PERFECT! (One shoot)


Kelap-kelip lampu di jalanan kota tak kalah cantiknya dengan kelap-kelip bintang di langit malam kota Washington DC. Kota dimana semua sejarah Negeri Paman Sam mendekam ini begitu indah dengan lampu-lampunya yang berpijar terang. Jika kalian tinggal di sebuah apartemen yang berada di lantai lima atau enam, kalian bisa menikmatinya secara langsung.
            Seperti yang dilakukan Christopher saat ini. Dengan tubuh semampainya ia berdiri di depan jendela kaca menghadap ke jalanan kota yang menawan. Matanya yang memukau menatap setiap sudut kota di hadapannya. Meneliti setiap laju mobil yang perlahan-lahan mulai bergantian setiap waktunya.
Ia menutup kembali tirai jendelanya. Berjalan melintasi apartemen mewahnya yang ia sewa dua tahun yang lalu. Menuju tempat yang ia sukai. Tempat dimana ia sering mengoreksi dirinya sendiri.
            Ia menyalakan showernya, air hangat keluar begitu saja. Mengepulkan asap yang membuat kaca menjadi berembun. Chrsitopher membuka semua bajunya satu persatu. Kulitnya yang putih mulus akan membuat setiap wanita iri dengannya. Apalagi dengan tubuh super ramping yang diidamkan setiap wanita. Perutnya rata tanpa otot. Kedua putingnya berwarna merah muda, kontras dengan kulit dadanya.
            Ia memandangi dirinya sendiri di depan kaca. Memperhatikan setiap inci tubuhnya yang mulus. Ia menyimpan kedua tangannya di pipi, mencubitnya gemas. Ia berdiri menyamping, memegang perutnya yang ramping dan mengelusnya dengan lembut.
  “ Sepertinya perutku sedikit membuncit “ katanya protes.
  “ Kau terlalu banyak makan akhir-akhir ini Chris. Dasar bodoh! “ Ia memukul kepalanya sendiri lalu meringis kesakitan.
            Ia meninggalkan kacanya, pergi mendekat ke arah shower yang terus mengeluarkan air hangat. Kaca yang menutupi bagian shower sudah mulai penuh dengan embun. Membuat tubuh Christopher yang telanjang menjadi samar jika dilihat dari luar.
            Ia sedikit tersentak kaget ketika tubuhnya yang telanjang bersentuhan dengan air hangat. Namun pada akhirnya tubuhnya mulai terbiasa. Ia berdiri tepat dibawah pancuran air shower. Membiarkan tubuhnya perlahan-lahan basah. Rambutnya yang biru kehitaman lepek, menutupi matanya yang mempesona.
            Cukup lama ia terdiam dalam posisi seperti itu. Selain memandang dirinya sendiri di hadapan cermin, ia juga sangat suka berdiam diri di bawah pancuran air shower. Ia akan merasa nyaman jika melakukan hal itu. Seolah-olah masalah dalam hidupnya luntur bersama air yang mengguyurnya.
Selesai mandi, ia kembali berdiri di depan cermin. Kali ini dengan mengenakan baju handuk berwarna hitam. Ia menyalakan hairdryer untuk mengeringkan rambutnya. Tangannya yang ramping menyusuri setiap helai rambutnya dengan hati-hati. Menyisirnya agar kering merata. Setelah selesai, ia kembali memandangi dirinya sendiri dalam cermin. Berputar seperti orang mabuk yang sedang berdansa di bar. Berkomentar setiap melihat bagian tubuhnya yang ia rasa semakin membesar.
            Selagi ia mengoreksi tubuhnya yang tidak bermasalah itu, seorang pria lengkap dengan setelan tuxedo-nya berdiri di depan pintu apartemen Christopher. Memencet bel beberapa kali tanpa ada jawaban dari si tuan rumah.
            Pria itu sudah frustasi, ketika memencet bel untuk yang kelima belas kalinya akhirnya pintu terbuka.
  “ Kau sudah datang Dimitri? “
Pria yang ia panggil Dimitri itu menerobos masuk dengan kesal. Membantingkan tubuhnya di atas sofa berlapis beludru milik Christopher.
  “ Aku sudah berada di luar sana lama sekali sayang. Kenapa kau tidak membukanya dengan cepat. Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan? “
  “ Maafkan aku, aku baru saja selesai mandi Dimitri “
  “ Selama itukah kau membersihkan dirimu? Cepatlah, kita sudah telat. Kedua orang tuaku mungkin sudah sampai. “
  “ Iya, tunggu sebentar. Aku akan memakai baju dulu. Ada kue di dalam kulkas. Aku yang membuatnya. Ambil saja jika kau mau “
            Christoper berlalu menuju lemari super besarnya. Memilih jas yang menurutnya pas dikenakan malam ini. Ia membuka baju handuknya tanpa rasa malu di hadapan Dimitri kekasihnya.
