PARADISE LOVE (CHAPTER 6)
Belanda.
Ya, aku telah menginjakkan kaki kembali di tanah pangeran oranye ini. Hawa
dingin mulai menyeruak di tubuhku. Musim dingin sudah berlalu sejak satu minggu
yang lalu disini. Rasanya syal yang aku kenakan tidak cukup untuk menghangatkan
tubuhku. Ghifari berjalan sambil menggandeng tanganku. Hari ini ia mengenakan
mantel tipis berwarna biru dongker, celana jeans, syal abu-abu yang membelit
leher, dan terakhir topi pet yang sewarna dengan syalnya.
Kami
menaiki kereta menuju kota Rotterdam. Kota ini adalah kota kedua terbesar yang
terletak di Belanda bagian selatan. Kota Roterdam ini berbeda dengan kota-kota
lain di Belanda, kalian tidak akan banyak menemukan bangunan tua khas Belanda disini.
Ini dikarenakan pada tahun 1940 saat World War II pihak Jerman yang dipimpin
oleh Hitler meratakan seluruh bangunan yang ada di Rotterdam. Hal inilah yang menyebabkan kota Rotterdam harus dibangun
ulang seluruhnya.
Aku
dan Ghifari menemukan rumah yang nyaman di kota itu. Aku dan Ghifari juga
bekerja disana. Aku senang berada di Rotterdam, rasanya seperti berada di tanah
kelahiran sendiri.
Setibanya
di kota Rotterdam, Ghifari mengajakku untuk berkeliling sebentar. Kami naik
tram menuju Lijnban Street. Kami menggunakan Ov Chipkaart untuk membayar tram.
Ov Chipkaart itu seperti kartu kredit yang digunakan untuk membayar tram.
Di
Lijnban Ghifari mengajakku berfoto di depan Stadhuisplein (City Hall). Bangunan ini atapnya berbentuk trapesium, ada menara
di tengah bentuk trapesium itu. Bangunannya unik dan sangat megah. Di samping
Stadhuisplein ada sebuah kantor pos yang sangat tua. Orang-orang Belanda
menyebutnya dengan Oude Postkantoor.
Setelah
asyik berfoto, Ghifari mengajakku jalan-jalan di sekitaran Hoogstraat dan
Coolsingel. Setelah lelah berjalan jauh kami kembali ke Lijnban street dan
duduk di sebuah lahan kecil dibawah pohon rindang yang ada diantara deretan
toko di Lijnbaan. Disana banyak sekali merpati yang berkeliaran dengan bebas.
" sayang, mau kasih makan merpati?
"
Aku
mengangguk dengan mata berbinar. Ghifari mengeluarkan sepotong roti dan
memberikannya kepadaku. Aku berlarian ke tengah-tengah merpati. Menaburkan
remah-remah roti di jalan yang langsung dikerubungi oleh merpati-merpati liar.
Orang-orang di sekitar memperhatikanku. Anak-anak kecil berambut pirang
mendekatiku dan meminta sedikit roti untuk mereka taburkan di antara puluhan
merpati liar.
Keseruanku
memberi makan merpati sampai membuatku lupa untuk mengisi perutku sendiri. Aku
menyadarinya ketika aku mendengar suara ganjil dari perutku.
" kamu lapar ya? "
" iya, makan yuk? Kita pergi ke
Binnenrotte. Di belakang Gereja Laurenskerk ada Openmarkt. Makanan disana enak
"
" ok terserah kamu deh. Kita berangkat
sekarang yuk "
Ia mencium
keningku dengan lembut.
.
.
Kami
memakan steak dengan kentang goreng. Makanan biasa tapi cukup membuatku
kenyang. Berbeda dengan Ghifari yang memesan kembali burger dan salad untuk
makanan penutupnya.
" di rumah nanti kamu gak akan masak
kan. Jadi ya persediaan makanan di perut kaka harus banyak "
Ujarnya
disela-sela mengunyah kentak goreng. Itulah Ghifari, banyak makan tapi perutnya
tak pernah gemuk.
Di
sela-sela aku memperhatikan suamiku makan, handphoneku berdering.
" Goedendag. "
Itu suara
Jeanie, rekan kerjaku.
" Goedendag, Hoi Jeanie. Apa kabar?
"
" Ya Arno. Kabarku baik, apa kau sudah
kembali ke Belanda? "
" Ya, aku saat ini sedang makan di
Binnenrotte bersama suamiku. Kenapa? "
" ah selesai makan siang bisakah kau
segera ke kantor bersama Ghifari? Aku akan memberitahu hal penting. "
" ya baiklah, kami akan pergi kesana
setelah makan nanti "
" yeah! Goede man. Aku tunggu, nanti kau
bisa menceritakan perjalanan romantismu dengan pangeran tampan asia tenggara
itu "
" haha.. baiklah Jeanie akan kuceritakan
nanti "
" Ya sudah, sampai ketemu nanti. Dag!
