SIAPA YANG HARUS AKU PILIH ( CHAPTER 26 )
SEA FOOD RESTOURANT
Arno
pernah sekali mengunjungi restaurant ini ketika ia pertama kali datang ke tempat
tinggal Ghifari. Saat itu Arno baru saja selesai mendaftarkan dirinya kuliah.
Ia diajak Ghifari untuk kesini.
Sekarang Ghifari mengajaknya kembali untuk
yang kedua kalinya. Mereka duduk dikursi dekat jendela bening. Jendela ini
memperlihatkan hiruk pikuk kesibukan kota ini. Mereka berdua memesan sebuah
lobster untuk bernostalgia. Mengingat kembali masa lalu mereka yang kini telah
berubah.
Selama
makan berlangsung mereka saling bertatapan. Kadang bercanda menceritakan masa
lalu mereka yang sering bertengkar. Alunan lagu “Dekat Di Hati” dari group band RAN mengiringi
acara makan mereka. Lagu ini membuat suasana makan mereka menjadi semakin
romantis.
Ghifari
merogoh saku celananya ketika ia selesai memakan hidangan terakhirnya. Arno
masih sibuk dengan ice cream vanilla-nya. Sebuah gantungan handphone
lucu berbentuk beruang tergeletak lucu di hadapan Arno. Ia memandang imut kearah
Ghifari.
“ ambil gantungan
beruangnya dan gantung itu dihandphone lo. Liat nih! Kita punya gantungan
handphone yang sama. Lo warna putih dan Gue warna item “
Beberapa detik Arno menatap Ghifari dengan
tatapan gelinya. Ia tersenyum meledek namun pipinya terlihat merah.
“ kenapa si? Ko lo
ngetawain gue?”
“ gak apa-apa Arno
Cuma geli aja ngeliat kaka yang kaya gini. Biasanya kaka nge-bully Arno.
Tapi ko sekarang jadi perhatian gini. By the way makasih ya gantungan handphone nya. Arno
suka..”
Dengan segera Arno memasangkan gantungan
panda putih itu di handphonya.
“ mana handphone kaka,
sini Arno pinjem sebentar “
Ghifari
merogoh handphonenya dari saku dan memberikannya pada Arno. Arno mengambilnya
dan meletakkan kedua ponsel di tangannya itu di atas meja. Ia memandang
gantungan hanphone dikedua ponsel itu.
“ makasih banyak “
kata itu terucap kembali.
*****
Hujan turun dengan lebat ketika
mereka berdua telah sampai dirumah. Sambaran petir melengkapi hujan lebat malam
ini. Waktu telah menunjukan pukul delapan malam. Arno dan Ghifari melewatkan
hari ini hanya berdua.
Arno baru saja
selesai, kini ia telah lengkap memakai piyama pandanya. Setelah mengeringkan
rambut hitam miliknya ia duduk di sofa ruang keluarga sambil menyeruput susu
cokelat hangat. Suara pintu tertutup menggema diseluruh penjuru ruangan.
Ghifari keluar dengan rambut yang masih basah dan berantakan. Aroma sabun
khasnya tercium di hidung Arno.
Meskipun hujan mengguyur dengan
deras dan hawa dingin terasa sangat menyengat namun Ghifari dengan enteng
mengenakan kaus abu-abu tanpa lengan dengan celana training miliknya
yang selalu ia kenakan ketika berjoging. Ditangannya ia bawa CD horror yang
baru ia beli tadi bersama Arno.
“ kita nonton film
horornya sekarang yuk “
“ emm.. boleh. “
Ghifari memasukan CD itu kedalam CD
player. Lalu duduk manis di samping Arno yang sedang menekuk lututnya di atas
sofa sambil meminum susunya. Ghifari semakin mendekatkan dirinya ke tubuh Arno.
“ lo anget banget no.
Cuacanya dingin ya “
“ suruh siapa kaka
pake baju seksi begitu. Udah tau dingin, sana pake jaket dulu “
“ males ke kamar bawa
jaket ah no, begini aja udah enak ko “
Ghifari meletakkan tangan kanannya
dibelakang tubuh Arno. Ia menarik tubuh Arno agar lebih dekat dengannya.
