PARADISE LOVE (CHAPTER 4)

Matahari masih bersembunyi di balik gunung yang menjulang tinggi dengan gagah di sebelah timur. Hanya beberapa ekor ayam saja yang terdengar berkokok saat itu. Halimun masih menyelimuti keadaan pagi di desa.
Arno dan Ghifari sudah berangkat dari rumah. Pagi ini Arno ingin menunjukkan bagaimana rasanya mandi di sungai ketika matahari masih belum muncul. Cukup sulit membuat Ghifari bangun jam lima pagi, ia dan kang Nano baru menyelesaikan pembicaraannya pukul dua malam. Itu sebabnya, saat ini Ghifari sedikit menutupkan matanya ketika berjalan menyusuri jalan setapak menuju sungai besar.
  " Kaka.. ayo dong semangat! Bukannya kaka paling suka mandi di sungai? "
Arno menggoyangkan tubuh Ghifari, namun tetap saja Ghifari menutup matanya sambil berjalan terhuyung-huyung.
  " aahhh.. kaka, ya udah kalau gitu. Mendingan sekarang kita balik lagi aja, supaya kaka bisa terusin tidurnya "
Saat hendak berbalik, tangan Ghifari menahannya.
  " ih jangan ngambek dong, ia nih liat kaka melek "
Ghifari membuka matanya, hampir melotot dan membuat Arno tertawa kecil.
  " gimana? Kita teruskan perjalannya pangeran? "
Ghifari membungkukkan badannya.
  " iya dong, lagian juga sebentar lagi sungainya keliatan "
  " ok kalau gitu ayo naik ke punggung kaka "
  " mau apa? "
  " kaka gendong supaya cepet. Sekalian latihan angkat beban juga kan pagi-pagi. Ayo cepet naik "
  " hahahaha.. ok kak "
Arno tersenyum bahagia di atas pangkuan Ghifari dan mereka melanjutkan perjalanannya.
.
.
Gemercik air terdengar menenangkan jiwa, saat itu cahaya kuning mulai nampak sedikit demi sedikit di ufuk timur. Mata Ghifari kini sudah terbuka lebar karena dinginnya air sungai. Dengan bebasnya ia berenang di sungai yang memang tidak terlalu dalam. Sungai ini adalah aliran dari gunung, itu sebabnya air di sungai ini sangat bening dan dingin. Bahkan dasar dari sungai ini bisa dilihat dengan mata telanjang. Arno sedang menggosok tubuhnya dengan sabun ketika Ghifari mencoba menyelan ke dasar sungai.
  " sayang, udah dong sabunannya. Sini berenang bareng kaka "
  " sebentar, Arno bersihin badan dulu kak "
Dengan cepat Arno menggosok sisa sabun di tubuhnya. Setelah bersih ia melompat dan berenang menghampiri Ghifari. Mereka berdua saling menyipratkan air satu sama lain. Terkadang juga Ghifari memeluk Arno sambil mencium tengkuk dan lehernya. Menyatukan tubuh mereka agar rasa dingin di tubuh sedikit menghangat.
  " Arno.. kita.. "
  " kita apa eum? Aahhhh gara-gara kedinginan pervert kaka muncul ya "
Arno menyipratkan air ke wajah Ghifari.
  " ayolah.. lagian kita belum pernah coba di outdoor. Kita coba di dalem air. Ayookk.. "
Tiba-tiba Ghifari mendekat dan memeluk Arno lebih erat lagi. Kini tangannya mulai bermain. Lagi-lagi Arno hanya bisa menutupkan matanya sambil menikmati perbuatan Ghifari.
Sentuhan itu semakin lama semakin membuat Arno hilang kendali. Hingga akhirnya ia memutar tubuhnya dan berbalik menyerang Ghifari.
Tangannya yang kecil mulai bermain. Tubuh Ghifari mulai merespon dengan menggelinjang. Ia menutupkan matanya, desahan kecil mulai keluar dari bibirnya.