  “ Wow! Pantatmu semakin besar sayang “
Sembari mengenakan celana dalamnya Christopher menjawab.
  “ benarkah? Apakah menurutmu aku terlihat semakin gemuk? “
  “ Tidak sayang, bukan itu maksudku. “
  “ Lalu? “
  “ ah sudahlah, sebaiknya kau cepat memakai bajumu. Akan kutunggu kau di luar gedung apartemen ya? “
Dimitri mencium tengkuk kekasihnya lalu pergi keluar.
*****
            Empat orang dengan baju serba rapi kini tengah duduk di sebuah meja bundar yang berada tepat di tengah-tengah restoran bergaya klasik. Dimitri duduk bersebelahan dengan Chris, di hadapan mereka duduk seorang wanita dan seorang leaki paruh baya. Mereka ibu dan ayah Dimitri. Ibunya mengenakan gaun sewarna perak dengan bulu tebal yang menutupi bahunya. Rambutnya coklat gelap dan ditata dengan rapi. Ayahnya adalah seorang pria berwajah tegas dengan mata berwarna hijau laut. Memiliki rambut pirang yang sama persis dengan rambut yang dimiliki Dimitri.
            Malam ini Dimitri memang sudah merencanakan untuk menemukan Chris dengan kedua orang tuanya. Ia ingin hubunganya kali ini diketahui langsung oleh kedua orang tuanya. Dimitri memang sudah memberi tahu kedua orang tuanya bahwa dia seorang homsexsual sejak lulus SMA. Awalnya orangtua Dimitri cukup terpukul dengan kejujuran sang anak, namu lama kelaman mereka bisa menerimanya kembali dengan baik.
            Inilah hubungan pertama yang diketahui oleh kedua orangtuanya. Biasanya Dimitri selalu menyembunyikan kebenaran akan seorang kekasih terhadap orang tuanya. Namun kali ini ia merasa berbeda. Ia merasa bahwa Christopher lah orang yang tepat untuk ia kenalkan kepada kedua orang tuanya.
  “ Jadi kau tinggal sendirian di apartemen pribadimu nak? “ tanya sang ayah pada Chris.
Chris menjawabnya dengan gugup.
  “ ya aku tinggal di apartemen milikku. Aku mendapatkannya dengan jerih payahku sendiri, bekerja menjadi seorang model majalah. Aku memutuskan untuk tidak tinggal bersama orangtuaku karena aku ingin menguji seberapa jauh kemampuanku untuk bisa mandiri “
  “ Itu bagus sekali Nak, jika boleh tahu. Apakah kedua orangtuamu masih ada? “ kali ini ibu Dimitri yang bertanya.
  “ Kedua orangtuaku masih hidup, namun sekarang mereka telah berpisah. Ibuku tinggal bersama suaminya yang baru di Boston. Sedangkan ayahku tinggal sendiri di New York mengajar sebagai dosen ahli sejarah. “
  “ kau sering menemui kedua orang tuamu? “
  “ Selama dua tahun ini aku belum menemui mereka lagi. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku di sisni. Mungkin suatu saat nanti ketika pekerjaanku lenggang, aku akan meneumi mereka karena aku sangat merindukannya “
Ayah dan ibu Dimitri tersenyum ramah kepada Chris. Chris juga membalas senyuman mereka.
            Pelayan restoran datang dengan membawa troli berisi makanan yang dipesan. Makanan laut dihidangkan dengan asap yang masih mengepul. Mulai dari ikan tuuna hingga lobster tersaji dengan rapi di atas meja. Dimitri mengucapkan terima kasih kepada sang pelayan lalu memberikan dua lembar uang sebagai tips untuknya.
            Dimitri mulai memakan hidangannya. Begitu juga dengan kedua orang tua mereka. Sejak kecil Dimitri memang sudah menyukai sea food. Dulu ia dan keluarganya pernah tinggal di dekat pantai. Setiap minggunya Dimitri pasti akan makan masakan laut yang dimasak langsung oleh ibunya.
  “ Chris, kenapa diam saja nak? Ayo makanlah, kami sudah memesan semua ini untukmu. Ini coba cicipi kepitingnya, bumbunya sangat enak dan meresap sampai kedalam. Cobalah pasti kau akan suka “ Ibu Dimitri menyodorkan sepiring penuh berisi kepiting dengan bumbu merah yang kelihatannya sangat pedas namun lezat.
            Pada awalnya Christopher enggan untuk makan. Namun Dimitri melemparkan tatapan memelasnya kepada Chris. Akhrinya ia terpaksa makan malam bersama keluarga Dimitri.
.
.
.