Selama
film diputar, Arno tak fokus pada film yang ditonton. Dadanya berdebar dengan
kencang bukan karena sosok hantu dalam film tapi karena Ghifari yang memeluknya
semakin erat. Susu yang tadi terisi penuh sudah habis. Arno menidurkan
kepalanya di bahu Ghifari.
Saat sosok hantu di dalam film muncul
dengan tiba-tiba Arno menjerit dan memeluk Ghifari. Ghifari yang terkejut
dengan jeritan Arno semakin terkejut karena kini Arno memeluknya dengan erat.
Bahkan saat ini pantat Arno sedikit menindih ‘junior’ milik Ghifari. Rona merah
di pipi Ghifari muncul secara tiba-tiba.
“ No, hantunya udah
gak ada tuh “
“ ahh.. tapi Arno
takut, matiin aja ya filmnya “
“ ah? Di matiin?
Jangan lah, ini lagi seru-serunya. “
“ tapi Arno takut,
lagian ngantuk juga. Besok Arno mau ikut test kan “
“ ah payah lo, ya udah
kalau gitu lo tidur aja disini “
Ghifari memaksa Arno untuk tidur di
dadanya. Arno menurut seperti anak kecil umur lima tahun.
“ tapi Arno masih bisa
liat filmnya “
Tanpa basa-basi Ghifari menutup
kedua bola mata Arno dengan tangannya. Arno tersenyum lalu mencari posisi
nyaman untuk tertidur di dada Ghifari. Cukup lama mereka berada di posisi
seperti itu. Ghifari mulai tak fokus dengan filmnya karena posisi Arno yang
begitu dekat dengannya. Arno telah mendengkur dengn pelan sejak lima menit yang
lalu.
“ haish dasar baby
panda. Tidurnya cepet banget “ Ghifari tersenyum memandang wajah damai
Arno.
“ lo tau? Dengan sikap
lo yang kaya gini gue makin mantep buat jadiin lo milik gue seutuhnya No.
Ghifari sayang Arno.. Gue janji bakalan jagain lo kaya gini terus. “ Ghiari
mengecup puncak kepala Arno dengan lembut.
*****
Pagi
ini Arno mengawali semuanya dengan penuh semangat. Setelah menyelesaikan
masakan sarapan paginya untuk Ghifari, ia segera berangkat menuju kampusnya
untuk mengikuti test scholarship-nya. Ghifari masih tertidur di sofa,
Arno sengaja tak membangunkannya karena kasihan melihat Ghifari yang tidur
lelap. Semalam, setelah menonton film horror mereka tak beranjak dari sofa.
Mereka tertidur bersama di sofa.
Sesampainya di kampus, Arno segera
mendaftar dan mencari ruangan testnya. Orang-orang asing banyak berdatangan ke
kampusnya untuk menjadi panitia penyelenggara. Arno duduk dibangku paling
depan. Dalam satu ruangan ada kurang lebih tiga puluh peserta test scholarship
ini. Test dimulai sepuluh
menit kemudian. Kertas soal mulai dibagikan oleh seorang bule yang manjadi
petugas pemantauan di ruangan yang didiami Arno. Lima lembar kertas soal dan
satu lembar kertas jawaban sudah dipegang Arno. Mata itu mulai bergriliya
melihat seluruh soal yang tersedia. Arno tersenyum saat melihat soal yang
dianggapnya mudah namun wajahnya berubah drastis ketika ia menemukan soal yang
menurutnya sulit untuk dikerjakan.
“
haissshhh.. “
Arno
menggaruk kepalanya sambil meletakan pensil. Ia menutup wajahnya untuk
berkonsentrasi kembali.
“
ibu.., Do’akan Arno supaya bisa lulus test ini. Hah! Ayo Arno semangat! Kamu
pasti bisa”
Ia
menyemangati dirinya sendiri didalam hatinya lalu mulai kembali berkonsentrasi
dan menjawab soal-soalnya dengan senyum.