  " Shit! Kamu nakal ya. Kita terusin di tepi sungai aja. Kalau di dalem air susah juga kayanya "
Arno hanya mengangguk tanpa berkata apapun. Tapi ketika merka berenang menyebrangi sungai, sehelai kain mengapung diantara mereka berdua. Lalu samar-samar mereka mendengar derap langkah kaki. Seorang wanita datang mendekat ke arah mereka.
  " Lilis? "
Seru Arno ketika melihat seorang Gadis.
  " Arno? Eehhh ko bisa disini? "
  " iya nih Lis, Arno kebetulan lagi liburan kesini. "
  " oh begitu, eh itu tolong ambilkan kain Lilis dong. Tadi hanyut "
Ghifari menengok kain yang semakin menjauh. Dengan cepat ia berenang dan mengambil kain itu. Ketika kain sudah di tangan, mereka berdua keluar dari air dan menghampiri gadis bernama Lilis. Ghifari mengembalikan kain itu dengan senyuman jengkel, ia tak suka waktunya "bermain" diganggu.
  " eehhh.. makasih ya, Arno ini teh siapa. Meni kasep ya "
Mata Lilis mulai menelusuri tubuh Ghifari. Bagaimana tidak tertarik, saat ini Ghifari hanya mengenakan celana hitam pendek saja. Tubuhnya yang eightpack dibiarkan begitu saja. Otot dada dan tangannya yang besar membuat wajah Lilis memerah.
  " ah ini, ini teh temennya Arno dari Jakarta. Kenalin namanya Ghifari. Kak, ini Lilis temen SD sama SMP Arno dulu "
  " Ghifari "
Katnya ketika berjabat tangan dengan Lilis.
  " Lilis, Ghifari sudah lama disini? "
Tanya Lilis diikuti dengan kerutan di dahi Arno.
  " Baru kemarin sore sampai disini "
  " Aduh Arno, kenapa kamu teh tidak bilang kalau punya temen seganteng ini. Suaranya gede banget ya, mirip artis "
  " ehehehe.. iya Lis "
  " ya sudah atuh, Lilis harus terusin nyuci lagi. Ghifari, nanti Lilis boleh ngobrol ya sama Ghifari "
  " eh iya hehehe "
Ghifari tersenyum manis, Arno menatap Ghifari dengan tatapan tak bersahabat.
  " ya udah atuh, hayu mangga.. "
Lilis berjelan meninggalkan mereka, sesekali Lilis menengok ke belakang sambil melambaikan tangan ke arah Ghifari.
  " mau lanjutin yang tadi sayang? "
  " enggak, mendingan kita pulang. Udah mulai banyak ibu-ibu sama anak cewek yang nyuci. Nanti kalau dilanjutin kita kena gerebeg lagi. Ayo ah pulang! "
  " tapi nyampe rumah terusin ya? "
  " enggak. Arno harus masak buat makan siang kita "
Arno bergegas membereskan barang dan mengenakan bajunya lagi. Diikuti dengan Ghifari yang masih merengek meminta jatahnya sampai tiba di rumah.
*****
Kang Nano sudah berangkat ke sawah. Sehari-hari itulah kegiatan kang Nano. Mengurusi sawah milik Wingky dan Lia. Sawah itu memang dibeli sengaja untuk kang Nano. Katanya agar kang Nano bisa melakukn aktivitas setiap hari. Hasil panen dari sawah itu bisa kang Nano nikmati sendiri. Sebagian di jual dan sebagian lagi di gunakan oleh dirinya sendiri. Selain mengurusi sawah Wingky dan Lia, kang Nano juga punya sepetak tanah yang ia jadikan kebun. Tanah itu adalah warisan dari kedua orangtuanya. Tanah itu ia tanami singkong dan beberapa tumbuhan lainnya seperti pohon manga, pohon nangka, bahkan kang nano juga menanam sayuran. Jika panen sayuran ia pasti akan menjualnya ke pasar. Dari hasil sawah dan kebun itulah kang Nano hidup. Kang Nano sangat bersyukur memiliki saudara seperti Arno dan Lia. Mereka banyak membantu kehidupannya selama ini.
