PILU
PHP.
Pernah dengar tiga huruf konsonan yang memiliki arti dalam ini? Anak muda zaman sekarang memang
banyak menggunakan istilah singkatan tentang cinta. Selain PHP ada juga kata
galau. Kata ini booming bagi kalangan remaja. Galau adalah perasaan dimana
ketika hati kita sedang gundah atau lebih tepatnya ketika keadaan perasaan kita
tidak dalam kondisi yang baik.
Semua orang pasti sudah pernah merasakan bagaimana
rasanya mengalami PHP dan juga galau. Begitu juga dengan saya. Maaf jadi curhat
tapi ya memang seperti inilah keadaannya. Saat ini, ketika saya sedang menulis
kata-kata ini, pikiran saya melayang. Mencari-cari sosok seseorang yang
menghilang. Ketika hati ini sudah memutuskan untuk mencintai kembali dan
menemukan sosok orang yang tepat, tapi sayangnya orang itu hanya memberikan
janji palsu. Ia mengiming-imingkan kehidupan cinta yang bahagia namun pada
akhirnya itu semua menguap begitu saja ke udara. Miris bukan? Ya tapi inilah
yang terjadi pada saya. Semoga kalian semua yang saat ini sedang memandangi
layar kaca laptop ataupun handphone nya dan membaca tulisan ini tak merasakan
apa yang saya rasakan saat ini.
Untuk
orang yang telah pergi meninggalkan saya. Saya punya sebuah pesan untukmu. Baca
dan renungkan dengan baik.
“ Terimakasih sudah mengisi hati saya walaupun hanya sebentar. Terimakasih
sudah memberikan rasa cinta kepada saya meskipun hanya sebentar.Janji yang dulu
pernah kamu ucapkan kepada saya semoga bisa terlaksana kepada orang lain yang kamu cintai kelak.
Sakit rasanya hati ini, tapi saya mencoba untuk berlapang dada. Mengikhlaskan
kamu dengan keputusan yang sudah kamu ambil. Sekali lagi terimakasih banyak.
Saya akan merindukan kamu, si mata sipit yang memikat hati. “
Dan sekarang, saya persembahkan sebuah cerita untuk
kalian semua para pembaca setia blog saya. Jalan ceritanya terinspirasi dengan
apa yang baru saja terjadi dalam hidup saya. Namun saya reka menjadi sebuah
cerita fiksi. Semoga kalian menikmatinya. Happy reading guys..
*****
Memandang langit malam yang bersih
adalah hal yang paling aku sukai selepas maghrib. Hanya ada satu bintang di
langit yang bisa kutangkap dengan ekor mataku. Bintang itu kecil, sinarnyapun
sangat lemah. Ia sendirian, di langit yang begitu luas. Kasihan ya, sendirian
di tempat yang luas. Andai aku jadi bintang, aku pasti akan menemaninya di
sana. Di atas langit yang luas.
Panggil
saja aku Reno, aku baru saja selesai menamatkan pelajaranku di SMA. Saat ini
aku sedang menunggu untuk masuk dunia pendidikan yang baru. Dunia para
mahasiswa, dunia dimana kita mulai beranjak menjadi sosok yang lebih dewasa.
“ No, ayo cepet masuk. Udah malem, gak baik diem di luar
gitu. Kaya yang gak punya rumah aja “
Aku
bangkit dan masuk ke dalam rumah. Rumahku adalah rumah yang sederhana. Hanya
ada dua kamar, ruang tamu, ruang keluarga, satu kamar mandi dan dapur yang
biasanya berantakan.
Meskipun sederhana, tapi menurutku ini
adalah tempat yang paling nyaman yang pernah aku temui. Tempat dimana aku
berlindung. Aku masuk lebih dalam lagi, kini aku duduk di kursi kayu yang
kokoh, kursi tempatku untuk berfikir. Merangkai ide-ide baru untuk tulisan-tulisanku.
