R.I.N.D.U

Ku ulang kembali rekaman itu, suara petikan gitar kembali mengalun dari speaker ponselku. Ku pejamkan mataku kembali, menghayati setiap petikan indahnya. Rasanya bagaikan berada di alam terbuka dengan hembusan angin yang menyejukkan raga. Setelah petikan itu memasuki reff suara seseorang berbicara manis. Suara berat yang familiar di telingaku, itu suara Aldy kekasihku.
Air mataku kembali mengalir dengan sendirinya. Turun hingga ke dagu, lalu kuusap dengan tanganku. Akhir-akhir ini ia menghilang, tak pernah memberikan kabar kepadaku. Inilah yang membuatku bimbang tak karuan. Kudengarkan lebih seksama suaranya, ingatanku kembali membayangkan dirinya. Senyumnya yang indah, kumis rapi yang menghiasi bibirnya yang merah, rambutnya yang sedikit ikal dengan potongan pendek, aku tersenyum.
            Dia orang yang baik, selain itu dia pria yang pintar. Dia sayang padaku dengan segala kekuranganku. Tutur katanya sangat halus, bagai petikan dawai harpa yang mengalun indah. Kata-katanya begitu menyejukkan hati yang seringkali membuat jantungku berdebar dengan kencang.
Air mataku semakin deras ketika suara di ponselku mengucapkan kata ‘aku mencintaimu’. Aku merindukannya, sungguh aku tak bohong.
            Hembusan angin malam ini semakin menusuk-nusuk kulitku, akhirnya kuputuskan untuk kembali masuk ke dalam kamar dan menutup jendela kamar. Aku menjatuhkan diriku di atas kasur dan mencoba untuk tertidur lebih awal. Tetapi ponselku bergetar, sebuah pesan tertera disana.
Hai pangeran manis.
Apakah kau sudah memasuki alam mimpimu?
Itu Aldy, dengan segera kujawab pesan darinya dengan perasaan penuh rindu.
Mataku tak mau menutup sebelum mendengar
kabar darimu. Aku merindukanmu.
Pesan itu terkirim dengan cepat, setelah pesan itu dibaca olehnya ia kembali mengirim pesan.
Me too my sweetie.
Tapi maaf, aku harus urus dulu urusanku.
Sampai nanti.
Akhirnya ia kembali menghilang, kusimpan ponselku dengan hati sedih di atas meja lampu dan aku mencoba lagi untuk menyelami mimpiku malam ini lebih cepat dengan hati yang semakin gundah.
*****
            Minggu pagi ini langit sangat mendung, angin kencang yang menerpaku semalam masih ada. Aku terbangun ketika jam di dinding menunjukkan pukul tujuh pagi. Sinar kuning keemasan tidak muncul pagi ini, terintimidasi oleh gelapnya awan di langit. Aku membuka jendela kamarku, angin dingin mulai menusuk kulitku lagi. Mataku menangkap sebuah mobil hitam yang terparkir tepat di depan rumah. Beberapa menit kemudian aku melihat sosok Aldy dengan kaus putih nya. Aku merasa seperti bunga mawar yang disirami air di pagi hari, hatiku merasakan kesejukan yang tiada tara.
            Aldy melambaikan tangannya sambil memberikan senyuamnya kepadaku, lalu tiba-tiba saja ia menggendong seorang bayi dari dalam mobilnya. Aku mengernyitkan dahi, dan instingku mengatakan kalau aku harus segera turun ke bawah. Aku membuka gerbang rumahku, Aldy sedikit berlari ke arahku.
  “ Hai sayang, bisa tolong gendong sebentar? Aku mau masukin mobil dulu ke garasi nih “
  “ Tapi.. “
  “ Sebentar aja, ok “
Ia menyerahkan anak itu kepadaku, dengkuran halus bayi itu terdengar di telingaku. Nafas kecilnya naik turun, sangat terasa dalam dekapanku. Dengan cepat Aldy memasukan mobilnya kedalam garasi rumahku lalu ia turun dari mobilnya.
  “ Hai, akhirnya kita bisa ketemu. Sini biar aku gendong lagi. Pasti berat ya “
Bayi itu kini telah kembali dalam dekapan Aldy.
  “ Kamu gak mau ajak aku masuk nih? Dingin tau “
  “ ehh.. iya-iya, “ kataku sambil memberikan senyuman palsu kepadanya.
.
.
            Kopi yang kubuatkan mengepulkan asap dalam cangkir, Aldy masih mebekap bayi itu dalam pangkuannya. Aku duduk disampingnya dengan kaku. Aldy menatapku lalu tersenyum, senyuman yang sudah lama tak dicicipi oleh mataku.
  “ Maaf ya, sebenernya hari ini aku cuma pengen berduaan sama kamu. Tapi, Mba Karin tiba-tiba hari ini dapet telfon harus masuk kantor dan babysitter yang biasa jagain anaknya hari ini libur. Jadi dia titip jagoan kecilnya sama aku. Maaf ya sayang “
Aku mengangguk, entah kenapa saat berhadapannya sekarang mulutku tak bisa mengeluarkan kata-kata.
  “ Kalau boleh tau namanya siapa? “
  “ Namnaya Zarfan, baru sepuluh bulan “
Tiba-tiba Zarfan terbangun dari tidurnya dan menangis dengan keras. Aldy menepuk-nepuk punggung keponakannya.
  “ sshhh.. sayang, ini Om nak. Jangan nangis.. “
  “ Kayanya dia lapar, biasanya makan bubur atau susu formula? “
  “ Mba Karin tadi kasih aku buburnya dia sih. Tapi harus diseduh dulu pake air panas. Kamu bisa gendong dia dulu? Biar aku bawa buburnya di dalem “
Aku mengangguk dan menggendongnya dengan hati-hati.

