WINTER SADNESS (CHAPTER 12)

Keheningan terjadi di dalam mobil. Hanya seorang suara perempuan dari radio saja yang mengisi keheningan itu. Adrian tak berani berbicara sedikitpun dengan kakanya. Ia menatap ke luar jendela. Menatap langit biru yang cerah. Matahari sudah mulai condong ke arah barat namun sinarnya masih terang benderang. Carina mulai datang lagi dalam pikirannya. Ia mulai membenci wanita itu. Ia ingin sekali kembali ke kampus dan menjambak dirinya hingga menjadi botak. Tetapi sisi baik dalam dirinya kembali mengatakan tidak untuk hal itu.
            Adrian adalah seorang lelaki, setidaknya ia memiliki otot yang lebih kuat dari Carina. Lagipula kedua orangtuanya tak pernah mengajarkanm Adrian maupun Stefan untuk melukai seorang wanita. Ia jadi bingung, apa yang harus ia lakukan jika Carina kembali menyerangnya lagi suatu saat.
  “ Jika ia kembali melakukan hal yang tidak menyenangkan terhadapmu, aku sarankan sebaiknya kau melawan saja. Tak usah perduli dia seorang laki-laki ataupun perempuan. Mengerti? “
Stefan berbicara seolah-olah ia mendengar perkataan Adrian di dalam pikirannya. Ia hanya mengangguk, menandakan bahwa ia akan melakukannya nanti jika itu terjadi kemabali.
            Di sisi lain, Evan juga sedang mengemudikan mobilnya menuju hotel tempat dimana ia tinggal bersama kakaknya. Ia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Tidak perduli dengan kalkson yang berbunyi dari mobil yang lain. Ia geram dengan tingkah Carina tadi. Ia tetap keras kepala ingin kembali berhubungan dengan Evan meskipun dirinya sendiri tidak menginginkannya.
                Ia sudah membenci wanita itu sejak lama. Wanita itu tak pernah berubah. Selalu keras kepala dan ingin menang sendiri. Carina akan melakukan apa saja demi hal yang ia inginkan bisa didapatkan meskipun harus berbuat licik. Sifat itu sama seperti ayahnya, tuan Winston. Evan mengenal baik ayah Carina. Lelaki paruh baya itu memiliki wajah yang tegas dan perawakan tinggi. Mungkin bagi sebagian orang, tuan Winston itu seperti penjagal. Dulu ketika Evan masih berhubungan dengan Carina ia sering bertemu dengan tuan Winston. Tuan Winston sangat menginginkannya untuk menjadi suami dari anaknya Carina. Terlihat ketika anaknya dan Evan memutuskan hubungan mereka. Tuan Winston membujuk Evan mati-matian untuk kembali berhubungan bersama anaknya, tapi dengan tegas Evan menolak.
  “ Selamat siang tuan Evan, ada yang bisa saya bantu “
Tanya seorang lelaki, dia pelayan hotel.
  “ Tidak terima kasih, apa kakaku ada di ruangannya? “
  “ Ya, tuan Harold ada di ruangan kerjanya “
  “ Baik terima kasih “
Evan berjalan memasuki hotel. Seperti biasa, seluruh pekerja hotel mulai membungkukkan badannya ketika berpapasan dengan Evan. Evan membalasnya dengan senyuman dan anggukkan. Ia memasuki ruangan besar yang di dalamnya penuh barang. Lebih tepatnya berkas, terdiri dari tumpukan kertas dan map-map yang disusun rapi di lemari yang entah ada berapa jumlahnya. Kakanya sedang duduk serius di meja, berhadapan dengan laptopnya. Memakai kacamata dan setelan baju yang rapi.
  “ Hai, sedang sibuk “
  “ Ya, aku harus menyelesaikan berkas kerja samaku dengan seorang pengusaha dari Singapur. Ada apa? “
  “ Tidak, aku hanya sedang ingin bercakap-cakap dengan seseorang saja “
  “ Lalu kenapa kau tidak menelfon kekasihmu itu. Adrian kan namanya “
Evan diam, ia malah memainkan hiasan berbentuk lumba-lumba yang ada di meja.
  “ Kenapa kau diam? “
  “ Tidak apa-apa “
  “ Jangan berbohong kepadaku Evan. Kau adikku, kita berdua sudah tinggal bersama sejak kecil. Aku tahu kau ada masalah “
Evan menghembuskan nafasnya, Menyimpan hiasan lumba-lumba itu lalu melihat ke arah kakanya yang masih berkutat dengan laptopnya.
  “ Carina datang ke kampusku dan dia membuat sedikit masalah “
  “ Apa maksudmu “
Harold kini memandang adiknya.
  “ Ia pindah untuk kuliah di universitas yang sama denganku. Entah apa tujuannya, aku tak perduli dan di hari pertamanya dia membuat onar “
  “ Membuat onar seperti apa? “ tanya Harold sambil mengunyah kue kering yang tersedia di sampingnya.
  “ Dia menumpahkan satu gelas penuh jusnya ke tubuh kekasihku. Di depan semua orang “
Harold tersedak, ia memukul dadanya untuk meredakan batuk. Evan menghampirinya sambil membawakan segelas air.
  “ Pelan-pelan, ini minumlah “
Harold meminumnya dengan sekali tegukan. Batuknya mereda.
  “ Dia melakukan itu? “
Evan mengangguk.
  “ Ah wanita itu memang gila. Lalu apa yang kau lakukan “
  “ Aku menamparnya “
Harold diam sekali lagi sambil memandang adiknya. Tangan kanannya lalu terulur dan menepuk tangan adiknya.
  “ Sepertinya mulai sekarang kau harus menjaga ketat kekasihmu. Carina akan melakukan apa saja untuk mendapatkanmu kembali darinya. Tetaplah bersama kekasihmu. “
  “ Akan kulakukan itu “
  “ Ya sudah, apa kau sudah makan siang? “
Evan menggeleng.
  “ Kalau begitu ayo kita makan di luar. Sudah lama aku tidak makan siang deenganmu. Akan ku traktir kau “
  “ ok “
Kedua kaka beradik itu berjalan beriringan keluar.

