SEPENGGAL KISAH SI PENYANYI OPERA (ONE SHOOT)
Kisah ini akan menceritakan
tentang sepasang kekasih yang harus dipisahkan oleh maut. Kisah yang akan
kupersembahkan kepada kalian akan menyadarkan kalian bahwa kematian bisa datang
kapan saja dan dimana saja. Kisah ini mungkin juga akan mengajarkan kita agar
tidak menyia-nyiakan waktu yang kita miliki untuk bercengkrama bersama orang
yang kita cintai. Tak usah anggap cerita ini kisah hidup asliku dan kubagikan
pada kalian. Cerita ini tercipta ketika aku termenung diberanda rumah dengan
alunan musik yang tak kumengerti artinya namun memperdengarkan alunan musik
yang menyedihkan.
Cerita ini juga
menjadi permintaan maafku kepada kalian karena sudah menghilang dengan jangka
waktu yang lama. Maafkan aku..
Jangan kaget
dengan bahasa yang kusampaikan kali ini begitu formal. Ini tahap awal
pembelajaranku menjadi penulis yang baik.
Selamat datang
dalam kisah cinta seorang penyanyi opera yang harus kehilangan kekasihnya
ketika ia sedang merasa bahagia.
*****
Tirai merah itu baru saja
menutup dengan perlahan, menandakan akhir dari pertunjukan tarian balet yang
indah dari seorang gadis belia yang cantik jelita. Tepuk tangan penonton
menggema di boks balkon nomor empat yang kini menjadi sentral perhatian seluruh
warga kota yang ingin melihat pertunjukkan bakat-bakat anak muda yang
membanggakan.
Tepuk tangan yang
riuh itu membuat dada seorang penyanyi yang duduk di belakang panggung menjadi
semakin berdebar. Untuk yang terakhir kalinya ia kembali memandang dirinya
sendiri dalam bayangan cermin. Tampan dan sangat mempesona. Rambutnya yang
tertata rapi dengan balutan baju karya perancang busana terkenal di kota membuat penampilannya sangat spesial
malam ini.
“ Krisstof, ini giliranmu. Bersiap-siaplah. Semua telah menunggumu, lakukan
yang terbaik malam ini. “
Ia kembali menghembuskan
nafasnya untuk melepas rasa tegang. Ia mulai berjalan menuju balik tirai yang
masih tertutup rapat. Ketika berdiri di tengah panggung yang masih tertutup
tirai ia memejamkan mata untuk menenangkan hatinya.
“ Tirai akan dibuka dalam hitungan tigaa.. dua.. satu.. “
Tirai merah itu sedikit demi
sedikit terbuka. Silau cahaya lampu panggung menyoroti dirinya. Ia sedikit
menyipitkan mata lalu mencoba menyesuaikan pandangannya. Berpuluh-puluh orang
duduk dihadapannya dengan matanya yang berbinar. Memancarkan kekaguman saat
memandang sosok Krisstof yang kini berdiri tepat di hapadan mereka. Siap
melantunkan suara indahnya sebagai persembahan spesial malam ini.
Alunan musik
klasik mulai menggema di boks balkon nomor empat, alunan musik itu terdengar
menyayat hati. Krisstof menampilkan ekspresi yang begitu sedih demi menarik
perhatian para penonton. Musik itu terdengar semakin pilu tatkala ia mulai
mengumandangkan suara halusnya. Menyatu bersama alunan musik seolah
menyampaikan rasa pilu yang teramat dalam kepada seluruh penonton.
Seorang pria dengan ketampanan
luar biasa duduk di bangku VIP memperhatikan dengan seksama. Setitik air mata
terjatuh di sudut matanya, ia menyunggingkan senyumnya sambil mengusap setitik
air mata itu dengan tangan halusnya.
“ kau telah menitikkan air mataku Krisstof “
Seorang pria tua
yang ternyata adalah ayah si pria tampan itu memegang pundak anaknya dengan
lembut.
“ Kekasihmu sungguh luar biasa Roul “
Roul tersenyum
kepada ayahnya dan kembali memandangi Krisstof sang kekasih.
Roul La Rue, seorang pria tampan
kaya raya yang terkenal di kota. Ia adalah pewaris tunggal dari seorang
Direktur utama gedung opera yang terkenal. Kini di usianya yang cukup terbilang
masih muda, ia harus mengemban tugas yang berat sebagai direktur utama gedung
opera yang terkenal ini. Ayahnya Christian Hans La Rue kini telah berusia
sangat tua hingga ia menyerahkan pekerjaannya kepada sang buah hati. Malam ini
adalah acara penganugrahan bagi para pemuda dan pemudi di kota yang memiliki
bakat luar biasa. Salah satunya adalah Krisstof, krisstof adalah tempan kecil
Roul. Mereka tumbuh dewasa bersama hingga akhirnya benih-benih cinta tumbuh
diantara mereka berdua tanpa disadari.
Krisstof adalah
orang yang sebatang kara. Keluarganya terbunuh dalam sebuah kasus pemberontakan
yang dulu pernah buming dan sempat melumpuhkan kota beberapa waktu yang lama.
Kini Krisstof tinggal dalam sebuah apartemen yang disewa khusus untuknya oleh
Roul.
