SIAPA YANG HARUS AKU PILIH (CHAPTER 25)

“ kapan kamu pulang no? “ tanya Lia di sela-sela makan siangnya.
“ enggak tau, Arno ngikutin kak Ghifari aja “ jwab Arno sambil membereskan piring bekas makan dirinya dan Ghifari.
“ mungkin sore nanti kita bakalan balik lagi. Kuliah aku sama Arno takutnya terlalu lama terbengkalai tante. Jadi mendingan lo beresin semua barang lo sekarang ya “ Ghifari mengambil sebuah pisang lalu memakannya.
Wingky bangkit lalu mengikuti Arno menuju dapur. Ghifari hanya melihat tingkah omnya yang aneh. Setibanya di dapur Wingky memeluk Arno dari belakang yang sedang mencucui piring. Arno yang merasakan pelukan erat itu segera melepaskan tangan Wingky dari pinggangnya.
“ nanti ketauan mba Lia gak enak bang. Udah sana gih balik lagi ke meja makan “
“ Abang gak boleh kangen-kangenan sama kamu eum? Sore nanti kamu pulang, kita pasti bakal jarang ketemu lagi tau “
Wingky menyimpan kepalanya di bahu Arno, lalu mencium pipinya. Arno hanya bergidik geli merasakan jambang tipis Wingky yang menyentuh permukaan kulit pipinya.
“ ya udah, sana gih balik lagi ke meja makan. Nanti mba lia curiga lagi, ntar kita masih bisa sms atau telfon kan kalau abang kangen sama aku? “
“ iya deh, abang sayang Arno “ sekali lagi wingky mencium pipi Arno lalu pergi meninggalkannya.
.
.
.
              Hari sudah mulai gelap, Arno sudah tertidur pulas didalam mobil selama satu jam. Ghifari yang sedang menyetir hanya ditemani oleh lagu dan suara deras hujan diluar sana. Sedari tadi jika mobil terhenti karena kemacetan jalan, Ghifari menyempatkan diri untuk menatap Arno yang tengah tertidur pulas. Beribu-ribu kali dia tersenyum manis menatap wajah lucu Arno ketika tidur.
Pukul delapan malam, Arno dan Ghifari kembali tiba di rumah. Arno masih tetap memejamkan matanya. Ghifari yang tak tega untuk membangunkannya dengan terpaksa menggendong Arno memasuki rumah. Didalam rumah keadaan sudah gelap, dengan hati-hati Ghifari menggendong Arno menuju kamarnya.
                Setelah dibaringkan di atas kasurnya Ghifari kembali menatap wajah Arno. Rasa ingin terus berada disamping Arno begitu besar dalam dirinya. Akhirnya Ghifari memutuskan untuk tidur bersama Arno mala mini. Ghifari juga merebahkan dirinya disamping Arno. Mata itu masih lekat memandangi Arno. Tangan besar Ghifari mengelus lembut rambut Arno. Hingga entah kenapa tiba-tiba Ghifari mengecup hangat bibir mungil Arno dengan lembut. Hanya kecupan biasa, setelah itu Ghifari memejamkan matanya sambil memeluk tubuh Arno.
.
.
                Sebuah tangan mungil mnenggelitik hidung mancung Ghifari dan itu membuatnya bangun dari tidurnya. Sosok manis yang akhir-akhir ini ia kagumi kini tengah duduk di pinggiran kasur sambil tersenyum manis. Lesung pipit di pipinya terlihat manis pagi ini. Matanya yang cerah semakin cemerlang diterangi sinar matahari yang masih muda yang keluar dari sela-sela dinding kamar berukuran sedang ini.
“ pagi kak, tumben tidur di kamar Arno. “
Ghifari mengusap wajahnya dengan kasar lalu mendudukan dirinya di kasur sambil menyandarkan punggungnya di dinding.
 “ Semalem kaka ngantuk banget, males jalan lagi ke kamar. Jadinya ya tidur di kamar kamu no. Emang kenapa eum? Kamu gak suka ya kaka tidur sebelah kamu? “
“ emmm… gimana ya? Abisnya kaka ngorok sih. Tidur Arno jadi keganggu “
Ghifari tertawa, entah menertawakan dirinya sendiri atau melihat tingkah Arno yang seperti anak kecil. Aroma gosong tiba-tiba mengudara  di kamar. Arno membulatkan matanya dan segera berlari dari kamar. Ghifari bingung melihatnya.
                Sebuah pekikan keras terdengar dari arah dapur. Ghifari segera berlari untuk mengecek keadaan dapur dan tentunya Arno. Disana Ghifari melihat Arno yang terlihat sedang memegang kepalanya. Asap mengepul dari atas kompor. Penasaran dengan apa yang terjadi, Ghifari maju lebih dekat untuk melihat apa yang terjadi. Dua telur mata sapi terlihat begitu hitam pekat seperti tinta. Ghifari baru menyadari, ternyata yang membuat Arno memekik kencang pagi ini adalah karena ia menggosongkan sarapannya.
“ ko bisa gosong gitu sih? “
“ ia kak, Arno lupa kalau Arno lagi bikinin sarapan buat kita berdua “
“ loh ko kamu sih yang bikin sarapan. Emang bi Imah kemana? Ibu sama Ayah kemana?  “
“ oh iya aku belum kasih tau kaka, tadi pagi tante Arni sama Om Joko pergi untuk urusan bisnis. Kalau bi Imah tadi izin pulang kampong. Katanya sodaranya ada yang meninggal “
                Ghifari duduk di meja makan sambil melempar-lempar apel iseng. Lalu dia tersenyum mendengar hanya dirinya dan Arno yang ada di rumah.
“ Ayah sama Ibu pergi sampai kapan no? “
“ Arno gak tau, tapi kayanya bakal lama deh kak. Soalnya tadi Arno liat mereka bawa koper besar. Emang kenapa sih? Ko kaka kaya seneng gitu “
                Bukan Ghifari namanya kalau dia tidak gengsi. Ia menyembunyikan kebahagiannya karena bisa berdua dengan Arno. Ghifari hanya menggelengkan kepalanya.
“ gimana kalau kita sarapan bubur aja? Kaka punya bubur langganan yang rasanya enak banget loh. Gimana? “
Arno mengangguk imut dengan senyumannya.
.
.
.
                Sepiring bubur ayam baru saja tersaji di hadapan Arno dan Ghifari. Bisa dilihat dari asap yang mengepul di atasnya. Dua gelas the hangat tersedia di samping piring berisikan bubur. Aroma tehnya begitu mencolok. Arno sangat menyukai aroma teh seperti ini. Ia seperti sedang di relaksasi. Sesuap bubur ia masukan kedalam mulut kecilnya yang manis. Cacing-cacing yang konser tadi tiba-tiba sirna, lidah arno bergriliya mengecap rasa enak dari bubur yang ia lahap.
                Ghifari mengangkatkan satu alisnya sambil menatap Arno. Arno tersenyum lalu mengacungkan jempolnya dan kembali melahap bubur itu sampai habis. Cukup memakan waktu lama mereka memakan bubur itu, sambil bercengkrama dan bersenda gurau. Dari sini, Arno mulai menyadari bahwa kini Ghifari telah berubah. Arno merasakan Ghifari tak secuek dulu, tak sejutek seperti dulu. Sesuatu hal telah berubah, Ghifari yang berada dihadapannya saat ini adalah Ghiifari yang ramah, ceria, penyayang, dan perhatian. Ya, kata perhatian begitu dominan bagi sosok Ghifari saat ini. Arno menyukai sikap Ghifari yang seperti ini. Rasanya ketertarikan Arno terhadap Ghifari semakin menjadi.
“ Kita pulang yuk, kamu mau kuliah kan? Kebetulan kaka mau ambil buku di perpus hari ini. Kita barengan aja ya “
*****
              Hiruk pikuk tempat kebanggaan Arno ini kembali ia rasakan. Ia kembali masuk kedalam kelasnya setelah lama tak berada disana. Tentunya sekarang tanpa kehadiran Khansa dan Agam..
Ngomong-ngomong masalah Agam, semenjak mengirim pesan pada Arno bahwa ia telah bertunangan sampai saat ini ia masih belum mengirim kabar kembali. Entah berada dimana Agam sekarang.
                Arno keluar dari ruang kelasnya setelah dosen meninggalkan kelas. Dering telfon berbunyi dari sakunya. Sebuah pesan singkat Arno terima dari Ghifari.