Entah mendapat ilham dari mana, soal yang ia anggap susah kini ia bisa
lewati dengan mudah. Memory akan hal pelajaran yang pernah ia terima keluar
dengan sendirinya.
Di sisi lain, Ghifari baru saja
terbangun dari tidurnya. Aroma masakan Arno tadi pagi sudah mengudara di ruang
makan. Setelah mendengus seperti anjing, Ghifari menghampiri meja makan dan ia
melihat makanan kesukaannya tersedia disana.
Secarik
kertas tergeletak begitu saja di samping semangkuk udang asam manis kesukaan
Ghifari. Tulisan kecil dan rapi itu bisa Ghifari kenali dengan cepat. Ya itu
tulisan Arno
Pagi Mr.Black Panda!
Pasti baru bangun ya? Dasar tukang tidur !
Makasih ya semalem udah bikin Arno
nyaman, sebagai gantinya ini Arno masakin makanan kesukaan kaka.
Kalau kaka bangun dan gak liat Arno jangan bingung, Arno berangkat duluan
ke kampus buat ikut test scholarship.
Selamat menikmati hidangannya, maaf kalau tahu yang dimasak Arno sedikit
gosong
Mr.White
Panda
“ dasar anak tengik! Kenapa gak bangunin gue
coba buat nganterin dia. Kebiasaan nih si Arno. Tapi, makanannya kayanya enak “
.
.
.
Arno
mengeluarkan nafas dengan lega ketika ia menyelesaikan semua soal test. Dengan
senyum cerah ia keluar ruangan untuk segera pulang dan menemui Ghifari di
rumah.
“Arno!”
Sosok Ghifari muncul sambil berlari
mendekatinya.
“ kak Ghifari? Ko kesini? “
“ ya elah emang gak boleh? Ini kan kampus gue
juga. Gue mau jemput lo tau, kenapa sih lo tadi berangkat kagak bilang? “
“ Arno kasian kalau ngeganggu kaka yang lagi
tidur pules banget. “
“ alaahhh alesan lo, bilang aja gak mau gue
anterin “
“ ishh.. apa sih kaka ni, bukan gitu. Ya udah
maafin Arno deh. Ayo kita pulang “
“ jangan dulu pulang ke rumah deh, gue mau beli
buku dulu no. Ada beberapa buku yang harus gue beli. Lagian lo pasti laper abis
test kan? “
“ ya udah deh kita jalan dulu “
Arno memasukan buku-buku yang ia tengteng tadi
ke dalam tasnya.
*****
Menunggu.
Hal yang paling tak disukai oleh Arno, namun kini ia sedang melakukannya untuk
membeli ice cream cokelat sambil menunggu Ghifari yang baru saja masuk
kedalam toko buku. Saat ini Arno sedang malas untuk membeli buku baru, mungkin
saat ini matanya enggan untuk membaca deretan hurup didalam lembar kertas yang
berjilid yang dinamakan buku itu.
“ mba, pesen ice cream greentea nya satu
ya “
Mata Arno membelalak ketika mendengar suara yang
taka asing di telinganya. Tubuh tinggu dengan hidung mancung dan rambut yang
sekarang menjadi gondrong berdiri di sampingnya. Agam, pria yang dulu pernah
mencintai dirinya.
Arno
membalikan tubuhnya, ia tak ingin Agam tau kalau sekarang dirinya sedang berada
di sisinya. Penjada toko ice cream itu tersenyum pada Arno dan
menanyakan pesanan apa yang diinginkan Arno. Dengan pelan Arno menjawabnya
dengan hati-hati. Tetapi telingan Agam begitu tajam sehingga ia dapat mengenali
suara Arno.
“ Arno, itu lo? “
Arno membalikan tubuhnya untuk menghadapi sosok
Agam. Kali ini ia semakin jelas melihat sosok Agam yang sekarang terlihat lebih
tampan dari sebelumnya dengan potongan rambut gondrong dan panjang. Kulitnya
semakin putih dan jangan lupa otot dibadannya semakin besar.