Hubungan mereka telah diketahui
oleh keluarga Roul, dan mereka semua menyetujui dengan hubungan ini. Bahkan ibu
Roul, Madamme Chatrine selalu meminta mereka berdua untuk meneruskan hubungan
ini hingga ke jenjang pernikahan. Namun Roul dan Krisstof selalu menolak halus
permintaan itu dengan alasan mereka terlalu muda dan masih ingin menjalin
hubungan sebagai sepasang kekasih.
Seluruh penonton
semakin berdecak kagum ketika Krisstof telah melewati nada-nada tinggi yang
sulit dicapai bagi orang-orang yang tak memiliki keahlian dalam bernyanyi. Isak
tangis para penonton yang begitu menghayati lagu inipun tak kalah menggemanya
di ruangan ini. Riuh tepuk tangan yang sangat keras menandakan akhirnya
pertunjukkan dari Krisstof. Ia membungkukkan kepalanya lalu tirai merah mulai
menutup kembali.
.
.
.
Ucapan selamat yang didapatkan
Krisstof kini telah menggunung di ruangannya. Ia menatap kembali dirinya dalam
cermin dengan tatapan bahagianya. Setumpuk bunga berwarna-warni tersimpan rapi
di meja riasnya. Tumpukkan kartu ucapan selamat dan pujian dari penggemarnya
atas penampilan memukaunya tak kalah tinggi dengan rangkaian bunga.
Ia sedang
menghapus kotoran di wajahnya dengan tisu basah. Kini ia kembali berpakaian
seperti layaknya pria biasa. Kemeja putih dengan tangan yang menggelembung dan
celana pendek hitam terkesan sangat sederhana baginya. Sepatu lusuh yang sangat
ia sukai ia pakai dengan nyaman.
Suara ketukan
pintu ruangannya terdengar nyaring, membuat dirinya sedikit terperanjat sambil
membalikkan tubuh.
“ masuklah, aku tak mengunci pintunya “
Kepala dengan tatanan rambut
yang rapi menyembul dibalik pintu. Roul tersenyum padanya. Krisstof bangun dari
duduknya dan mempersilahkan masuk sang kekasih.
“ waw! Lihat ini, penyanyi terkenal kota mendapatkan banyak pujian dan
hadiah dari penggemarnya. “
Roul mengambil
sepaket bunga mawar dengan surat yang menggantung di bagian bawahnya.
“ penampilanmu malam ini sungguh memukau pria manis. Bolehkah aku
mengenalmu lebih jauh? Tertanda Julius. Uhhh... sepertinya kekasihku ini telah
memikat lelaki lain. Apakah aku akan ditinggalkan olehmu karena pria ini
Krisstof? “
Krisstof
membalikkan tubuhnya lalu mengambil mantel yang tergantung di balik pintu.
“ hish kau ini. Tentu saja tidak Roul, aku tak sejahat yang kau bayangkan.
Ngomong-ngomong kau tidak akan memberikan hadiah sebagai ucapan selamat bagiku?
“
Roul memutarkan
matanya, menyimpan lengannya di dagu seolah-olah sedang berusaha berfikir
keras.
“ bagaimana yaa? “
Lalu Roul menatap
Krisstof dengan hangat.
“ kemarilah, aku akan memberikan sesuatu padamu “
Krisstof mendekat,
lalu dengan cepat Roul melumat bibir merah milik krisstof. Krisstof yang kaget
memukul lembut dada Roul. Namun beberapa menit kemudian ia menikmatinya.
“ itu hadiah untukmu kekasihku. Sudah, tak ada waktu untuk menghilangkan
rona merah dipipimu. Cepatlah keluar. Ayah sudah menunggu di dalam mobil, malam
ini ibu menyiapkan makan malam besar untuk kita “
*****
Suasana rumah keluar La Rue malam ini bertambah seru dengan kehadiran
Krisstof ditengah-tengah mereka. Adik kecil Roul, Erika terlihat sangat bahagia
ketika melihat Krsstof makan malam di rumahnya. Sepanjang makan malam ia terus
berceloteh tentang kelas musiknya di
sekolah.
Erika bilang, ia ingin
menjadi penyanyi hebat seperti Krisstof. Maka dari itu ia memilih kelas
bermusik di sekolahnya. Dalam beberapa minggu ini Erika telah mempelajari
not-not baru dalam bermain piano. Krsstof yang mendengar hal itu mendukung si
kecil Erika untuk terus mempelajari seni musik agar apa yang diinginkannya
tercapai kelak.
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Perbincangan mereka telah
berpindah ke ruang keluarga. Erika sudah tertidur beberapa menit lalu kini
hanya tinggal mereka berempat.
“ Krisstof, apa kamu tak ingin
melanjutkan pendidikan bermusikmu? Menurut ibu, sebaiknya kau melanjutkannya.
Potensimu sangat besar dalam bidang musik. Kau bisa menjadi penyanyi terkenal
di seluruh negeri “
“ entah lah bu, sebenarnya aku ingin. Tapi aku belum siap untuk belajar
kembali. Aku masih menikmati untuk menjalankan karir baruku ini. “
Roul merangkul
tubuh kekasihnya. Ia mengusap kepala kekasih manisnya dengan lembut.
“ sudah lah bu jangan memaksanya. Lagipula jika ia meneruskan pendidikan
bermusiknya. Ia pasti akan meninggalkanku untuk pergi ke negeri lain. Ibu mau
memisahkanku dengan kekasihku yang manis ini eum? “
Krisstof memukul
pundak kekasihnya lalu ia tertawa. Sebuah cubitan mendarat di pipi Roul hingga
ia sedikit memekik kesakitan.
