PARADISE LOVE (Chapter 1)
Burung yang kini menjadi setitik
putih kecil di langit terbang dengan cepat melintasi lautan lepas di bawahnya.
Aku masih duduk di jok mobil depan seorang pria yang kini menjadi suamiku sejak
lima bulan yang lalu. Sepanjang perjalanan aku tak banyak melihat peristiwa
aneh terjadi. Aku hanya melihat anak-anak remaja yang sedang menaiki sepeda
motornya bertiga (mungkin ini yang namanya cabe-cabean) , melihat ibu-ibu yang
sedang bergosip sambil memilih sayuran segar untuk hidangan keluarganya hari
ini, dan beberapa pedagang yang mulai mendorong gerobaknya untuk berjualan. Itu
memang hal yang biasa bukan?
Sebuah tangan mengelus ke pipiku ketika mataku terfokus pada
deburan air laut jauh disana. Pria yang kucintai itu tersenyum sambil kembali
memandang jalanan.
“Rindu kampung
halaman ya sayang. Untung Mr.Parker dan Mrs.Joana memberikan izin pada kita
untuk berlibur. Walaupun hanya satu minggu"
Ujarnya sambil masih memandangi jalan.
"Ya kak, aku ingin berkunjung ke rumah Mba
Lia dan Bang Wingky setelah liburan dipantai ini. Aku rindu mereka, aku juga
rindu keponakanku yang cantik" kataku padanya.
"Ya nanti kita
akan mengunjungi mereka"
"Jangan lupa berkunjung ke rumah kedua orang tua kita.
Sudah lama tak berkunjung dan membersihkan rumah mereka. Mereka pasti
merindukan kita kan?"
"Iya bawel.
Kita pasti kesana ko. Sekarang kita bersenang-senang saja dulu. Aku rindu
senyum manismu"
Aku menyunggingkan senyuman untuknya. Sebuah kecupan manis
kudapatkan dari bibirnya.
Ia kembali
melanjutkan mengemudinya dan aku juga kembali mengapresiasikan bentuk
kekagumanku pada lukisan tuhan yang indah ini dengan membisu.
*****
Namaku Arno Dyani, ya dan kalian
pasti sudah tahu siapa diriku. Seorang pria yang dulu pernah mencintai anak
dari teman ayahnya. Ya itu aku, dan anak teman ayahku kalian juga pasti sudah tau. Siapa
lagi kalau bukan Ghifari yang kini telah menjadi suamiku.
Kenapa? Kalian pasti kaget mendengarnya kan? Baiklah,
sebaiknya kalian menyiapkan indra pendengaran dan penglihatan. Karena sekarang
aku akan menjelaskannya.
Enam tahun
yang lalu, aku mendapatkan sebuah keberuntungan untuk kuliah di Inggris. Selama
empat tahun aku belajar disana, akhirnya aku bisa lulus dengan predikat
terbaik. Selama itu juga aku harus berhubungan jarak jauh bersama Ghifari yang
saat itu sudah menjadi kekasihku. Selesai kuliah di Inggris aku pergi kembali
ke Indonesia untuk bekerja. Kembali ke pelukan kekasihku tersayang, Ghifari. Aku
bekerja di tanah kelahiranku selama satu bulan, di perusahaan yang dipegang
oleh Ghifari tentunya. Namun ketika aku menginjak bulan kedua bekerja di
perusahaan kekasihku, aku dan Ghifari harus pergi meninggalkan Indonesia
kembali untuk pergi ke Negara kincir angin. Om Joko yang mengirim kami, dia menyekolahkan
kami berdua untuk lebih mendalami dunia bisnis. Kami tak bisa menolak hingga
akhirnya kami berduapun pergi ke Negara Kincir angin yang terkenal dengan bunga
tulipnya itu.