Ghifari :
Makan siang bareng gue yuk! Laper nih. Gue tunggu lo di parkiran ya ;-)
see you tengik ^_^ hehehe…

                Arno mendecak kesal saat membaca kata ‘tengik’ untuknya. Tapi sesaat kemudian senyum manisnya kembali mengembang. Haishh.. Ghifari bisa saja membuat anak ini tersipu malu.
Kerumunan para mahasiswa cukup membludak di depan madding. Arno terhenti dengan kerumunan itu. Rasa penasaran juga ikut membludak dalam hatinya.
sorry, di madding ada paan ya? “
“ oh itu No, ada scholarship ke Inggris. Program dari universitas di inggris. Test nya besok disini, katanya dua siswa yang lulus test, dua bulan yang akan datang bakalan langsung dikirim kesana meskipun kuliahnya disini belum beres. “
“ ow gitu, thanks ya! “
              Arno berjalan melalui kerumunan para mahasiswa yang menutupi koridor dengan susah payah. Dari kejauhan ia telah melihat ghifari dengan baju hitam dan jaket besball-nya. Ghifari segera menyiapkan mobil ketika Arno berjalan berjarak satu meter darinya. Aroma mobil khas Ghifari segera terasa di hidung kecil Arno. Seulas senyuman kembali Arno berikan untuk Ghifari.
“ lama banget sih, ngapain aja? “
“ itu tadi Arno kejebak sama kerumunan orang-orang di depan madding kak “
“ ada pengumuman apa emang? Ko tadi gue gak liat ya? “
Ghifari menyalakan mesin mobil lalu mulai memutar kemudi mobilnya.
“ Arno kurang tau, tapi katanya sih ada pengumuman tentang scholarship ke Inggris gitu. Test nya besok, kira-kira kalau Arno ikut bakal lulus test gak ya? “
“ kenapa lo gak coba aja? Lumayan loh kalau lo lulus. Kan bisa kuliah di Inggris. Lagian menurut gue bahasa Inggris lo udah mantep No. so, why not? “
“ iya juga sih,  ya udah besok Arno coba deh. Siapa tau beruntung. Kaka mau ngajak Arno makan kemana? “

“ diem aja, ntar lo tau sendiri ko “

CONTINUE TO THE NEXT CHAPTER

MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA, TOKOH, CERITA, ATAU KEJADIAN YANG DIALAMI PARA PEMBACA. CERITA INI HANYALAH KARANGAN FIKTIF BELAKA. MAAF JUGA KALAU ADA BANYAK TYPO HEHEHE....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA SEGI EMPAT ( CHAPTER 15 )

I JUST LOVE YOU ( TWO SHOOT )

KARAM (Kama & Rama) #Bagian1