“ haah.. kau ini Roul. Kau bisa saja merayu kekasihmu. Lihatlah wajah
Krisstof menjadi merah “
Kini mereka semua
tertawa, menertawakan wajah manis Krisstof yang kini memerah seperti delima.
“ Tak terasa waktu sudah selarut ini. Sepertinya aku harus kembali ke
apartemenku, Besok malam ada pertunjukan terakhirku di gedung opera. Aku harus
cukup istirahat. “
“ ya, aku akan mengantarkanmu sampai rumah. Eh ayah ibu, bolehkah aku
menginap di apartemen Krisstof malam ini? aku ingin menemaninya malam ini “
“ pergilah dan ingat, jangan membuat wajah kekasihmu semakin memerah “ ujar
sang ibu yang memicu tawa semuanya.
.
.
.
Jalanan cukup lenggang
malam ini. Toko-toko masih terbuka meskipun tak banyak yang berkunjung.
Beberapa toko ada juga yang sudah ditutup oleh sang pemilik seperti toko
kacamata yang baru saja Roul dan Krisstof lewati. Keadaan kota yang sepi ini membuat perjalanan mereka cukup
romantis. Angin malam yang berhembus membuat Krisstof semakin merapatkan
tubuhnya dengan tubuh Roul yang sedikit lebih tinggi. Mantel yang ia gunakan tak
cukup untuk mengahangatkan badannya. Roul yang mengetahui itu segera merangkul
erat tubuh Krisstof. Ia memegang telapak tangan sang kekasih lalu menggosoknya.
Ia hembuskan nafas hangatnya ke arah tangan-tangan mulus yang dimiliki
Krisstof.
Mereka tiba di
sebuah apartemen mewah yang salah satu kamarnya ditinggali oleh Krisstof. Sang
pelayan membungkuk dan memberikan kunci pintu kamar yang langsung diterima oleh
Roul sambil mengucapkan terimakasih.
Lift malam itu
bergerak begitu lambat. Kini Krisstof menanggalkan mantelnya karena penghangat
ruangan cukup membuat tubuhnya nyaman. Dentingan suara lift menandakan bahwa
mereka sudah tiba di lantai yang dituju.
Sepasang kekasih itu keluar dari
lift dan segera masuk ke sebuah pintu bertuliskan nama Krisstof. Setelah
mengunci pintu, Krisstof menyalakan penghangat ruangan untuk menghangatkan
ruangan. Roul menanggalkan mantel dan sarung tangannya lalu merebahkan tubuh di
sofa. Ia menatap seluruh ruangan, nyaman, hangat, tertata dengan rapi, seperti
ada sentuhan seorang wanita. Padahal yang tinggal disini hanyalah Krisstof
seorang. Pandangannya terpaku ketika Krsstof mulai membuak lemarinya. Ia
mengambil satu setel pakaian piyama berwarna biru langit.
Lalu satu persatu
ia menanggalkan bajunya. Mula-mula ia menanggalkan kemeja putihnya, tubuhnya
yang putih mulus terlihat sangat kontras. Setelah itu ia memerosotkan celananya
dan memampangkan celana dalamnya yang berwarna hitam. Membuat kulitnya semakin
terlihat kontras.
Roul meneguk air liurnya. Ia
masih menatap kekasihnya yang saat ini sedang memasangkan celana piyamanya.
Tanpa ia sadari, kakinya kini melangkah mendekati Krisstof. Sebuah kecupan
hangat ia berikan di punggung mulus Krisstof.
“ eeuunngghhh.. Kau ini. Kau mengagetkanku
saja. Dasar vampir “
Krisstof
membalikan tubuhnya. Lalu tertawa manis.
Niple nya yang semerah buah apel
membuat tenggorokan Roul tercekat. Lagi-lagi tanpa ia sadari tangannya telah
memilin-milin kepala niple milik Krisstof. Ia melengguh sambil memejamkan
matanya.
“ aakkhh.. Roul, jangan menggodaku. “
“ salahkan dirimu yang mengganti baju dihadapanku. Kau harus menanggung
akibatnya. Saatnya si vampir meminum darah “
Roul menggendong
tubuh Krisstof yang ramping dan merebahkannya di atas ranjang. Ia mulai menyerbu tubuh kekasihnya yang jauh
lebih kecil darinya. Awalnya ia menggelitik tubuh Krisstof sampai-sampai
kekasihnya itu tertawa dan mengeluarkan air mata. Namun beberapa menit
kemudian, gelitikan itu menjadi kecupan-kecupan panas yang membuat tubuh mereka
bergetar.
“ Kau benar-benar telah membuat vampire ini haus darah. “
Malam yang dingin itu tiba-tiba
berubah menjadi malam yang hangat bagi mereka berdua. Malam itu Roul
mencurahkan seluruh kasih sayangnya dengan lembut kepada Krisstof. Hembusan
angin malam di luar menjadi alunan indah bagi mereka berdua. Biarkan rembulan
yang bersinar itu menjadi saksi bahwa mereka memang sepasang kekasih yang
saling mencintai
*****
Udara segar pagi ini membangunkan
Krisstof dari tidurnya. Ia meringis ketika tubuhnya hendak bangun. Sebercak
darah mengalir membasahi seprai putihnya. Semalam mereka telah melakukan hal
yang baru pertama kali mereka lakukan. Dengan tertatih-tatih ia mencoba bangun
dan mengambil handuk. Ia merasa tubuhnya harus disegarkan lebih dahulu. Dengan
langkah gontai ia memasuki kamar mandinya.