Selama disana
kami tinggal bersama disebuah rumah sewaan yang tak jauh dari tempat kami
mengayam pendidikan. Selama kami tinggal bersama, kami semakin dekat dan
menjadi pasangan yang romantis. Butuh waktu dua tahun kami sekolah, dan
akhirnya kamipun lulus. Belum hanya sampai disitu saja. Kami berdua diterima
disebuah perusahaan Fashion ternama di negara kincir angin itu. Kamipun
memutuskan untuk tetap tinggal dan bekerja bersama di Belanda.
Usaha dan
kerja keras kami membuahkan hasil yang sangat baik. Kami menjadi pegawai
terbaik dan mendapatkan royalti yang sangat besar. Kami berduapun diangkat
menjadi salah satu pimpinan majalah fashion.
Keberhasilan itupun membuat kami memutuskan untuk melanjutkan hubungan kami ke
jenjang yang serius. Ya, kami ingin menikah. Mungkin ini akan terdengar gila
bagi kebanyakan orang, tapi tidak bagi kami. Kami memberanikan diri untuk
membicarakan masalah ini kepada kedua keluarga kami.
Awalnya keinginan kami ini mendapatkan tentangan keras dari
pihak keluarga Ghifari. Mba Lia dan bang Wingky menyetujui hubungan kami karena
mereka tahu lebih awal tentang hubungan kami. Tante Arni, ibu Ghifari sempat
marah besar padaku. Tetapi dengan tekun Ghifari meyakinkan mereka dan entah
mendapat berkah darimana akhirnya mereka menyetujui hubungan kami. Pernikahanpun
direncanakan, tetapi sesuatu hal terjadi. Ghifari dengan tiba-tiba harus
kehilangan kedua orang tuanya dalam kecelakaan pesawat. Rasa Duka begitu
membludak menyelimuti kami. Padahal hari bahagiaku dengan Ghifari hanya tinggal
menghitung hari saja.
Akhirnya,
tepat pada hari ulang tahunku, kami menyatakan cinta sejati kami didepan penghulu, mba Lia,
dan bang Wingky. Yang pastinya tanpa kehadiran Tante Arni dan Om Joko. Sedih
yang kami rasakan akhirnya sedikit demi sedikit bisa tergantikan oleh
kebahagiaan pernikahan kami. Setelah satu tahun tak kembali ke Indonesia, kami
merindukan kampung halaman kami. Akhirnya kemarin bos kami memberikan izin untuk pulang ke Indonesia selama satu
minggu, dan disinilah kami sekarang. Berlibur untuk menyegarkan tubuh kami yang
penat karena pekerjaan yang menumpuk.
.
.
.
Mobil kami
memasuki kawasan parkir hotel berbintang lima. Ya, kami memesan satu kamar spesial untuk menjadi tempat
peristirahatan kami. Hotel ini terletak tak jauh dari pantai. Jadi itu
memudahkan kami untuk bermain di pantai sesuka hati kami. Setelah mengambil kunci kamar, kami bergegas
merapihkan barang-barang kami lalu mengganti baju dan pergi ke pantai.
Udara lautan
begitu terasa di hidungku, kupingku mulai mendengar gemuruh ombak yang
berlarian ke tepi pantai. Menghasilkan buih-buih kecil yang menggelitik kakiku.
Pasir putih itu memanjakan kakiku dengan kehalusannya.
Di
sampingku, aku mendengarr Ghifari menghembuskan nafasnya dalam-dalam lalu
berteriak ‘wohhooo’ aku hanya tertawa melihatnya. Dengan tingkah seperti
anak kecil ia berlari menuju ombak yang datang. Kedatangannya disambut dengan
deburan ombak halus. Ghifari melambaikan tangannya padaku, mengisyaraktan
padaku untuk segera mengikutinya bermain bersama buih dan ombak. Namun aku
tolak, aku masih ingin melihat keadaan pantai yang asri ini.