            Chris memandang bayangannya di dalam cermin. Keran air ia biarkan menyala, menghanyutkan sisa-sisa muntahan makanan yang baru saja ia keluarkan. Ia sudah kembali ke apartemennya. Acara makan malam sudah selesai, kedua orang tua Dimitri sungguh terkesan dengan pertemuan mereka tadi. Chris akan diundang lagi dalam sebuah jamuan makan besar di rumah Dimitri bersama keluarga besarnya.
            Dimitri masuk kedalam kamar mandi, menghampiri sang kekasih yang masih terpaku dengan bayangannya di cermin.
  “ Melakukannya lagi? “
Chris mengangguk dan berbalik menatap Dimitri.
  “ Maafkan aku Dimitri, aku hanya.. “
  “ sshhh.., seharusnya kau tidak melakukan itu sayang. “
Dimitri memegang kedua lengan kekasihnya.
  “ Kau tidak harus menusuk kerongkonganmu sendiri untuk memuntahkan makanan yang sudah kau makan. Cobalah untuk tidak takut dengan memakan sesuatu sayang. Jika kau terus seperti ini lama kelamaan kau akan sakit. Tubuhmu butuh asupan makanan yang cukup “
  “ Aku sudah mencobanya tapi aku tak bisa. Aku takut “
Dimitri menarik tubuh kekasihnya. Bahu Chris mulai bergetar, isak tangis mulai terdengar.
            Christopher memiliki penyakit dalam jiwanya. Ia pengidap Obesophobia, gangguan psikis karena takut gemuk atau berat badan naik. Ia memiliki gangguan jiwa ini semenjak kecil. Dulu, Chris memang anak yang gemuk. Bahkan dia pernah mengidap penyakit obesitas. Semenjak mengetahui mengidap obesitas, Chris menjadi ketakutan. Ia berusaha untuk terus menurunkan berat badannya hingga berhasil. Tubuhnya berubah menjadi ramping dan ideal berkat diet ketat yang ia jalani. Setelah mendapatkan tubuh yang sempurna ia menjadi ketakutan untuk gemuk lagi. Ia takut jika berat badannya naik meskipun hanya satu kilo.
            Maka dari itu, Chris selalu mengurangi porsi makannya. Ia hanya cukup mengonsumsi buah setiap harinya. Jika ia makan di pesta atau jamuan makan seperti yang dilakukannya tadi bersama keluarga Dimitri, ia pasti akan memuntahkan makanannya kembali setelah acara selesai. Ia selalu memasukkan telunjuknya kedalam tenggorokan agar memicu dirinya untuk muntah dan mengeluarkan makanan yang telah dimakan oleh dirinya.
  “ Berjanjilah padaku untuk tidak melakukan itu lagi ya sayang? “
Chris mengangguk.
  “ Lagi pula tak ada salahnya jika kau memiliki pipi chubby dengan perut buncit. Kau pasti akan terlihat lebih menggemaskan “
Dimitri membelai wajah kekasihnya dengan penuh kasih sayang.
  “ Aku takut, jika aku berubah menjadi gemuk kau akan meninggalkanku. “
  “ Hey, dengarkan aku Christopher. Aku tidak perduli segemuk atau sekurus apapun dirimu sayang. Menurutku kau adalah Christopher yang akan aku cintai. Apapun wujudmu, di mataku kau sempurna sayang. Aku mencintaimu bukan karena aku melihat bentuk fisikmu. Jadi jangan takut, makanlah sebanyak mungkin jika kau menginginkannya. Aku bahkan akan lebih senang jika melihatmu banyak makan ketimbang melihatmu memasukkan jari telunjuk untuk memuntahkan makanan. Jadi jangan takut oke? “
Christopher tersenyum, lalu memberikan satu kecupan di bibir kekasihnya dengan cepat.
  “ Jika memang seperti itu, terima kasih Dimitri. Kau memang mencintaiku dengan tepat “
  “ Ya aku memang mencintaimu dengan tepat, berjanjilah untuk tidak melakukan hal itu lagi dan mualilah makan seperti orang normal sayang “
  “ Akan aku usahakan, akan aku coba untuk makan sedikit lebih banyak dari biasanya “
  “ Akan aku pegang janjimu, sekarang sudah malam. Besok kau harus pergi ke studio untuk melakukan pemotretan majalah baru kan? Aku akan mengantarmu besok sebelum pergi bekerja “
  “ Baiklah “
  “ Aku menyayangimu Chris, amat sangat menyayangimu “
  “ begitupun dengan diriku Dimitri “

Sekali lagi mereka berciuman, lalu Dimitri menggendong Chris menuju tempat tidur. Malam ini, mereka melebur menjadi satu menuju alam mimpi yang terbuka dengan lebar.

MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, ATAUPUN KEJADIAN YANG DIALAMI PARA PEMBACA. CERITA INI HANYALAH KARANGAN FIKTIF BELAKA. MAAF APABILA MENEMUKAN KESALAHAN DALAM PENULISAN.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA SEGI EMPAT ( CHAPTER 15 )

I JUST LOVE YOU ( TWO SHOOT )

KARAM (Kama & Rama) #Bagian1