Rendaman air hangat itu membuat
badannya terasa rileks. Harum yang menyeruak dari lilin aromatheraphy
membuat saluran pernapasannya menjadi lancar seperti jalanan pagi hari. Darah
itu sudah berhenti mengalir dianusnya dan itu membuat Krisstof merasa lega.
Seusai
membersihkan seluruh tubuhnya ia lalu keluar dan melihat Roul masih terbaring
dengan nafas yang teratur di atas kasur. Wajahnya begitu damai dan bersinar
pagi ini. Tidak seperti biasanya, wajahnya terlihat lebih cerah.
Jam wekernya
berdering kecil, tanda waktu sarapan. Dengan segera ia mematikan alarm agar tak
mengusik ketenangan tidur kekasihnya dan pergi ke dapur untuk menyiapkan
sarapannya saat ini.
Dua butir telur dengan kentang tumbuk
sisa semalam ia masak kembali agar tersaji dengan hangat. Harum masakan buatan
Krisstof menfudara di dapur dan membuat indra penciuman Roul menjadi sensitif.
Ia membuka matanya dan meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku. Ia tak
menemukan soaok kekasih hatinua berbaring di atas kasur. Namun samar-samar ia
mendengar suara berdesis dari arah luar.
Ia kenakan kembali
celana pendeknya dan membiarkan tubuh bagian atasnya telanjang. Dengan langkah
gontai ia keluar dan mendapati kekasihnya tengah membalikan telur kocok di atas
wajan. Roul tersenyum ketika melihat Krisstof meringis saat potongan kecil
telur kocoknya mengenai kulit tangan.
" Butuh bantuan malaikat manisku? "
tanyanya sambil melangkah menghampiri Krisstof yang kini sedang tersenyum
manis.
"Tak usah. Kau duduk saja di meja makan.
Sebentar lagi aku akan selesai ketika kentabg tumbuk ini ku hangatkan. Si
vampir pasti sudah lapar. Maaf ya aku membuatmu menunggu lama, aku sedikit
telat tadi. "
Roul menghampiri
Krisstof lalu memeluk kekasihnya itu dari belakan. Mencium tengkuknya dengan
lembut.
" maafkan aku karena telah membuatmu
telat bangun "
Krisstof tertawa
dan membalikan tubuhnya. Lalu sebuah kecupan ia berikan pada sang kekasih.
" Tak apa, itu bukan salahmu.
Ngomong-ngomong apa kau masih merasa kelelahan? "
" hahaha.. tentu saja tidak. Aku kan
vampire yang kuat. Lihatlah ototku sudah sebesar melon kan? "
Ia memperlihatkan
otot lengannya yang besar. Mereka tertawa bersama.
" oh tidak! Telurnyaa.. "
Krisstof
membalikkan tubuhnya dan mengangkat telur kocoknya tadi yang sedikit
kegosongan.
" hish! Bagaimana ini? Itu telur
terakhir yang kumiliki di lemari es ku "
" Sudahlah, biar ku pesan sarapan untuk
kita berdua. Kau mau spagheti? "
" ya sudahlah. Maaf tak bisa memasakkan
sarapanmu pagi ini "
Roul mencium
puncak kepala Krisstof lalu mengambil ponsel dan memesan makanan delivery untuk sarapan mereka berdua.
*****
Makanan yang mereka pesan habis dalam
jangka waktu yang sangat singkat. Pagi ini Roul terlihat sangat bernapsu sekali
makan. Bahkan ia menghabiskan sebagian makanan milik Krisstof. Saat ini mereka
tengah bersiap-siap untuk pergi keluar. Krisstof baru saja selesai mengenakan
pakaiannya dan menunggu Roul yang masih berada di dalam kamar mandi. Rencananya
hari ini Roul akan mengajak Krisstof mengelilingi kota. Hanya mereka berdua,
tak ada orang lain. Gagasan ini terpikirkan ketika mereka selesai makan. Entah
kenapa Roul merasa sangat ingin sekali berjalan-jalan bersama kekasih manisnya
ini.
" Roul? Cepatlah... hari sudah mulai
siang. Matahari sudah mulai menyengat diluar. Kau mau membuat kulit malaikat
manismu ini menjadi hitam legam nanti? "
" tenang saja, aku akan memelukmu
sepanjang jalan agar kau tak terkena sinar matahari. Aku akan menjagamu
malaikat manis "
Roul berteriak
dari dalam kamar mandi.
" dasar vampjr penggoda "
Ia merapikan
kembali bajunya di depan cermin dengan wajah yang masih memerah karena rasa
malu. Selang beberapa menit Roul keluar dengan hanya mengenakan handuk putih
yang membelit bagian bawahnya.
" maukah kau memilihkan baju yang pas
untukku? Aku ingin tampil sesuai dengan kemauanmu hari ini "
Selanjutnya
Krisstof memilihkan baju yang tersedia di lemarinya. Sebuah kemeja lengan
pendek berwarna hitam dan celana pendek bernuansa biru ia pilih. Lakaian itu
cocok dikenakan oleh Roul. Ia terlihat tampan dan mempesona dengan balutan
busana pilihan Krisstof.