Kamarku
yang kecil, ini jauh lebih nyaman dari tempat manapun. Disinilah tempat aku
menghabiskan waktuku. Disinilah tempatku mengekspresikan kebahagiaan dengan
cara bernyanyi sekeras-kerasnya tanpa menghiraukan omelan yang terucap dari mulut
ibu atau ayahku. Disini juga tempat aku mengekspresikan kesedihan yang mendera
jiwaku. Inilah tempat biasanya aku menangis. Ya, kamar ini sudah menjadi
sahabat untukku. Sahabat dimana aku sering berbagi perasaanku.
Handphone putih milikku tiba-tiba bergetar.
Sebuah pesan tertera disana. Pesan dari salah satu aplikasi sosial media yang
kumiliki. Ketika aku mengeceknya, aku melihat nama asing. Nama yang baru saja
aku tahu. Muhammad Ibnu Ardiansyah. Ia menyapaku dengan manis. Kubalas pesannya
dengan cara yang sopan. Tak lama ia memabalas lagi. Begitulah seterusnya hingga
malam semakin larut dan mataku akhirnya menyerah karena lelah.
******
Aroma rempah-rempah begitu mengudara.
Memasuki rongga hidungku, membuat perutku semakin keroncongan. Sudah lima menit
aku duduk sendiri di meja yang mungkin cukup untuk empat orang ini. Memesan
satu porsi soto betawi lengkap dengan sepiring nasi dan es jeruk. Tadi aku baru
saja menyelesaikan urusan kuliahku. Sedikit lelah, tapi ya harus bagaimana
lagi? Jika tidak kuurus bagaimana mau kuliah nanti hehehehe..
Pesananku
datang, beriringan dengan seseorang yang baru saja masuk ke rumah makan ini
sambil mengetik sesuatu di handphone nya. Orang itu tiba-tiba duduk di
sampingku.
“ numpang duduk disini ya mas, kursinya kosong kan “
Katanya
tanpa melirik ke arahku.
“ ya silah.. “
Aku
memandang wajah bagian samping kirinya. Aku mengenalnya. Mata sipit, bibir
tipis dengan potongan rambut pendek. Pria itu mengenakan baju kemeja pendek
berwarna abu-abu dengan dasi yang rapi.
“ kak Ardi? “
Utuk
beberapa saat ia terdiam, masih fokus dengan handphone nya. Setelah selesai
mengetik ia melirik ke arahku. Ia juga sama terkejutnya denganku.
“ kamu Reno? “
Aku
mengangguk. Ternyata benar, inilah orang yang semalam membuatku
tersenyum-senyum sendiri. Inilah dia Muhammad Ibnu Ardiansyah.
“ kok kita bisa ketemu disini ya? “
tanyaku
“ jodoh kali “
Celetuknya
sambil tersenyum, matanya hanya tinggal segaris ketika ia tersenyum.
“ Tunggu sebentar, kaka pesen makanan dulu.
Kaka boleh makan siang bareng kamu kan? “
Aku
mengangguk, terlalu bahagia untuk berkata apapun.
Siang itu kami makan bersama dan
mengobrol lagi lebih jauh. Usianya satu tahun lebih tua dariku. Ia seorang
mahasiswa sama sepertiku. Hanya saja kami berbeda universitas. Selama pembicaraan
kami berlangsung, ia banyak menggodaku. Aku juga banyak dibuatnya tersipu malu.
Pipiku hampir merah dibuatnya.
Selesai
makan siang, ia mengantarkanku pulang ke rumah. Malam nanti kami akan bertemu
kembali. Dia mengajakku untuk berjalan-jalan mengelilingi kota. Ini akan
menjadi malam yang panjang pikirku.
.
.
.