*****
            Sejak kedatangannya di rumah tadi, Adrian tidak keluar dari kamarnya. Ia hanya duduk merenung sambil memutar lagu klasik kesukaannya. Ia hanya mencoba untuk menenagkan diri. Kura-kura peliharaannya mengetuk kaca akuarium beberapa kali. Seolah-olah ingin berbicara dengan pemiliknya.
  “ Hai, aku lupa memberikanmu makan. Maafkan aku “
Adrian mengambil pakan di dalam laci. Ia taburkan ke dalam akuarium dan langsung dilahap oleh kura-kura kecil miliknya. Adrian tersenyum, namun senyuman itu memudar kembali dengan cepat.
  “ Sampai kapan kau akan diam disini? “
Adrian memutarkan tubuhnya. Ia melihat kaka kemabarannya di ambang pintu memakai pakaian rapi.
  “ Aku hanya ingin sendiri saat ini “
  “ Apa wanita itu membuatmu takut? “
Adrian menggelengkan kepala.
  “ lalu kenapa? “
Ia tak menjawab dan itu membuat kakanya sedikit geram.
  “ Mau keluar? Aku ingin membawamu ke sesuatu tempat? “
  “ Tapi Stefan.. “
  “ Kumohon, ayolah. Aku ingin menghabiskan sisa hari ini bersamamu “
Adrian tidak bisa mengelak. Ia bangkit dan mengganti bajunya.
.
.
            Mereka berdua tiba di taman bermain. Stefan pikir adiknya akn tersenyum kembali. Ia sudah jengah melihat adiknya tidak memiliki senyuman hari ini. Dengan penu semangat mereka menaiki wahana yang ada. Mulai dari kincir angin, roller coster, kora-kora, dan masih banyak lagi. Stefan berhasil, ia kembali bisa melihat senyuman di wajah adiknya. Mereka menghabiskan waktu di taman bermain hingga malam tiba.
Sebelum pulang, mereka pergi ke restoran untuk makan malam. Adrian mendapatkan boneka kuda poni dari hasil Stefan bermain game melempar bola. Sedari tadi ia menggenggamnya dengan erat.
  “ Kau suka bonaka itu? “
   “ eem.. “ Adrian mengangguk dan tersenyum.
  “ Lihatlah, kau terlihat lebih manis ketika tersenyum “
Rona merah muncul di kedua pipinya.
  “ berjanjilah padaku untuk terus tersenyum “
Stefan mengelus tangan adiknya.
            Setelah menghabiskan makan malamnya, mereka kembali masuk kedalam mobil untuk pulang ke rumah. Di dalam  mobil terjadi kembali percakapan antara kaka beradik itu.
  “ Apa kau senang malam ini? “
  “ Sangat senang, terima kasih sudah menghiburku Stefan “
  “ sudah menjadi kewajibanku untuk embuatmu tersenyum. Aku sudah berjanji untuk melindungimu kan “
  “ Oh ya, bagaimana dengan penelitianmu? “
  “ Aku bisa memecahkan masalahnya dan sepertinya timku sudah siap untuk memenangkan lombanya nanti. Bagaimana dengan test mu? “
  “ entahlah, aku rasa hasilnya akan seperti biasa. Jelek, aku berbeda denganmu Stefan. Kau memiliki otak yang sangat brilian. Sedangkan aku? Aku hanya memiliki sedikit kepintaraan dalam otakku yang bebal ini “
  “ hei jangan berbicaara seperti itu. Setiap manusia memiliki kemampuan masing-masing. Mereka memiliki kelebihan dan kekurangan. Negatif dan positif. Kau bisa menciptakan nada-nada indah dengan suaramu. Kau bisa bernyanyi dengan sangat baik. Kau bisa menulis puisi dengan indah dan kemampuan melukismu juga bagus. Aku tidak bisa melakukan apa yang kau lakukan Adrian. Aku juga memiliki kekurangan, jadi jangan berbicara seperti itu lagi. “
  “ Ia maafkan aku, bisa kita pulang sekarang? “
Saat Adrian menoleh, tiba-tiba ia dikejutkan dengan kecupan yang diberikan oleh kakaknya. Stefan mengecup adikknya tepat di bibir.
Sambil tersenyum bahagia ia berkata, “ Aku juga bisa melakukan apa yang kekasihmu lakukan bukan? Ayo kita pulang ke rumah “

Adrian hanya diam membisu, terlalu kaget dengan ciuman dari kakaknya.

MAAF BILA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, ATAUPUN KEJADIAN YANG DIALAMI PARA PEMBACA. CERITA INI HANYALAH KARANGAN FIKTIF BELAKA. MAAF APABILA MENEMUKAN KESALAHAN DALAM PENULISAN.

Komentar

  1. penasaran apa yang akan terjadi ya??
    lanjutin ceritanya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ceritanya akan berlanjut di wattpad, so check it now in https://www.wattpad.com/user/hyoras11

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CINTA SEGI EMPAT ( CHAPTER 15 )

I JUST LOVE YOU ( TWO SHOOT )

KARAM (Kama & Rama) #Bagian1