Roul
merenggenagkan lengannya. Ia membawa tanga Krisstof dan digandengkannya ke
sela-sela tangannya.
Sebuah kereta kuda
tanpa atap sudah berada di depan apartemen milik Krisstof.
" jangan kaget. Aku yang memesan ini
untuk kita. Aku ingin menikmati indahnya kota ini naik kereta kuda bersamamu.
Aku ingin hari ini kita terlihat seperti seorang bangsawan "
Krisstof tertawa
malu.
" kau ini bisa saja membuat wajahku
memerah "
satu persatu
mereka menaiki kereta kuda itu. Sang kusir melajukan kereta kudanya menuju arah
utara.
Sepanjang perjalanan, mereka berbicara mengenai hubungan mereka.
Bahkan mereka juga menyisipkan renana menikah pada percakapan mereka. Krisstof
bilang ia kini telah siap untuk menjalin kisah cintanya dengan Roul menuju
pelaminan. Ia ingin hidup bahagia bersama Roul. Angin yang berhembus menjadi
pendengar akan kebahagiaan mereka hari ini.
Kereta yang mereka
tumpangi berhenti di sebuah jembatan dengan sungai yang besar. Di pinggiran
sungai itu banyak sekali pengunjung yang sedang memanjakan diri merwka
masing-masing. Bahkan terlihat segelintir anak-anak sedang bermain air di
pinggiran sungai dengan riang.
" terimakasih sir atas tumpangannya. Kami sangat menikmati
perjalanannya benarkan sayang? "
" ya sir, kami menikmati.
Terimakasih atas tumpangannya. Semoga harimu menyenangkan sir dan semoga banyak penumpang yang meminta jasa
keretamu ini "
Krisstof dan Roul
turun dari kereta kuda itu. Roul memberikan beberapa uang untuk sang kusir.
" ambilah kembaliannya "
" terimakasih banyak tuan. Semoga hari
ini menyenangkan bagi kalian "
Kusir itu memutar
balikkan keretanya lalu pergi menjauh.
Roul berjalan menghampiri kerumunan
banyak orang. Ia melenggang tanpa memperhatikan Krisstof yang berdiri terpaku.
Baru setelah sekitar sepuluh langkah ia menyadari bahwa Krisstof tidak
mengikutinya di belakang.
" kenapa kau masih disana? Cepatlah ikut
bersamaku "
" tapi kita akan pergi kemana? "
Roul kembali
berjalan mendekati Krisstof.
" nanti kau akan tahu "
.
.
Mereka kini sedang duduk berdua dibawah rindangnya
pohon apel. Menatap lurus kedepan. Melihat kapal-kapal kecil yang kini tengah
mengarungi air sungai dengan riak air yang tenang. Tak nampak banyak orang di
lokasi yang kini sedang mereka tempati.
Sedari tadi Krisstof berceloteh menanyak mengapa
ia dibawa ketempat ini. Roul hanya menggelengkan kepala lalu menjelaskan
semuanya.
Pohon apel ini
adalah tempat pertama kali mereka bertemu. Pada saat itu usia mereka masih 5
tahun. Otulah kali pertama Roul melihat wajah Krisstof yang manis.
Mereka tengah berpiknik bersama keluarga
masing-masing. Roul melihat Krisstof yang sedang menangis menunjuk bola karetnya
yang kini tengah mengapung diatas air sungai. Ia menangis hingga tersedu-sedu.
Namun dengan beraninya Roul mengambil bola itu. Iya rela berbasah-basahan untuk
mengambilnya. Setelah bola itu ia dapatkan ia memberikannya kepada Krisstof
yang masih menangis.
" jangan menangis, bolamu sudah
kuambilkan "
" terimakasih, tapi bajumu basah "
" aku membawa baju ganti. Tenamg saja,
maukah kau memainkan bolamu ini bersamaku? "
" tentu saja. Aku mau bermain bersamamu.
"
" baiklah tunggu aku disini. Aku akan
kembali setelah berganti pakaian "
Mulai saat itu
mereka saling mengenal hingga saat ini.
Krisstof seketika tertawa ketika mengingat
lagi masa lalunya. Ia menertawakan oenampilan Roul semasa ia kecil. Menurutnya
Roul begitu culun dengan poni belah duanya. Roul hanya bisa mendelik dan
mengacak-acak rambut kekasihnya itu.
" aku beruntung bisa mengenalmu
kekasihku. Kuharap tuhan memberikanku waktu yang lebih lama lagi untuk
bersamamu. Aku sangat mencintaimu Krisstof, jika suatu saat nanti aku lebih
dulu meninggalkanmu kumohon jangan menangis. "
" kenapa kau berbicara seperti itu Roul?
Tentu saja kau masih bisa terus bersamaku. Apa kau lupa? Kau sudah berjanji
untuk menikahiku. Aku menyayangimu Roul "
Krisstof menyandarkan
kepalanya ke tubuh Roul, dengan senang hati Roul mendekapnya. Entah kenapa hari
ini Roul merasa sangat rindu pada Krisstof. Seolah-olah ia akan pergi dan tak
akan pernah bertemu lagi dengannya.
*****
Hari itu menjadi hari yang
bahagia bagi mereka berdua. Mereka mengelilingi kota dengan berjalan kaki.
