PARADISE LOVE (CHAPTER 5)

Warna-warna jingga di atas langit terlukis dengan indah. Ini semua menunjukkan bahwa tuhan memang seniman yang sesungguhnya. Seniman yang agung dan hebat. Aku sedang duduk santai di halaman rumah dengan menggendong sebuah buku kecil di pangkuanku. Pena berwarna biru terselip di telinga kiriku. Kebiasaanku menulis memang tak pernah bisa kulepaskan. Seolah-olah menulis adalah sebuah kewajiban dalam hidupku. Aku memang tidak pernah menulis cerita-cerita berat seperti dulu yang mengharuskan duduk berjam-jam untuk memikirkan jalan ceritanya. Sekarang aku lebih sering menuliskan perjalanan hidupku sehari-hari. Setiap senja memang saatnya aku menggoreskan pena dan menceritakannya di dalam buku bersampul cokelat pemberian Ghifari ini. Buku ini ia berikan dua tahun yang lalu. Saat di rumah, Ghifari selalu menemukan lembaran-lembaran berisikan tuliskanku tercecer di lantai kamar. Ia bilang ia tidak mau tulisanku hilang. Selain itu dia juga tidak suka karena kertas-kertas itu membuat kamar kami jadi berantakan. Maka dari itu ia membelikan buku harian ini untukku.
Kang Nano baru saja pulang ketika aku menutup buku harianku. Bajunya basah penuh peluh, celananya kotor penuh lumpur. Wajahnya yang lumayan tampan itupun kusam sekali. Ia menyimpan cangkul dan tudung kepala di samping rumah. Sembari membuka sepatu boot nya ia mengajakku berbicara.
  " kamu teh sedang apa di sini Arno? Bukannya masuk ke dalam rumah. Ini teh sudah mau maghrib "
  " Arno lagi nulis kang, kalau di dalem rumah rasanya susah mikir "
  " kang Ghifari kemana? "
  " ada di dalem kang. Lagi mainin laptopnya. "
  " ya sudah atuh akang masuk dulu. Mau mandi, udah gatel-gatel "
Kang Nano masuk ke dalam rumah tanpa berkata apapun lagi padaku. Tak lama setelah itu adzan berkumandang.
.
.
Aku, Ghifari, dan Kang Nano saat ini sedang di jalan menuju pusat kota. Tak jauh, hanya membutuhkan waktu lima belas menit saja. Ghifari mendapatkan e-mail dari kantor kami. E-mail itu berisikan tentang pemberitahuan bahwa aku harus kembali pulang ke Belanda untuk menyambut kedatangan atasan kami yang baru. Kami dengar bahwa bos kami yang baru itu adalah seorang perempuan asal Korea Selatan. Tidak aneh memang, pegawai di kantor kami berasal dari berbagai negara. Tetapi orang-orang berkulit putih masih mendominasi disana.
Malam ini, aku dan Ghifari akan mengabiskan waktu berjalan-jalan. Aku juga mengajak kang Nano kali ini. Kasihan ia, hanya bisa berjalan-jalan setahun sekali saat hari raya tiba. Jadi ya, apa salahnya untuk menyenangkan orang yang selama ini membantu kita.
Rencananya aku dan Ghifari akan mengajak kang Nano untuk pergi membeli pakaian. Tapi sebelum itu kami mampir ke warung soto karena Ghifari merengek lapar.
Kami mengunjungi warung soto paling enak di kota. Warung soto ini selalu aku kunjungi dulu setelah pulang sekolah. Rasanya enak, dan warung ini sangat terkenal. Bahkan pernah salah satu stasiun televisi meliput warung soto ini. Maknyuss deh pokoknya.