Setelah pertemuan pertama kami hari
itu, Aku dan Ardi semakin dekat. Ia membuatku nyaman, ia selalu berpikiran
positive terhadapku. Ia mengayomiku, ia memanjakanku, dan ia selalu saja
membuatku tersipu malu dengan rayuan gombalnya. Kami sering pergi bersama.
Menghabiskan banyak waktu bersama itu membuatku semakin jatuh cinta padanya.
Aku belum mengutarakannya tapi kami tahu satu sama lain.
Hingga akhirnya sesuatu terjadi. Malam
itu aku dan dia pergi kembali untuk makan malam di tempat pertama kami bertemu.
Sepanjang perjalanan di dalam mobil ia memegang tanganku. Menggenggamnya erat
dan mengelusnya sesekali dengan lembut. Ia bersikap manis padaku malam itu.
Kami
duduk di tempat yang sama pada saat pertama kali bertemu. Tempat
keberuntunganku.
Selama menunggu pesanan datang, ia
memandangiku dengan lekat. Tersenyum lalu kembali menggenggam tanganku erat.
“ kaka kenapa? “
“ Ada yang mau kaka omongin sama kamu “
“ apa? Ngomong aja “
Ia diam
sejenak. Memandangku lagi, dan itu membuatku khawatir.
“ kaka ada urusan kuliah yang mendadak. Bisa gak kalau
kita gak hubungan untuk beberapa minggu sayang? “
Sekarang
dirikulah yang membisu. Membayangkan ditinggalkan olehnya sepertinya rasa sepi
langsung menyeruak.
“ kamu kok diem, marah ya? “
“ enggak, aku udah bilang ribuan kali sama kaka. Aku tuh
gak bisa ngambek sama kaka. Ya udah kalau itu keputusan kaka. Gimana kalau kita
jadiin ini game? Siapa yang kangen lebih dulu dia yang kalah “
“ ok kalau gitu, tapi yakin kamu gak marah? “
“ ya aku gak marah, liat aja aku pasti menang “
“ kita liat aja nanti, kaka yang pasti menang lawan kamu
“
“ berarti ini malam terakhir kita ketemu? “
“ iya sayang, kita ketemu lagi nanti tanggal delapan
belas. Gimana? “
“ ok siapa takut. Aahh... pasti aku berat ngelakuinnya
kak “
“ jangan gitu, kamu jangan takut kaka tinggalin. Kaka
pasti setia kok sama kamu. Kaka sayang kamu Reno, baby nya kaka, uke nya kaka,
manisnya kaka “
Aku
kembali tersenyum.
“ jangan sedih ya sayang.. “
Ia
mengusap pipiku dengan lembut dan itu menjadi sentuhan terakhir yang ia berikan
untukku pada malam itu.
*****
Hari-hari
berikutnya menjadi hari yang begitu berat untukku. Bayangannya selalu
melayang-layang di pikiranku. Wajahnya dengan mata yang sipit dan bibir yang
tipis itu selalu tersenyum dan menari-nari dalam pikiranku.
Aku merasa seperti bintang yang tempo
hari kupandangi di langit malam yang luas. Berkelap-kelip sendiri tanpa ada
yang menemani. Mungkin inilah yang dirasakan bintang itu. Kalender kecil yang
kusimpan di atas meja kucoret seiring berjalannya waktu. Rasa rindu sudah mulai
menggerogoti jiwaku. Bayangan wajah Ardi semakin jelas rasanya.
Hingga
akhirnya, hari yang aku tunggu tiba. Hari ini tepat tanggal delapan belas. Aku
sudah tak sabar untuk kembali menyapanya. Kembali memanggilnya “ Tuan sipitku “
dan kembali mendengar rayuannya. Ku kirimkan sebuah pesan untuknya.
Tanggal delapan belas. Hei cepet kembali kak. Aku
kangen..
Sudah
lima menit, tapi tak ada balasan sama sekali.
Kembali
kukirimkan pesan untuknya.
Hei? Gak kangen sama aku eum? Aku kangen kaka
Namun
lagi-lagi tak ada balasan darinya.