Mengunjungi tempat-tempat yang pernah mereka datangi sebelumnya. Mengenang masa
lalu mereka ketika mereka masih polos dan belum mengenal cinta. Hari ini rona
bahagia begitu terpancar di Wajah Krisstof. Ia tak henti-hentinya
memperlihatkan senyum pada Roul. Roul senang akan hal itu, ketika Krisstof
sedang tersenyum manis ia tak mau
melepaskan pandangan wajahnya.
Hingga tak terasa
waktu yang mereka lalui kini telah memakan waktu tujuh jam. Keadaan kota sudah
mulai ramai. Matahari yang sedari tadi memancarkan teriknya yang panas kini
terlihat damai dalam balutan warna jingga. Cahaya seakan-akan melemah seiring
berjalannya waktu.
Krisstof telah kembali ke
apartemennya, bersiap-siap untuk penampilan terakhirnya musim ini. Malam ini ia
akan menyanyikan sebuah lagu yang pernah dibawakan oleh Andrea Bocelli, Sarah
Brightman, dan Josh Groban dengan judul ‘Time to Say Goodbye’.
Entah kenapa
sebelum berangkat ke gedung opera hatinya sangat gundah. Semenjak berpisah
dengan Roul beberapa jam yang lalu rasa takut tiba-tiba merasuki hatinya.
Setibanya di lokasi ia segera
menuju ke ruangannya dibelakang panggung. Disana sudah disediakan sebuah baju
indah berwarna biru dan sedikit aksen merah muda. Miss Katarina sudah
menunggunya disana untuk memoles wajahnya agar terlihat semakin tampan di atas
panggung.
“ ada apa denganmu nak? Sepertinya kau kelihatan sangat cemas sekali? “
“ entahlah nyonya Katarina, aku merasakan hal yang tidak enak malam ini.
Tiba-tiba saja aku membayangkan hal buruk akan terjadi malam ini. “
Miss Katarina
dengan lembut mengusap bahu Krisstof yang sudah ia anggap sebagai anaknya
sendiri.
“ tenanglah nak, malam ini adalah malam yang spesial untukmu. Hilangkan
rasa gundahmu itu. Ingat, kau akan mempersembahkan suara emasmu untuk yang
terakhir kalinya di acara ini. Penampilanmu harus bagus Krisstof. Apa kau mau
ku ambilkan segelas air putih? “
“ Emmm baiklah, mungkin dengan
segelas air putih hatiku akan merasa tenang “
Miss katarina
meninggalkannya seorang diri.
Krisstof memandang wajahnya
didalam cermin. Raut kecemasan di wajahnya tak memudar sama sekali. Semakin
waktu bergerak cepat hatinya semakin berdebar. Ia merasakan dengan kuat suatu
hal akan terjadi malam ini menimpanya.
Miss Katarina
kembali lagi dengan segelas air putih dan buah anggur. Krisstof berterimakasih kepadanya
sambil tersenyum kecut.
Disisi lain, Roul kini sedang
merapikan tuxedo hitamnya di ruang ganti miliknya. Penonton pertunjukkan yang
datang dari berbagai tempat sudah mulai berdatangan hingga membuat Boks balkon
nomor empat menjadi sesak. Ini adalah pertunjukan seni terakhir di musim ini.
Maka dari itu banyak sekali penonton yang hadir untuk menyaksikan bakat-bakat
dari seniman kota.
Selesai merapikan
dasinya Roulk tersenyum sambil memandang bayangannya di depan cermnin. Ia
segera bergegas di luar untuk segera menuju boks balkon nomor empat.
Menyaksikan kekasihnya yang akan tampil sebagai pembuka acara malam ini.
Krisstof sudah selesai dengan
semuanya. Untuk yang terakhir kalinya ia kembali menatap dirinya di hadapan
cermin. Wajahnya yang manis kini semakin manis dengan polesan sedikit bedak.
Bibirnya yang tipis terlihat segar. Bulu matanya yang lentik semakin
memperindah parasnya malam ini.
“ apa kau sudah siap Krisstof? Acara akan dimulai sebentar lagi. Sebaiknya
kau segera berdiri dibalik tirai “
“ ya aku sudah selesai, aku siap “
Kembali ia
hembuskan nafasnya yang berat dan dadanya semakin bergemuruh.
Setiap langkah kakinya menuju
belakang tirai panggung menambah detak jantungnya semakin cepat. Ia belum
pernah merasakan hal yang seperti ini. Bahkan kakinya pun ikut bergetar ketika
ia sudah berdiri dibalik panggung. Dalam hitungan mundur, tirai merah besar itu
terbuka. Lampu menyorotinya, Krisstof memicingkan matanya untuk menyesuaikan
matanya. Yang pertama kali ia lihat adalah kekasihnya Roul yang kini tengah
duduk di kursi jajaran paling depan. Tak biasanya ia duduk tepat di hadapan
Krisstof. Roul menyunggingkan senyumnya lalu melambaikan tangannya.
Dengan nada yang
lirih Roul berkata “ Menyanyilah dengan baik malam ini. Aku mencintaimu “
Krisstof tersenyum
lalu sedikit menganggukkan kepalanya dan musikpun mulai mengiringinya. Semua
mata menatap Krisstof dengan seksama. Bahkan beberapa wanita yang duduk di
jajaran belakang bergumam, membicarakan penampilan Krisstof yang sangat tampan
malam itu.
“ Andai saja ia menjadi suamiku, aku pasti akan setia padanya hingga akhir
hayatku “ ujar seorang wanita yang duduk tepat dibelakang Roul.
