Hujan di Ujung Senja Part 5 (Aman)
Keramaian kota bukan hanya terjadi di
Greenwech Park saja. Di setiap trotoar, toko, dan caffe juga penuh disesaki
manusia. Apalagi di 28 Greek St, London W1D 5DQ tepatnya di sebuah restoran kue
bercat biru dengan nama Maison Bertaux. Toko Maison Bertaux adalah toko kue
tertua. Maka dari itu banyak pelanggan yang senang memanjakan lidahnya disini
untuk menikmati kue yang enak. Roan diterima bekerja disini sebagai pelayan
baru.
Ia meninggalkan bar dimana tempat ia
menjajakan tubuhnya dulu. Ia sudah bosan dengan pekerjaan itu. Selain itu ada
seseorang yang membuatnya ingin berhenti. Itu Chandra, ia merasa tak mau jika
Roan melihat keadaannya sekotor itu. Ia ingin berubah demi Chandra. Setiap membayangkan
Chandra, hatinya akan berdebar dengan kencang. Wajahnya dengan seketika akan
memanas dan jadi salah tingkah. Ia merasakan dirinya tengah diserang jatuh
Cinta.
Keadaan semakin ramai, Roan sibuk dengan nampan di kedua
tangannya. Membawa potongan-potongan kue lezat di atasnya dengan minuman yang
nikmat. Ia senang pelanggan hari ini membludak. Itu artinya ia akan mebdapatkan
tips yang banyak.
" Hey anak
muda, kemarilah "
Teriak seorang pria paruh baya di meja paling belakang
dekat pintu. Pria itu duduk bersama seorang wanita dan kedua anak kecil.
" ada yang
bisa saya bantu tuan? "
" ya, kami
memesan dua Cheese cake, satu blueberry cake, dan satu chocolate cake. "
" Baik tuan,
pesanan akan segera datang "
Roan segera berlari menuju dapur sambil memberikan
secarik kertas pesanan tadi.
Seorang pelayan menepuk punggung Roan, ia berbalik sambil
memberikan senyum.
" kenapa kau
tersenyum seperti itu padaku? "
Kata pelayan itu.
" maaf jika
kau tidak nyaman, ada apa? "
" diluar ada
seseorang yang mencarimu. Cepatlah segera temui ia. Jika tidak mungkin dia akan
marah. Penampilannya sangat menakutkan "
Roan mengedarkan pandangannya keluar.
Mencari sosok yang dicari, tapi ia tak menemukan seseorang yang berdiri tegap.
Yang ada hanya orang-orang yang berlalu lalang. Tetapi ia segera pergi keluar.
Angin berhembus dengan kencang di luar. Roan mengeratkan
pelukannya pada dirinya sendiri. Ia hanya mengenakan kemeja putih pendek.
Bulu-bulu halus meremang di tangannya.
" Roan. Aku
menunggumu lama "
Seorang pria menggunakan jaket kulit berwarna cokelat tua
dengan celana jeans yang robek-robek membekap mulut Roan dan menggusurnya
menuju tempat yang lebih sepi. Pria itu menggusur Roan ke dalam gang buntu di
samping restoran. Disana hanya ada tempat sampah besar, suasananya sangat kumuh
dan bau.
Pria itu melepaskan bekapannya. Roan
kembali merapikan bajunya yang sedikit kusut. Ia membalikkan tubuhnya untuk
memarahi pria itu. Namun tenggorokannya tercekat saat sosok itu tersenyum
padanya.
Pria itu berwajah layaknya para pria middle east. Dengan
brewok tipis di dagunya. Bibirnya berwarna kemerahan, bulu matanya lentik
dengan mata berwarna coklat.
" terkejut
denganku Euh? "
" Aman?
Kenapa kau disini? "
" kenapa?
Baiklah, aku ingin membawamu kembali ke bar ku. Kau tahu? Bar ku sepi semenjak
kau berhenti bekerja. Pria-pria bajingan itu ingin menikmati tubumu kembali.
"
Katanya dengan enteng.
" maafkan
aku Aman, aku tak mau kembali lagi bekerja di bar mu. Aku sudah nyaman bekerja
di toko kue ini "
" ayolah Roan,
pikirkan lagi. Berapa gaji mu disini euh? Aku yakin pelayan baru sepertimu
hanya memiliki gaji kecil. Jika kau kembali lagi bekerja denganku akan ku gaji
kau dua kali lipat. Bahkan aku berani membayarmu tiga kali lipat jika kau mau
"
Roan menundukkan wajahnya. Ia tam mau
menatap Aman.
" maafkan
aku Aman, kau bisa mencari orang lain untuk menggantikanku "
Aman mencengkram kerah baju Roan. Buku-buku jarinya
memutih. Sorot mata itu seperti sorot mata seorang pemburu liar. Roan
memalingkan wajahnya. Ia terlalu takut menatap Aman.
"
pertimbangkan lagi omonganmu itu jalang. Jika kau tidak kembali, bisnisku akan
hancur. Aku akan melakukan apapun demi bisnisku lancar. Ingat Roan, aku akan
kembali lagi. Jangan pipis dicelana ya "
Aman mencium tengkuk Roan lalu mendorong tubuh Roan yang
lebih kecil darinya. Roan sedikit terhuyung dan hampir jatuh ke kubangan air
yang kotor. Aman pergi sambil tertawa tanpa memperdulikan Roan yang menangis di
belakangnya.
*****
Matahari sudah mulai condong ke arah
barat. Greenwich Park mulai kehilangan para pengunjungnya satu persatu.
Meskipun keadaan semakin sepi, Chandra dan Kent masih betah disana. Mereka
berbaring saling berdampingan sambil menikmati buah apel yang dipotong kecil.
Buah apel itu Chandra yang membawanya. Kedua mata lelaki itu mebatap awan yang
bergerak sedikit demi sedikit.
Kent memiringkan tubuhnya, sorot matanya
yang teduh memandang Chandra yang kini tengah menikmati suasana sore.
" Chandra..
"
" eemmm..?
Kenapa? "
" kau pernah
jatuh cinta? "
" ya, kenapa?
"
" bagaimana
rasanya? "
"
menyenangkan, aku merasa setiap hari banyak bunga brrtaburan disekelilingku.
Aku merasa selalu bersemangat setiap hari. Kenapa? Kau sedang jatuh cinta euh?
"
Kent tidak menjawab, ia malah menyimpulkan sebuah senyum.
" Kent? Kau
sedang jatuh cinta? "
" ya
sepertinya, dulu aku menganggapnya teman. Tapi lama kelamaan aku menyukainya
"
Detak jantung Chandra tiba-tiba menjadi cepat. Ia
memalingkan wajahnya dan melihat Kent kini tengah duduk sambil memeluk
lututnya.
" siapa?
Siapa yang kau cintai "
" sudahlah
jangan dibahas. Yang pasti dia itu dekat denganku. Lebih tepatnya teman masa
lalu "
Jantung Chandra semakin berdebar kencang. Namun ia tetap
mencoba untuk terlihat santai di depan Kent.
" Sudah
sore, kita pulang yuk? "
Tanpa sengaja kedua tangan mereka saling menyentuh. Tak
ada yang menjauhkan tangan, bahkan Chandra berani memegangnya sekarang. Kent
tidak menolak, ia anya diam saja.
" aku antar
kau ke apartemenmu " kata Chandra.
" okay,
ayo pergi
Komentar
Posting Komentar