Saat ini di rumah hanya ada Arno dan Ghifari. Semenjak pulang mandi dari sungai tadi Ghifari terus merengek minta jatahnya. Namun Arno tidak memberikannya dan itu membuat mereka kesal satu sama lain. Arno sedang mengolah belanjaannya untuk makan siang nanti. Hari ini ia memasak tumis kangkung, goreng tahu tempe, ikan asin, dan sambal. Ia sudah rindu dengan masakan itu, selama ini lidahnya hanya memakan stamppot dan makanan khas negeri kincir angin yang lainnya saja. Kemarin pun di rumah Lia ia makan makanan kota.
Ghifari sedang asyik dengan laptopnya. Mengecek pekerjaannya, dan e-mail. Ia juga mengecek web majalah fashion dimana ia bekerja. Ia masih kesal dengan penolakan Arno tadi. Jadi ia memilih untuk mengurung diri di kamar bersama laptopnya.
  " Kak Ghifari, bantu Arno potongin kangkung dong "
Teriak Arno dari dapur.
  " enggak mau! Kaka lagi sibuk. "
  " ih sibuk apaan coba, cepetan ah jangan nolak. Kaka gak mau makan siang euh? "
  " tuh kan, kamu juga gak suka ditolak. Tadi pagi kamu juga nolak kaka, sekarang gantian kaka yang tolak kamu. Supaya kamu ngerasain gimana keselnya ditolak "
Arno tak menjawab, tapi beberapa saat kemudian Arno muncul dengan membawa sebaskom penuh berisi kangkung dan sebilah pisau.
  " Bantu Arno ya? Please.. "
Arno mengeluarkan jurus andalannya, ia memasang wajah memelas yang manis. Ghifari yang tadinya fokus ke layar laptop kini menatap wajah manis Arno.
  " enggak mau. Udah kamu jangan masang wajah melas gitu "
Arno menghampiri Ghifari, menjalankan cara keduanya. Ia simpan baskom itu di meja lampu, lalu bibirnya mulai menciumi pipi dan leher Ghifari.
  " please bantu Arno ya "
Ia berbisik lirih. Lalu Arno perlahan mencium bibir suaminya. Ghifari mulai terbawa suasana. Ia menyimpan laptopnya di samping lalu menarik tubuh Arno agar menindih tubuhnya.
Arno melepaskan ciumannya.
  " kalau mau yang lebih, bantu Arno masak dulu "
  " ahhh sialan kamu No, ya udah ya udah Kaka bantuin kamu masak. Tapi janji ya abis itu kamu layanin suami kamu ini? "
Arno mencium lagi Ghifafi dengan cepat.
  " ok tuan pervert. Cepetan ah bangun "
Arno memukul perut Ghifari lalu pergi ke dapur lagi.
  " hih dasar malaikat manis. Ada aja tingkahnya yang bikin gue kelepek-kelepek. Love you Arno "
Ghifari mengambil baskom berisikan kangkung dan pisau itu lalu menyusul Arno ke dapur.

MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, ATAUPUN KEJADIAN YANG DIALAMI PARA PEMBACA. CERITA INI HANYALAH KARANGAN FIKTIF BELAKA. MAAF APABILA MENEMUKAN KESALAHAN DALAM PENULISAN.

Note : Maaf kalau tulisannya gak rapi. Mr.Jones upload cerita ini dari handphone. Laptop Mr.Jones rusak :'( jadi dimaklumi saja ya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA SEGI EMPAT ( CHAPTER 15 )

I JUST LOVE YOU ( TWO SHOOT )

KARAM (Kama & Rama) #Bagian1