Roul tertawa kecil
sambil memandangi Krisstof yang mulai mengeluarkan suara emasnya.
Untuk beberapa saat pentasnya
diatas panggung berjalan dengan lancar. Tak ada sedikit kesalahan yang ia
perbuat. Namun ketika Krisstof akan menyanyikan reff nya yang kedua kali
seseorang berteriak dari barisan tempat duduk paling belakang. Seorang wanita
menjerit menyebutkan kata api. Tiba-tiba sebuah ledakan mengguncang boks balkon
nomor empat. Bahkan seisi Gedung opera ini bergetar.
Krisstof jatuh
terjengkang ketika ledakan yang kedua kali mengeluarkan suara yang keras.
Tubuhnya membentur lantai panggung dengan suara yang keras. Semua penonton yang
sedang berada di boks balkon nomor empat segera berhamburan. Saling mendorong
agar segera keluar dari ruangan. Api mulai menjalar dari pintu kiri. Semuanya
berteriak keras dan berusaha untuk keluar dari ruangan itu. Roul masih
kebingungan, tubuhnya terseret-seret. Terbawa arus manusia yang jumlahnya
ratusan jiwa. Sekilas matanya melihat Krisstof yang terbaring tak berdaya di
panggung.
“ Krisstof.. “
Teriaknya. Dengan
kuat ia mendorong orang-orang yang
menghalangi jalannya. Ia harus menyelamatkan kekasihnya yang kini masih
terbaring lemas.
“ Krisstof! Bangun.. kita harus pergi dari sini “
Api semakin berkonar,
bahkan kini kursi-kursi sudah mulai terbakar. Asap yang membumbung di udara
membuat sistem pernapasan Roul terganggu. Sambil terbatuk-batuk ia membopong
tubuh Krisstof dan segera mencari jalan keluar.
Ruangan di
belakang panggung terlihat sangat kacau.
Para pemuda dan pemudi yang hendak tampil malam itu mulai berhamburan.
Meninggalkan ruangannya demi menyelamatkan diri. Sebagian ruangan di belakang
panggung juga sudah mulai dilahap oleh api.
Asap semakin
mengeepul dalam jumlah yang banyak. Debuman keras terdengar, ketika Roul
menoleh kebelakang kayu-kayu penyangga panggung kini sudah ambruk. Hawa panas
semakin menyeruak.
Sepi, tak ada yang tersisa. Kini
hanya tinggal mereka berdua yang masih terjebak di dalam gedung opera. Roul
sudah merasa tak kuat lagi. Banyak asap yang terhirup olehnya. Dengan lemas ia
mendudukan Krisstof di meja rias. Roul merobekkan potongan kain di bajunya lalu
menutup hidung dan mullutnya. Ia tak mau menghirup asap lagi.
Krisstof terbangun
ketika Roul hendak menggendongnya.
Hal pertama yang Krisstof lihat adalah kobaran
api yang menyala di belakang tubuh kekasihnya.
“ Kau sudah sadar, cepat kita harus segera keluar dari sini “
Krisstof
mengangguk, Roul memegang erat tangan kekasihnya. Mereka berdua kembali mencari
jalan keluar. Setiap lorong yang mereka lewati sudah terlahap oleh si jago
merah. Beberapa kali Krisstof meneriakkan kata tolong namun tak ada seorangpun
yang mendengarnya.
Ketika mereka ambruk kelelahan,
seseorang datang. Dua orang pria dengan seragam pemadam kebakaran muncul.
Krisstof melihat secercah harapan.
“ Roul, bantuan sudah datang. Sebaiknya cepat kita keluar dari sini “
“ Kau saja duluan, aku lupa sesuatu. Aku akan membawanya dulu di ruanganku.
“
Krisstof menjerit
memanggil nama Roul ketika pujaan hatinya itu kembali berlari menerobos api
yang kini tengah menari. Pegawai pemadam kebakaran itu segera menyeret Krisstof
untuk keluar tanpa menggubris jeritan pilu Krisstof.
`Dengan susah payah Roul
akhirnya bisa kembali ke ruangannya. Ruangannya itu belum terjilat oleh api.
Namun keadaan lorong ruangannya sudah sedikit parah. Matanya langsung menemukan
kotak berbalut kain beludru berwarna biru. Isi di dalam kotak itu adalah
sepasang cincin yang rencananya akan ia berikan untuk Krisstof malam ini.
Setelah memasukkan
kotak kecil itu kedalam saku tuxedonya ia segera keluar. Api sudah makin membesar
di koridor yang ia lalui. Asap hitam yang membungbung terhirup olehnya dan
membuatnya kembali terbatuk-batuk. Dengan susah payah ia berlari untuk segera
keluar. Namun asap itu semakin banyak dan Roul tak bisa menahan nafasnya untuk
menghindari asap itu.
Rasanya nafasnya
semakin sesak. Matanya sudah mulai tak jernih untuk melihat. Akhirnya Roul
ambruk dan tergeletak di atas lantai dengan dikelilingi kobaran api yang besar.
.
.
.
Krisstof sudah berhasil keluar
dari gedung. Ia masih mengatur nafasnya namun air matanya tak mau berhenti. Ia
menangis mengingat kekasihnya masih berada didalam. Ia melihat dengan matanya
gedung opera itu kini sudah sepenuhnya terbakar oleh api. Dengan lemah ia
memohon kepada petugas pemadam kebakaran untuk menolong Roul yang masih
tertinggal di dalam.