Seharian
itu, hatiku risau. Berpuluh kali aku kirimkan pesan singkat padanya. Namun tak
ada balasan satupun. Hingga akhirnya aku menyerah. Aku tak tahu harus melakukan
hal apa lagi. Tapi aku tetap berfikir positive. Mungkin ia masih sibuk dengan
urusannya.
.
.
.
Hari sudah berlalu selama tiga hari.
Masih tetap tak ada kabar dari Ardi. Aku sudah mengirim puluhan pesan padanya
tapi masih saja sama. Tak ada balasan sama sekali. Pikiranku sudah melayang
kemana-mana. Aku mulai takut, aku takut ia meninggalkanku. Aku sudah terlanjur
mencintainya. Hatiku sudah terlanjur terikat dengannya, dan akan sulit untuk
melepaskan ikatan itu.
Tiba-tiba
handphoneku berdering. Sebuah pesan tertera di layar handphoneku.
Malem nanti kita ketemu di tempat biasa ya..
Betapa senangnya hatiku, akhirnya tuan
sipitku kembali. Akhirnya separuh jiwaku kini kembali. Akhirnya sang pembawa
kebahagiaan itu kembali datang untukku. Aku tak sabar untuk menunggunya nanti
malam. Ini akan menjadi malam bahagiaku kembali. Ardian, aku mencintaimu.
Malam datang, aku sudah rapi dengan
bajuku. Duduk sendiri di meja tempatku makan soto betawi. Lucu ya? Ketika orang
lain makan di restoran mahal untuk bertemu dengan orang yang dicintainya ini
malah di kedai kecil pinggir jalan. Tapi menurutku dimanapun tempatnya yang
penting aku duduk dan menyantap makanan bersama orang yang aku cintai.
Orang
yang kutunggu datang. Mengenakan celana jeans dan kaus polos berwarna hitam
dengan jaket kulit berwarna cokelat. Ia tersenyum. Mata sipitnya yang selalu
aku rindukan terlihat hanya tinggal segaris. Lucu sekali.
“ Udah lama nunggu ya no? “
“ enggak ko, apakabar? Aku kangen “
Aku
mencoba memeluknya tapi tiba-tiba ia menjauh. Ia duduk di hadapanku sambil
tersenyum lagi.
“ ko belum pesen makanannya? Kaka pesenin dulu ya “
Malam itu kami makanan tak seperti
biasanya. Kami makan dengan diam, tak ada yang mau memulai pembicaran. Sampai
setelah makanan habis aku mencoba membuka percakapan kembali dengannya.
“ kaka kemana aja? Tanggal delapan belas udah lewat lama.
Aku hubungi susah “
“ maaf, handphone kaka eror. Kaka bingung mau hubungi
kamu kemana. Tapi untung aja tadi kaka dipenjemin handphone sama adeknya kaka “
“ jadi? “
“ apa? “
“ gak ada yang mau kaka omongin sama aku? Aku kangen kaka
tau “
“ makasih “
Katanya
singkat. Aku merasa ada sesuatu yang berbeda dengannya. Tak biasanya ia
bersikap sedingin ini. biasanya ketika bercakap-cakap ia pasti yang akan mendominasi
percakapan dengan rayuannya yang selalu tepat sasaran.
“ oh iya, selama kita lost contact kaka ngapain aja? Ada
orang lain yang buat kaka tertarik? “
Ia diam,
merunduk. Mencoba untuk menghindari tatapan mataku.
“ kak? “
Ia
menatapku lekat. Tangannya mengepal.
“ boleh kaka jujur sama kamu? “
“ ya, silahkan “
Tiba-tiba
hatiku risau. Pasti ada sesuatu yang terjadi padanya yang berhubungan denganku.
Semoga ini kabar baik.