            Aldy kembali dengan membawa satu dus kecil berisikan bubur untuk bayi. Ia lalu duduk di sampingku sambil menggaruk kepalanya.
  “ Kenapa? “ tanyaku kepadanya.
  “ ehehe.. aku gak bisa bikinnya. Kamu bisa? “
  “ ya udah, aku buatin. Kamu pegang Zarfan dulu “
Aku mebawa dus berisikan bubur bayi itu. Sebenarnya hatiku kesal, bukannya mendapat waktu berdua bersamanya aku malah mengurusi keponakannya. Seperti babu, seperti babysitter. Apa kekasihku tidak menyadari bahwa kekasihnya ini merindukan waktu berdua bersamanya. Seharusnya jika memang ia harus menjaga keponakannya ia tak usah pergi menemuiku. Ini sama saja seperti beberapa hari yang lalu, rasa rinduku tak terbayar dengan sepenuhnya.
            Aku kembali dengan semangkuk kecil bubur beraroma buah pisang. Aldy sedang bermain-main dengan keponakannya ketika aku duduk kembali di ruang utama rumah kecilku ini.
  “ Kamu bisa suapin dia kan? Soalnya kalau aku yang suapin dia nanti belepotan “
  “ ya, aku bisa “
  “ gimana kalau suapin Zarfan sambil jalan keliling kompleks rumah? “
  “ tapi diluar mendung, apa kamu gak takut hujan? “
  “ gak akan hujan, ayok “
.
.
            Aldy memimpin jalan, Zarfan masih dalam dekapannya. Wajah mungil itu kini semakin lucu dengan pipinya yang menggelembung terisi bubur. Tangan-tangan mungilnya terus menyusuri wajah Aldy yang tampan menurutku. Zarfan memegangi hidung Aldy dan mengusapnya lalu sedetik kemudian tangan kecilnya itu memukul-mukul majah Aldy sambil berucap ’papapa.. papa.. papapa..’, lucu sekali.
  “ Aduhh.. Zarfan ko mukulin om sih? Kamu mau berantem sama om euh? “
Bibir mungil Zarfan tersenyum lalu tertawa, aahh sungguh menggemaskan. Bibirku menyunggingkan senyum melihat tingkah mereka berdua. Ketika mulutnya sudah habis, kembali kusuapi dengan bubur bayi.
Zarfan tiba-tiba menunjukku,  ia menjerit-jerit ke arahku.
  “ Kenapa sayang? Itu om Zaky, ko kamu teriak-teriak sih? “
Lalu hal yang membuatku terkejut terjadi, dengan manisnya Zarfan mengatakan ‘mamama.. mamama..’.
Sontak aku dan Aldy tertawa keras. Dengan polosnya Zarfan juga tertawa bersama kami dan ia kembali memanggilku dengan sebutan “mamama”. Tangan mungil Zarfan menutup mulutnya ketika tertawa.
  “ Kamu manggil om Zaky mama? Om Zaky kan laki-laki sayang. Panggil dia Om, oomm Zaky, coba ayo bilang Oomm “
Aldy memanyunkan bibirnya membentuk lingkaran, Tapi Zarfan tidak mengikutinya. Ia malah kembali memukul wajah Aldy dan menjerit-jerit menyerukan nama “mamama”.
  “ Ok ok, Itu mama. Zarfan seneng ya? “
Zarfan kembali tertawa dan menepukkan tangannya.
  “ Sayang, kayanya hari ini kita punya anak “
  “ Haha dasar, Zarfan.. ini ayo satu suap lagi sayang. Aaa.. “
Zarfan melahap buburnya yang terakhir, mangkuk kecil ini akhirnya habis. Aku dan Aldy duduk sebentar di bangku taman kompleks rumahku. Merehatkan kaki yang sedari tadi dipakai untuk berjalan.
  “ Jadi, gimana kabar kamu? “
Aku memulai percakapan, aku lupa menanyakan kabarnya tadi saat dia datang.
  “ Seperti biasa, kabarku baik. Kamu? “
Aku diam, ada beribu kalimat yang ingin ku lontarkan. Aku ingin bilang keadaanku kacau karena ia tak memberiku kabar selama ini. Tapi entah kenapa bibirku seakan kaku untuk menyatakannya.
  “ Aku tau kamu marah, maaf ya sayang. Aku sibuk sama urusanku sedangkan kamu nunggu aku. “
Aldy mengelus rambutku dengan tangan kanannya. Setetes air mata jatuh diatas pipiku. Sial! Aku tak bisa menahan tangisku. Tiba-tiba saja Zarfan merangkak dengan tersendat-sendat lalu duduk di pangkuanku. Aldy mnemegang kaus yang dikenakan Zarfan agar tidak terjatuh. Lalu tangan mungilnya ia angkat ke atas, ke arah wajahku. Mulutnya kembali berkata “mamama” sambil terus mencoba meraih wajahku.
  “ Jangan nangis, liat Zarfan aja gak mau liat air mata kamu sayang. Lagian sekarang aku disini kan buat nemenin kamu seharian. Ada Zarfan juga, Zarfan.. kita main seharian ini sama om Zaky ya? Kita buat om Zaky senyum lagi “
Zarfan menepukkan jari-jari mungilnya lalu mendekapku. Aldy mengusap air mataku dengan jempolnya.
  “ Kita balik lagi ke rumah kamu yuk? Takut hujan, kamu gendong Zarfan. Biar mangkuknya aku yang pegang “
Aku mengangguk dengan senyuman.