"
" Dag "
Sambungan
telepon itu langsung terputus. Ghifari menatapku dengan bibir berlumuran
minyak. Sebelum ia berbicara aku melap bibirnya dengan tisu.
" siapa? "
" Jeanie, dia bilang kita harus pergi ke
kantor "
" ada apa? "
" gak tau, kaka abisin aja dulu makannya
abis itu kita pergi "
Aku
menyuapinya salad, itu hidangan terakhirnya siang ini.
*****
Aku
dan Ghifari berjalan di daerah Kruis Kade, tepatnya di Fashion District Rotterdam.
Disinilah tempat berbelanja yang bagus di Rotterdam. Kalian bisa menemukan
banyak toko baju yang bagus. Kantor kami berdua terletak di tengah deretan
butik.
Keadaan
kantor begitu sepi. Hari ini memang bukan hari kerja kami. Di ruang kerja aku
mendapati Jeanie sedang duduk menghadap komputernya. Penampilannya sangat buruk
hari ini, rambutnya kusut dan dia mengenakan baju asal-asalan.
" aahhh akhirnya kalian datang. "
Jeanie
memelukku dan Ghifari bergantian dan sedetik kemudian dia menangis.
" Hei, kenapa? "
" Bos kita yang baru.. "
" Ada apa? Sudah ceritakan kepada kami
sekarang. "
Ghifari
menenangkan Jeanie dengan memeluknya.
" Dia menyuruhku untuk membuat laporan
akhir bulan hari ini. Aku pusing, biasanya kan Arno yang melakukan ini. Wanita
korea itu mengubah formasi kerja kita yang lama. Aku yang terbiasa mengurusi
masalah pemotretan untuk para model sekarang harus bekerja bersama kalian.
Mengurusi rubrik majalah dan semua artikel. Aku tidak suka dengan wanita itu,
sungguh aku sangat membencinya. "
" Ya sudah, mungkin dia ingin kita
menjadi pegawai yang bisa segalanya. Akan kubantu kau untuk menyelesaikan
laporannya. "
" Ah Bedank, kau memang temanku yang
baik Arno "
" Iya. kak Ghifari, kaka pulang aja.
Nanti kaka jemput aku lagi ya? "
" Yakin? Kamu gak mau kaka tungguin?
"
Aku
mengangguk, " Lagian juga rumah perlu diberesin kan? Kaka pulang duluan
aja. Nanti jemput aku lagi ya "
Ghifari
menyunggingkan senyumnya lalu mencium bibirku cukup lama dan dia pergi.
Jeanie yang
ada di hadapanku tersenyum dengan pipinya yang memerah.
" Aku tidak tahu kalian tadi berbicara
apa, tapi yang pasti kalian memang serasi. Bagaimana rasa bibir pangeran asia
tenggara itu? Manis?? "
" Hahahaha.. sudahlah Jeanie tidak usah
membahas itu. Ayo kita selesaikan pekerjaanmu dulu agar kita bisa pulang dan
beristirahat kembali. “
MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DAN KEJADIAN YANG DIALAMI PARA PEMBACA. CERITA INI HANYALAH KARANGAN FIKTIF BELAKA. MAAF APABILA MENEMUKAN KESALAHAN DALAM PENULISAN (TYPO)
NOTE :
Hai! Mr.Jones sengaja menyertakan foto agar kalian semua lebih menghayati ceritanya. Mr.Jones lagi tergila-gila sama negara kincir angin nih. Jadi ya ambil latarnya disana, semua foto itu diambil dari google ya readers.
Oh iya, jangan bingung ya kalian kalau Arno sama Jeanie ngobrol pake bahasa Indonesia disini. Bayangin aja kalau mereka ngobrol pake bahasa Belanda. Soalnya kalau Mr.Jones ketik pake bahasa belanda langsung belum bisa. Baru belajar bahasa Belanda jadinya takut salah, lagian Mr.Jones juga takut kaliannya gak ngerti hihihihi..
semoga suka ya..
Doakan suatu saat nanti Mr.Jones pergi kesana beneran hahay!
Bagus sekali cerita Paradise Love, saya sangat suka sekali dengan ceritanya. Sukses selalu ya Mr. Guruminda dengan semua ceritanya. Udah ngak sabaran lagi nih dengan kelanjutan hubungan ghifari dan arno. Semoga cepat ada kelanjutan ceritanya ;) <3 <3 <3
BalasHapusTerima kasih atas dukungannya ya.. maafkan saya yang masih belum bisa memposting cerita Arno lagi
Hapus