras Kent berikan di pipi Chandra. Lalu
ia menjulurkan lidahnya.
“ Kejar aku kalau
bisa “
Kent berlari memasuki apartemen, ia menaiki tangga menuju
apartemen milik Chandra.
“ Tunggu aku
Kent!! I’ll catch you “ Chandra,
dengan semangat yang menggebu mengejarnya.
Suara
kegaduhan mereka ciptakan, hingga ada beberapa orang yang keluar dari dalam
apartemen untuk berteriak memarahi
mereka. Kent tiba di depan sebuah pintu yang terkunci.
“ Mau kemana kau
sekarang? “
Chandra tertawa sinis sambil berlari mendekat. Kent
mengarahkan tinjunya, namun dengan kuat Chandra menubruk tubuhnya hingga mereka
berguling di lantai. Kent menjerit lalu tertawa keras ketika mendapat gelitikan
yang bertubi-tubi dari sahabatnya itu.
“ Chandra kumohon
hentikan, jangan buat aku buang air kecil disini. Hahaha.. kumohon hentikan “
Chandra tak memperdulikannya, ia terus menggelitik
sahabatnya. Kegaduhan yang mereka ciptakan membuat Nyonya Perry yang
apartemennya berada di lantai yang sama dengan Chandra keluar dengan geram.
Nyonya Perry keluar dengan membawa sapu ditangannya.
“ Yak! Kalian
anak-anak muda gila. Jangan bercinta di lorong seperti itu. Memalukan sekali.
Kalian membuat kegaduhan yang membuat kepalaku pening. “
Chandra menghentikan tingkahnya lalu berdiri dan
merapikan bajunya.
“ Maafkan aku
nyonya, maafkan karena telah mengganggu waktu istirahatmu “
“ Sudahlah,
sebaiknya kau cepat masuk ke apartemenmu dan lanjutkan aktivitas bercinta
dengan kekasihmu itu di dalam. “
Nyonya Perry menutup pintu apartemennya dengan hentakan
yang kasar. Chandra mengangkat satu alisnya.
“ Bercinta? “
katanya kepada Kent. Kent hanya tersenyum jahil.
“ Biklah, mari
kita teruskan aktivitas bercinta kita di dalam “
Ia tertawa seperti tak ada beban, disisi lain hati
Chandra berdebar. Kata ‘bercinta’ memiliki makna yang membuat wajahnya sedikit
memerah. Akhirnya mereka masuk ke apartemen Chandra.
******
Maison
Bertaux sudah sepi oleh para pelanggan. Kursi-kursi sudah disusun rapi di atas
meja yang sudah dibersihkan. Pintu yang sedari tadi dibiarkan terbuka kini
sudah di tutup rapat namun masih belum dikunci. Sebagian pelayan disini sudah
pergi ke rumah mereka masing-masing. Kembali menyapa keluarga mereka sambil
membawa beberapa potong roti yang tersisa di dapur. Ada juga yang masih betah
berada disana, salah satunya Roan. Tangan-tangan kecilnya masih ingin
membersihkan beberapa kotoran yang menempel di dapur. Dengan telaten, tangan
kecilnya itu melap semua kotran yang tersisa hingga semuanya bersih. Jam yang
berada di dapur sudah menunjukkan pukul delapan malam.
“ Roan, kau masih
belum pulang?? “
Tanya seorang chef yang baru saja menyimpan persediaan
bahan membuat roti di ruang penyimpanan.
“ Aku baru
selesai chef, sekarang aku akan membereskan barangku. “
“ Tunggu, ini ada
roti untukmu. Aku baru membuatnya tadi dengan bahan yang masih tersisa. Semoga
kau suka “ Chef itu menyimpan roti tepat disamping tas milik Roan.
“ terima kasih
chef, aku pasti akan memakannya “
“ Ya sudah,
sebaiknya kau segera bergegas. Aku akan mengunci semua pintu. Roan memepercepat
tangannya memasukkan semua barang kedalam tas.
Jalanan
masih terasa ramai. Anak-anak muda terlihat ada yang sedang bercengkrama di
kedai-kedai kopi. Roan berjalan sambil mengeratkan jaketnya karena angin yang
berhembus malam ini terasa sangat dingin. Pikirannya kembali melayang
membayangkan kejadian tadi siang. Sorot mata Aman masih membuat dirinya ketakutan.
Bagaimana jika Aman kembali datang dan melakukan hal yang tidak diinginkan
kepadanya. Apa yang harus dia lakukan. Ia sangat tidak ingin kembali bekerja di
bar itu. Ia sudah kapok dengan dunia malam. Tubuhnya sudah lelah diperlakukan
seperti binatang oleh para lelaki yang kasar.
Langkahnya
yang gontai terus melangkah menuju apartemen kecil yang kini di huni olehnya.
Kemarin ia harus menjual beberapa baju miliknya untuk memberikan uang sewaan
pertama untuk apartemen ini. Apartemennya memang tidak besar, hanya cukup untuk
dirinya seorang. Dengan lelah ia masuk kedalam apatemen super kecilnya itu.
Setelah mengunci pintu, ia merebahkan dirinya diatas karpet tipis. Ia
meluruskan seluruh tubuhnya. Rasanya sangat melelahkan pekerjaan hari ini. Rasa
lelahnya yang teramat sangat itu akhirnya membawa dirinya ke alam mimpi. Lima
menit kemudian Roan tertidur dengan pulas.
Komentar
Posting Komentar