Kuedarkan
pandanganku diseluruh penjuru pantai, cukup banyak wisatawan yang hadir hari
ini. Apalagi bule, mereka asyik menikmati keindahan alam Indonesia ini dan
mengabadikannya dalam sebuah benda yang bisa menghasilkan gambar dirinya dan
pemandangan.
“ hey! Can I sit down in here? ”
Suara itu mengejutkanku.
“ Yeah of course, you can sit beside
me “
“ you’re lonely in here? “ Tanya si bule berambut pirang itu
padaku, wajahnya masih terlihat muda, sepertinya dia seumuran denganku.
“ no, I come here with my husband.
There he is “
Aku menunjuk Ghifari yang kini sedang tertawa sendiri
terseret ombak, seperti anak kecil yang baru menemukan objek kesukaannya.
“ what? With your husband? You’re gay
couple? “
“ yes, why? “
“ nice to meet you, I come here with
my boyfriend too. Look over there, he’s the boy who sitting under the coconut
tree. “
Aku melayangkan pandanganku kearah seorang pria yang berada
tak jauh dari tempat aku duduk. Pria itu memakai celana pantai pendek
tanpa mengenakan baju. Rambutnya yang gondrong mirip dengan rambut Prince
Caspian dalam film Narnia. Mataku terbelalak ketika pria itu melihat
ke arahku. Wajah yang tak asing bagiku. Wajah yang dulu pernah mengisi hatiku,
Agam. Wajahnya pun terkejut melihatku.
“ Agam ,
come here! Join with us baby.. “
Si bule itu berlari mendekatinya,
menyeretnya untuk duduk bergabung denganku. Aku semakin kikuk melihatnya.
Wajahnya semakin dewasa dengan adanya brewok yang tipis.
“ Arno? “
Aku melihat ekspresi kebahagian
dalam wajah Agam.
“ Kak Agam..
apakabar? “
Aku berdiri lalu menjabat
tangannya.
“ wait, you guys know each other? “
Si bule melihatku dengan tatapan
penasarannya. Aku melihat Agam mengangguk lalu mengusap kepala kekasihnya yang
berambut pirang.
“ yeah i know
him. He’s my friend when I’m in collage. He’s name is Arno. Arno,
kenalin ini pacar gue Rick. Say hello to him baby”
Agam mengelus rambut kekasihnya
dengan penuh perasaan. Si bule hanya tertawa malu sambil menjulurkan tangannya
yang langsung kujabat dengan ramah.
“hello
Arno, nice to meet you”
“eehh..
yeah nice to meet you too”
Kemudian
aku mendengar kecipakan air yang di timbulkan oleh derap langkah kaki yang
besar. Ghifari mendekati kami bertiga dengan tatapan terkejutnya ketika melihat
Agam di hadapannya.
“what
the fuck! Kenapa lo ada disini Gam? “
Ia mengacak-acak rambutnya,
memicingkan keningnya dan kedua bola matanya kini melihat kearahku. Mencari
jawaban ‘mengapa Agam bisa berada disini?’. Kujawab hanya dengan
hembusan nafasku yang menandakan aku tak tau apa-apa.
“so this is your
husband? Oh god he look so handsome and sexy. But my boyfriend more than
handsome and sexy”
Si bule setengah memeluk Agam.
“ Apa? Gak
salah? Jadi gam si bule ini pacar lo? Bukannya lo udah kawin sama cewek lo “
Si bule menatap suamiku dengan
lekat lalu bertanya dengan polos pada kekasihnya.
“baby, what he’s
talking about? I don’t understand what do you say, can you speak english?”
Bule itu melepaskan pelukannya
dari Agam.
“ofcourse I can. My name is Ghifari nice
to meet you mr…”
“Rick”
Aku menambahkan.
“Yes, nice to meet
you Ghifari. So can you expline what you say before?”
Baru saja Ghifari hendak menjawabnya, Agam menyela sambil
merangkul Rick.
”baby.., I’m hungry. How if we eat
lunch in the restoran over there?”