“ sir, kumohon kepadamu selamatkan Roul. Ia masih berada didalam “
“ Maafkan kami, kami sudah tidak bisa masuk kedalam. Terlalu berbahaya. Api
sudah menyebar keseluruh penjuru gedung opera ini. Saat ini kami hanya bisa
memadamkan apinya dari luar. Sekarang berdoa saja semoga tuhan melindungi
kekasihmu. “
Krisstof kesal, ia
memberontak. Memukuli si pegawai pemadam kebakaran sambil memarahinya dengan
bentakan keras. Ia kembali menatap gedung opera itu lalu berlari mendekat.
Namun seseorang menahannya.
“ Jangan pergi Krisstof, kumohon tetaplah disini. Gedung itu sudah terbakar
seluruhnya oleh api “ Seorang pria yang ia kenal kini menahan lengannya.
Dimitri, teman
sepanggungnya itu segera mendekap Krisstof. Gedung opera itu kini sudah ambruk.
Tak ada harapan untuk menyelamatkan Roul dari kobaran api itu. Krisstof
menangis dalam dekapan Dimitri. Ia menjerit pilu sambil memanggil nama
kekasihnya.
Malam itu adalah
malam dimana Krisstof meliahat Roul untuk yang terakhir kalinya. Asap yang
melayang ke udara itu solah membawa pesan duka baginya bahwa ia harus terpisah
dari Roul kekasihnya. Langit hitam menggupal dan tiba-tiba menurunkan hujan.
Seolah-olah langit merasakan kesedihan Krisstof.
Kini si vampire telah pergi dari
kehidupan Krisstof. Tak akan ada lagi vampire yang menemanyina ketika malam.
Tak akan ada lagi kata-kata manis yang terlontar untuknya. Tak akan ada lagi
orang yang membelai dirinya dengan lembut.
Hujan lebat kini
telah membawa ruh Roul untuk pergi selama-lamanya...
*****
Mata yang sudah kehilangan
cahayanya itu menatap lurus kearah sungai. Suara tawa ceria anak-anak yang
terdengar tak mengusik lamunannya. Dalam bayangannya ia melihat dua orang anak
laki-laki yang sedang asyik bermain bola karet di pinggiran sungai. Bayangannya
bersama Roul ketika kecil. Matanya yang redup itu kembali mengeluarkan air
mata. Krisstof semakin erat memegang kotak kecil berbalutkan kain beludru yang
sedikit hangus.
Kebakaran yang
menghancurkan gedung opera lima tahun silam telah menorehkan kesakitan yang
mendalam bagi Krisstof. Kejadian itu telah memisahkan dirinya dengan orang yang
ia cintai. Sehari setelah kebakaran gedung opera itu mayat Roul ditemukan dalam
keadaan setengah terbakar. Jasad Roul ditemukan kira-kira dua meter dari pintu
keluar gedung opera. Jasadnya terbaring sambil memegang erat sebuah kotak kecil
berisikan cincin yang kini sudah berada di tangan Krisstof.
Tak ada yang tau apa penyebab
kebakaran itu. Namun polisi setempat menyatakan bahwa ada tangan-tangan jahil
yang sengaja membakar Gedung Opera itu. Kejadian itu memakan lima korban jiwa
yang salah satunya adalah Roul, direktur utama Gedung Opera itu .
Semenjak kepergian
Roul, Krisstof menjadi orang yang pendiam. Ia berhenti berkarir menjadi seorang
penyanyi. Kini ia tinggal bersma orang
yang selalu menemaninya ketika Roul tak ada. Dimitri, sahabat baiknya inilah
yang selalu menemani hari-hari Krisstof saat ini. Krisstof meninggalkan
apartemennya dan memilih tinggal bersama di rumah Dimitri. Ia meninggalkan
apartemennya dengan alasan tak mau larut dalam kesedihannya karena setiap ia
melihat sudut-sudut ruangan apartemennya ia selalu mengingat Roul.
“ Kau menangis lagi Kriss? “
Dengan cepat
Krisstof mengusap air matanya dan memasukkan kotak kecil berisikan cincin itu
kedalam sakunya.
“ Aahh.. aku hanya teringat masa laluku bersamaa Roul. Disinilah tempat
pertama kali kami bertemu “
Dimitri menghapus
air mata yang masih tertinggal di pipi Krisstof.
“ jangan menangis lagi. Aku tahu kau masih belum bisa merelakan
kepergiannya. Tapi kau harus melupakannya. Aku tak mau melihatmu menangis
seperti ini “
Sambil tersenyum
Krisstof menatap wajah Dimitri.
“ maafkan aku, baiklah aku tak akan lagi menangis di hadapanmu Dimitri “
“ itu baru namanya Krisstof si pria yang manis. Sudah, sebaiknya kita pergi
dari sini. Bagaimana kalau aku mentraktirmu ice cream hari ini? kau suka iace
cream kan? “
“ ya aku suka ice cream. “
“ baiklah aku akan mentraktirmu “
Krisstof dengan
cepat mengecup pipi Dimitri.
“ terimakasih dimitri “
Dimitri tersenyum
dan menggandengnya.
Tamat
Note : Maaf kalau banyak typo, waktu bikin ini buru-buru banget. Males ngedit pula. Maaf ceritanya picisan banget...
#mr.Jones
Komentar
Posting Komentar