Kami hanya memesan dua mangkuk soto saja. Sebelum berangkat aku sudah makan. Jadi aku hanya memesan segelas jus alpukat dengan susu coklat dipinggiran gelasnya.
  " dulu waktu culun kamu sering makan soto disini? "
Celetuk Ghifari sambil mengaduk sotonya yang masih mengepul.
  " waktu SMA dulu Arno gak culun kok kang Ghifari. Arno itu anaknya cakep emang. Bahkan di kampung banyak yang naksir "
Aku tersenyum bangga saat Kang Nano membelaku.
  " Masa sih kang Nano? "
  " iya kang saya serius. Mana mungkin saya bohong. Bahkan nih ya ibu-ibu di kampung bilang mereka pengen punya menantu setampan Arno. Katanya sih supaya memperbaiki keturunan "
Aku tertawa, Ghifari memberi tatapan yang meremehkan ke arahku.
  " Tuh dengerin kak, Arno itu cakep dulu. Sekarang lebih cakep malah. Iya gak kang? "
Sambil melahap sotonya kang Nano mengacungkan jempol menandakan setuju.
*****
Jalanan kota malam ini sangat ramai. Lampu jalan menyala terang, sepanjang jalan aku melihat muda-mudi banyak yang saling bergandengan tangan. Saling berbagi kisah, kadang juga tertawa ria. Ghifari mengemudikan mobil menuju mall. Memang tidak terlalu besar karena kotaku hanyalah kota kecil.
Setibanya disana kami naik ke lantai dua. Kang Nano bebas memilih pakaian apapun yang ia suka. Sebagai gantinya aku harus mengeluarkan uang dari dompetku. Kang Nano memilih dua celana jeans dengan warna yang berbeda. Ia banyak mengambil kaus. Ketika dihitung ada lima kaus dengan warna dan corak yang berbeda. Ia juga memilih satu kemeja berlengan panjang. Aku juga menawarkan kang Nano untuk membeli sepatu, tapi ia menolak. Ia malah meminta sendal. Kubiarkan saja ia memilih sendal yang ia suka. Ghifari berjalan tak searah denganku. Ia ingin melihat-lihat apa saja yang ada disana. Terkadang ia juga terlihat sedang memilih kaus polos untuk dipakai sehari-hari mungkin.
Setelah selesai dengan Kang Nano aku memanggil Ghifari. Ia mendekat ke arahku dengan membawa dua kaus abu-abu polos dengan ukuran yang berbeda.
  " Kang Ghifari beli kaos dua buat siapa? "
  " buat saya sama pacar saya kang "
Katanya sambil melihat ke arahku.
  " pacarnya kang Ghifari teh tomboy? Itu kan baju laki-laki dua-duanya kang? "
  " pacar saya emang suka begini kang. Lebih manis juga keliatannya kalau pake kaos. Arno, kamu sama kang Nano duluan aja. Kaka bayar ini dulu "
  " gak apa-apa. Aku tungguin kaka. "
Dengan cepat ia menuju meja kasir. Ia mengeluarkan uang seratus ribu rupiah dan membawa kantung berisikan kaus tadi.
  " mau kemana lagi kita? "
  " gak tau nih. Kang Nano mau kemana lagi nih kita? "
  " mendingan kita pulang saja. Malem ini ada pertandingan bola kang. Saya takut ketinggalan "
  " ya udah, lagian kita juga harus tidur cepet. Soalnya besok pagi kita harus ke Bandara "

Aku dan Ghifari mempersilahkan kang Nano untuk jalan terlebih dahulu. Ini ide Ghifari, ia membiarkan kang Nano pergi duluan agar bisa menggandengku di belakang tanpa dipergoki kang Nano. Kekasihku memang pintar.

MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, ATAUPUN KEJADIAN YANG DIALAMI PARA PEMBACA. CERITA INI HANYALAH KARANGAN FIKTIF BELAKA. MAAF APABILA MENEMUKAN KATA YANG SALAH DALAM PENULISANNYA (TYPO)

note :

Itu foto orang yang lagi makan bayangin aja Ghifari ya hahaha.. terus bayangin juga kalau makan di foto itu soto. Soalnya yang ada di foto si cowoknya lagi makan bubur :D

Maaf ya buat seseorang di luar sana yang fotonya dipajang disini, saya dapet fotonya dari google. Iseng aja nyari wajah cakep supaya bikin pembacanya baper. Terima kasih

Mr. Jones

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA SEGI EMPAT ( CHAPTER 15 )

I JUST LOVE YOU ( TWO SHOOT )

KARAM (Kama & Rama) #Bagian1