*****
            Tak terasa hari ini beralu dengan cepat. Aldy dan keponakannya Zarfan menemani hariku. Rasa rinduku kini sudah terpenuhi. Seharian ini kami seperti orang tua yang mengurus bayinya. Lelah memang karena tingkah Zarfan yang sangat aktif, tapi ini menyenangkan. Setelah kumandikan, Zarfan kini sedang tertidur pulas diatas kasurku. Tubuhnya yang mungil diapit oleh tubuhkuku dengan Aldy. Dengkuran halus Zarfan seolah menjadi alunan musik sore bagiku. Aldy masih mengusap-usap kepala Zarfan agar tidurnya semakin lelap. Aku hanya berbaring sambil memandangi mereka berdua.
  “ Tidurnya pules banget, dia capek banget ya kayanya “
Celetuk Aldy, ia memandangku lalu memberikan senyuman manisnya.
  “ Makasih ya udah jadi mama nya Zarfan hari ini “
  “ Makasih juga udah nemenin aku seharian ini “
Aldy lalu bangkit dengan perlahan dan menarik tanganku dengan halus untuk bangkit juga sama sepertinya. Ia mengecup keningku dengan lembut.
  “ Sekali lagi aku minta maaf ya sayang. Aku janji, setelah semua urusanku selesai aku bakal lebih sering luangkan waktu buat kamu. Aku sayang kamu, jadi jangan sedih-sedih lagi ya “
  “ Aku juga minta maaf karena aku kurang ngertiin kamu. Harusnya aku ngerti, ini malah selalu rengek minta perhatian kamu. Aku minta maaf ya “
  “ Iya, kamu percaya aja. Lagian aku juga sibuk kerja ko gak kemana-mana. Jangan takut, hati aku cuma buat kamu Zaky. “
            Aldy mendekapku, tangan kananya melingkar di leherku. Dengan dorongan halus, ia menarik tengkukku untuk mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Sebuah kecupan manis di bibir ia berikan. Sentuhan biirnya begitu terasa halus. Rasa senang kembali mengalir di tubuhku. Aku semakin larut dalam kecupan itu. Aldy melepaskan kecupannya lalu berbisik di telingaku dengan lirih.

  “ Aku mencintaimu Zaky “

MAAF BILA ADA KESMAAN NAMA, TEMPAT, ATAUPUN KEJADIAN YANG DIALAMI PARA PEMBACA. CERITA INI HANYALAH KARANGAN FIKTIF BELAKA. MAAF BILA MENEMUKAN KATA YANG SALAH DALAM PENULISAN (TYPO)


note :

Hai kalian, readers yang Mr.Jones cintai. Ini salah satu cerpen terbaru Mr.Jones. Nulis ini butuh perjuangan semalam suntuk. Maaf ya kalau ceritanya picisan banget, alurnya enggak bagus, dan ide ceritanya murahan.
mr.Jones bikin cerita ini sebenernya sebagai ajang curhat karena mr.Jones emang lagi rindu. Rindu sama  temen-temen di sekkolah dan rindu sama si dia yang jauh disana. Acciiieeeee....
Semoga kalian juga yang lagi pada kangen, mau sama keluarga, temen, sahabat, pacar, ataupun MANTAN bisa terobati rasa kangennya ^_^
Pokoknya ini spesial lah buat kalian yang lagi ngerasain rindu.
Salam hangat dari mr.Jones #kecupreaders #pelukreaders
Selamat berakhir pekan dan selamat merencanakan malam minggu bersama si dia ya.
I LOVE YOU Guys
Mr.Jones

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA SEGI EMPAT ( CHAPTER 15 )

I JUST LOVE YOU ( TWO SHOOT )

KARAM (Kama & Rama) #Bagian1