“ yeah you are right honey. I’m hungry
too, let’s go. Emm.. Arno, Ghifari, want to join with us?”
Kami berdua saling berpandangn. Seolah-olah kami sedang
bicara dalam benak kami berdua.
“sure, I think my husband feel
hungry after he playing with the water. Let’s go”
Aku merangkul Ghifari dengan mesra. Mengikuti kedua pasangan
yang membuat kami tercengang.
*****
Setibanya
di restoran kami berempat duduk saling berhadapan satu sama lain. Aku masih
bingung kenapa Agam bisa menjalin hubungan dengan bule yang satu ini. Terakhir
aku bertemu dengannya ia sudah bertunangan dengan peremnpuan cantik bernama Sandra
dan akan melangsungkan pernikahan di Bandung.
Aku ingin mengetahui apa yang
terjadi ketika aku pergi ke Inggris dulu.
“ I wanna eat
something special in here. Can you bring us favorite food in here? “ Pesan
Rick pada si pelayan.
Pelayan itu hanya mengangguk
sambil mengernyitkan dahinya.
“ dia bilang dia
mau makanan favorite disini. Kita semua pesen makanan-makanan spesial disini. “
“ oh iya mas,
minumnya? “
“ saya pesen es
kelapa muda. Honey you wanna taste coconut water? Or something else? “
” manggo juice
please. I hate coconut water honey “
“ ya udah saya
pesen es kelapa muda, mas ini pesen jus mangga dan mas yang ini pesen jus
alpukat “
Agam menunjukku, ia tepat sekali.
Aku suka jus alpukat.
“ Lo kok tau apa
yang mau Arno pesen? “
Agam tak menjawabnya.
“ya udah, saya
pesen jus alpukat juga ya. “
“ iya mas,
tolong tunggu sebentar “
Si pelayan meninggalkan kami
berempat, aku masih melihat antusiasme Rick dengan pemandangan pantai di sekitar.
Ini mungkin kunjungan pertamanya ke Indonesia. Beberapa menit kemudian Rick
pamnit dengan kami bertiga untuk pergi ke toilet.
Disinilah
kami sekarang, duduk satu meja bertiga dan saling menatap satu sama lain.
Mataku menatap ke arah dua pria yang dulu pernah memperebutkanku. Ghifari
memberikan tatapan mengancamnya pada Agam, sedangkan Agam hanya memandangnya
dengan santai dan selebinya ia memperhatikanku dari ujung rambut hingga ujung
kaki.
“ jadi kak, Arno
masih penasaran. Kaka kenapa bisa pacaran sama Rick? “
Agam menghembuskan nafasnya lalu
memutar-mutar nomor meja sambil berbicara.
“ ceritanya
panjang No, kak Agam batalkan pernikahan sama Sandra dan kak Agam ngaku ke
semua keluarga Sandra dan keluarga kak Agam kalau kak Agam gay. Kak Agam tau
itu perbuatan yang fatal tapi kak Agam lega. “
“ terus kenapa
kak Agam bisa ketemu Rick? “
“ setelah
kejadian itu Kak Agam di usir dari rumah. Terus kak Agam pergi ke Bali buat
cari pekerjaan. Kak Agam cukup lama tinggal di Bali sampe dikirim ke Kanada
untuk pindah kerja disana. Di Kanada kak Agam ketemu Rick. Rick itu atasannya
kak Agam, dia pemilik perusahaan tempat kak Agam kerja “
Aku mengangguk mengerti.
“ oh iya, kak
Agam mau ucapkan selamat sama kamu. Kamu udah meraih apa yang kamu inginkan.
Selamat juga atas pernikahan kalian. Jadi udah berapa lama kalian nikah? “
“ satu tahun “
“ lama juga ya,
do’akan juga ya semoga kak Agam bisa nyusul kamu no sama Rick “
“ gue doakan lo
supaya bisa nikah sama itu bule supaya lo gak bisa lagi ngelirik istri gue “
Ghifari mulai terlihat marah,
nada bicaranya sedikit menyentak.