Arno
tersenyum sambil melambaikan tangannya, ketika bibirnya terbuka untuk bicara,
Agam segera memeluknya dengan erat. Melampiaskan rasa rindu yang telah lama ia
pendam untuk sosok pria manis yang sangat ia cintai. Beberapa kali Arno meminta
ia untuk melepaskannya, namun Agam tak mendengarkan. Hingga akhirnya suara
dehaman keras menyadarkan Agam untuk melepaskan pelukannya dari Arno. Ghifari
telah kembali dengan menenteng kantung berisikan buku-buku yang ia butuhkan.
Mata mereka berdua saling memandang, mata Ghifari memancarkan kegarangan dan
kesal begitu juga dengan Agam.
“ maaf mas, ini pesanan ice cream-nya. “
Arno seger mengambil pesanannya dan cepat-cepat
berdiri di samping Ghifari.
“ Elo gam! Ngapain lo disini? Jangan-jangan lo
ngikutin kita dan mau culik Arno dari gue? Jahat banget fikiran lo “
“ sembarangan lo Ghif! Gue kesini Cuma mau
jalan-jalan doing. Ketemu sama Arno itu kebetulan aja. Lagian gue emangnya gak
boleh ketemu Arno? “
“ ya enggak lah, gue.. “
Arno segera melerai pembicaraan mereka berdua.
Ia menempatkan telunjuknya di bibir Ghifari yang masih ingin berbicara.
“ gimana kalau kita pergi ke food court? Ngobrol
di sana aja. Arno malu kalau kalian banyak omong disini “
“ males banget kalau harus duduk sama si Agam,
lo aja sana No yang ngobrol sama Agam. Gue mau pulang ke rumah “
Arno menahan tubuh Ghifari agar ia tak pergi dan
menarik mereka berdua menuju food court.
.
.
.
Kali
ini Arno sedang menjadi pendengar yang baik bagi Agam. Beda seperti Ghifari
yang mengabaikan semua obrolan Agam dengan mendengarkan musik keras-keras dalam
headset-nya. Agam menceritakan kehidupannya setelah bertunangan bersama
wanita bernama Sandra. Dirinya merasa tertekan bertunangan dengan wanita serba perfect
itu. Agam memberhentikan kuliahnya dan kini ia bekerja di perusahaan
ayahnya. Bulan depan ia akan melangsukngkan pernikahannya bersama Sandra di
Bandung. Arno tak terkejut dengan berita itu, ia tersenyum dan memberikan
ucapan selamat dengan wajah yang biasa saja. Taka da raut sakit hatri dalam
wajahnya. Lain lagi dengan Ghifari, saat ia mendengarkan kata pernikahan dari
Agam tiba-tiba ia tersenyum dengan penuh kemenangan. Itu artinya setelah Agam
menikah, Arno resmi menjadi miliknya seorang.
“ Arno, gimana kalau besok kita jalan berdua?
Emmmm… itung itung ini terakhir kalinya kita jalan. Kamu mau? “
Ghifari membuka headset di telinganya
lalu menatap Arno berharap bahwa Arno akan mengatakan tidak terimakasih.. untunknya.
“ Gimana ya.., sebenernya besok Arno ada jadwal
kuliah. Lagian di rumah lagi gak ada pembantu. Kasian kan kalau kak Ghifari
beresin rumah sendirian. Jadi kayanya Arno gak bisa kak “
Hati Ghifari bersorak, ia kembali memakai headset
–nya lalu tersenyum menang dan mengarahkan matanya pada Agam yang kini
sedang menatap wajahnya dengan tatapan kesal.
Dering telfon membuat Agam
terperanjat, ia merogoh sakunya dan mengangkat telfon. Lima menit kemudia ia
berpamitan untuk meninggalkan Arno dan Ghifari.
Arno dan Ghifari menghabiskan makanan mereka
sepeninggalan Agam yang pulang lebih dahulu karena ada urusan sesuatu. Ghifari
begitu menikmati suasana yang ia rasakan saat ini. Begitu juga dengan Arno yang
sedari tadi menikmati suasana dengan menjahili tangan Ghifari yang ia oleskan
dengan ice cream-nya. Ghifari tak kesal dengan sikapnya, malah ia
membalasnya dan tertawa bersama.
Komentar
Posting Komentar