“ Selama kemaren kaka Lost contact sama kamu, kaka
mencoba untuk membenahi diri. Kaka sadar apa yang kaka lakukan salah. Kaka gak
bisa terusin hubungan ini sama kamu terlalu jauh. “
Firasatku
selama ini benar. Kini aku yang merunduk. Menyembunyikan raut kesedihan di
wajahku.
“ Maaf, kaka gak bisa. Kayanya untuk saat ini kita hanya
bisa berteman. Kamu gak apa-apa kan? “
Kutahan
dan kutatap sekali lagi wajahnya masih dengan menahan air mata.
“ aahh~~ iya kak. Aku ngerti ko, ya aku gak apa-apa. Itu
bagus kak, ya kaka udah memilih keputusan yang tepat “
Bohong..,
ya aku berbohong. Sebenarnya aku tak ingin ini terjadi. Aku ingin ia bisa
menjadi milikku. Tapi.., aku lemah. Aku tak bisa menentang kehendaknya. Siapa
aku? Aku hanya orang awam yang baru saja ia kenal.
“ kamu yakin, kamu gak marah? “
“ aku gak bisa marah sama kaka. Inget kan? “
“ makasih ya karena udah mau ngertiin kaka “
Ia
memegang tanganku dan mengelusnya. Namun aku melepaskannya.
“ maaf kak, ya udah kalau gitu. Ini udah malem. Aku harus
pergi, ada urusan penting yang harus aku urus. Makanannya biar aku yang bayar “
Aku
bangkit, namun ia menahanku.
“ jangan pergi dulu “
“ maaf kak, tapi aku gak bisa “
Aku
pergi, ketika kakiku melangkah keluar, air mataku mulai menetes. Hujan turun
bersamaan dengan tangisku. Aku tak perduli dengan bajuku yang kini basah kuyup.
Aku hanya ingin pergi dari hadapannya, lagi-lagi cintaku harus berakhir dengan
air mata...
Selesai
Catatan Mr.Jones :
Maaf kalau ceritanya garing. Maaf kalau ceritanya jelek.
Maaf kalau ceritanya terlalu singkat. Saya bingung mau cerita apalagi. Ini
sudah cukup bagi saya. Semoga ceritanya menginspirasi ya. Maksudnya bukan
menginspirasi buat PHP’in orang lain. Tapi menginspirasi untuk belajar ikhlas
meninggalkan orang lain. Semuanya sudah memiliki jalan kehidupan masing-masing.
Jangan pernah menentang
keputusan orang lain. Terima apa yang terjadi pada kehidupan kalian. Buat
kalian semua yang lagi galau jangan putus asa. Jadikan hal yang membuat kalian
galau sebagai pembelajaran untuk lebih dewasa. Suatu saat nanti kebahagiaan
pasti akan datang untuk kalian. Hanya saja kebahagiaan itu masih menunggu waktu
yang tepat. Seiring berjalannya waktu kebahagiaan itu pasti akan menemukan
kalian.
Maaf juga ya kalau saya
jadi curcol begini. Saya bingung harus bagaimana melepas sesak di dada saya.
Kalau teriak, berisik. nanti dimarahin tetangga. Kalau mau nangis, nanti
dibilang cengeng. Mau marah, marah sama siapa?
Jadi ya dengan cara nulis
ini saya bisa melepaskan beban itu semua. Terimakasih untuk kalian yang sudi
membaca ceritanya. Semoga kalian suka.
Saya akan kembali lagi
dengan cerita baru. Untuk cerbung, lanjutannya sedang di proses. Nanti akan di
posting. Sekali lagi terimakasih semuanya..
Salam Hangat
Mr. Jones
Yahh ceritanya udah abis, padahal masih pengen baca cerita-cerita yang lebih seru lagi.
BalasHapusMmm,, gapapa dehh yang penting semangat aja buat kakak biar bisa bikin cerita lagi :)
terimakasih, dengan kamu berkomentar saya jadi semakin semangat nulis.
Hapus