Rick
telah kembali bersamaan dengan hidangan yang kami pesan. Sebelum memakan semua
hidangan aku melihat raut wajah Agam yang sedang menahan amarah terhadap
Ghifari. Kami berempat memakan hidangan tanpa berbicara apapun.
*****
Aku
dan Ghifari sudah kembali ke hotel. Angin malam ini berhembus kencang dan masuk
ke dalam kamar lewat jendela yang sengaja kami buka untuk melihat pemandangan
pantai di malam hari. Aku baru saja selesai mandi, kukenakan handuk piyamaku
dan keluar dari kamar mandi, aku melihat Ghifari yang sedang asyik menonton
acara kesukaannya di salah satu stasiun tv swasta. Setelah makan siang tadi
Ghifari tak berbicara padaku, aku tahu suamiku saat ini sedang marah padaku
karena cemburu. Aku duduk di sampingnya, Ghifari masih fokus dengan acaranya.
“ kamu marah ya?
“ tanyaku.
“ pake baju
sana, ini dingin. Atau kalau enggak tutup jendelanya “
Ia berbicara dengan nada yang
sedikit tinggi.
Aku melakukan apa yang dia
perintahkan, ku tutup jendela kamar hotel dan kembali duduk di sampingnya. Ikut
menonton acara tv yang sedang berlangsung. Aku duduk bersila dan menyandarkan
kepalaku di bahunya.
“ aku tau kamu
marah gara-gara tadi kan? Kamu cemburu ya sama Agam. Kenapa harus cemburu sih?
Aku kan udah milik kamu sekarang. Mana mungkin aku ngelirik orang lain selain
kamu “
Tak ada respon, ia terus menatap
layar kaca tv. Aku menghembuskan nafas dan berdiri untuk meninggalkannya
menonton tv. Namun dengan cepat ia memegang pergelangan tanganku dan menariknya
sehingga aku jatuh di pangkuannya. Dengan cepat Ghifari menyumpal bibirku yang
hendak berteriak memarahinya dengan bibir tipis kemerahannya.
Aku
mulai hanyut dalam permainan lidahnya. Aku mulai memberikan jalan masuk lidah
suamiku untuk menjelajahi mulutku. Aku bagaikan melambung di udara. Ragaku
seakan terombang-ambing dalam deburan ombak yang dahsyat. Ghifari mengangkat
tubuhku dengan kedua tangan besarnya. Ia menjatuhkan tubuhku di atas kasur.
“ Kamu harus
tanggung jawab dan harus menerima hukuman dariku. Aku datang istriku.. “
Ghifari menyeringai ke arahku,
dia mulai melepaskan semua pakaiannya dan hanya meninggalkan celana dalam
berwarna hitam yang menutupi selangkangannya. Aku tertawa kecil dan mencoba
untuk berlari, namun tangannya terlalu kuat saat menarik pinggangku hingga aku
jatuh kembali ke pangkuannya.
Ia kembali menciumiku, menjilat
leherku dan membisikan kata-kata romantis di telingaku. Saat ia menindihku, aku
melihat wajahnya yang sedikit berpeluh. Bibirnya kembali menampakkan seringaian
jahil. Aku menyentil hidungnya dan dia kembali mencium bibirku.
Sebelum
melakukan hal yang lebih seru, Ghifari menyalakan lagu romantis dalam
ponselnya. Irama romantis itu merasuki raga kami berdua. Kami melakukan hal
yang mengasyikan dengan ritme yang sesuai dengan lagu yang di putar.
Saat di tengah-tengah permainan,
ia kembali mengucapkan kembali kata-kata di telingaku sambil mengatur nafasnya.
“ Kamu tahu No?
Kamu udah bikin kaka jadi laki-laki yang paling bahagia di dunia. Thanks for
averything honey “
Komentar
Posting Komentar