PARADISE LOVE (CHAPTER 10)
Aku melihat
semua rekan kerjaku kalang kabut. Dengan formasi yang baru aku melihat beberapa
orang tampak kebingungan. Rekan satu timku Jeanie bahkan sampai menangis dan
merengek kepadaku karena dia sulit menemukan ide untuk Artikel yang akan dimuat
di majalah edisi selanjutnya. Apalagi Willem, semenjak meeting dadakan tadi
wajah marahnya tak pernah hilang. Ia kini sedang pergi ke luar untuk membeli
cemilan yang dipesan Hye Sung.
Aku melihat Arno kini sedang mendorong
gantungan pakaian menuju ruang model. Tadi selesai meeting aku sempat berbicara
panjang lebar dengannya. Aku meminta izin kepadanya untuk protes terhadap
keputusan Hye Sung, tapi Arno tidak mengizinkanku. Sifatnya yang sabar dan tak
mau ambil pusing terlalu besar. Akupun tak bisa berbuat apa-apa lagi. Selesai
membereskan laporanku, aku berjlaan menghampirinya. Ia sedang memegang tumpukan
kertas, kurasa mungkin itu list model baju yang akan dikenakan oleh para model
untuk pemotretan.
“ Butuh bantuan? “
Arno
menggeleng tanpa menatapku sedikit pun. Ia malah mengulum ujung pensil dengan
gaya imutnya. Berusaha untuk serius mengecek pakaian yang tergantung rapi di
hadapannya.
“ Kamu yakin gak mau kaka bantu? “
“ Iya kak, Arno masih bisa ko. Kak, kaka gak
takut apa di omelin Hye Sung? Jelas-jelas dia kan gak mau kita itu barengan.
Udah mendingan kaka balik lagi ke meja kaka dan selesaikan pekerjaan yang belum
rampung. Arno mau kerja lagi “
Aku
memegang lengannya, menghentikan aktivitas kekanakannya mengulum ujung pensil.
Dengan sekali gerakan, aku memeluk tubuhnya yang lebih itu dari belakang.
“ Kaka gak akan takut sama siapapun sayang.
Meskipun seribu tentara halangi kaka buat deketin kamu, kaka akan lawan mereka
supaya bisa deketin dan dapetin kamu. “
Aku
memberikan kecupan lembut di pipinya.
“ Ehhhmm.. It’s enough I think. Ghifari, aku tunggu kau di kantorku sekarang
juga “
Aku
mendengar suara itu di belakangku, Hye Sung terlihat kembali berjalan menuju
ruangannya. Sebuah cubitan begitu terasa menyengat di pinggangku.
“ See!
Apa kan aku bilang kak. Udah ah Arno mau balik lagi kerja “
Aku
menggosok bagian pinggangku yang dicubit oleh Arno.
.
.
.
“ Maaf Hye Sung, kau memanggilku “
Ia
menurunkan cerminnya dan menutup lipstick
nya. Sunggingan senyumnya ia arahkan kepadaku.
“ Duduklah.. “
Aku
melangkah dengan hati-hati dan duduk di kursi yang berhadapan langsung
dengannya.
“ Bagaimana laporannya apakah sudah selesai?
“
Saat
melihat tingkah lakunya berbicara denganku, aku melihat gaya tubuh yang berbeda
seratus delapan puluh derajat dengan gaya tubuhnya ketika meeting tadi. Gayanya
yang tegas dan galak berubah menjadi halus dan lembut layaknya wanita yang
lain.
“ Ya, aku sudah menyelesaikannya. Tapi berkas
itu ada di mejaku. Biar kuambilkan dulu sebentar untukmu “
Tangan-tangannya
yang halus dan lentik menahanku. Sekali lagi ia memberikan senyum padaku.
“ Tunggu sebentar, kita bicarakan masalah
laporan ini di kedai coffe yang ada di sebrang jalan. “
Dengan
cepat ia membereskan semua peralatan makeup dan berkasnya. Ia mengenakan
kembali mantel yang tergantung di dekat pintu.
“ Ayo, sebaiknya kita bergegas “
Ia
merangkul tanganku dan kami berjalan keluar dari kantornya.
*****
Author P.O.V
Arno mengecek kembali semua list baju
yang hari ini akan dikenakan para model. Semuanya sudah dipersiapkan dengan
sempurna. Ia tak pernah membayangkan
bahwa pekerjaan barunya akan semudah ini.
Setelah
selesai merapikan baju yang digantung, ia hendak pergi menuju ruang makeup
untuk mengecek tim makeup dan para model apakah sudah lengkap. Namun langkahnya
terhenti ketika ia melihat Ghifari berjalan keluar dari kantor Hye Sung.
Matanya membelalak ketika melihat Hye Sung menggandeng lengan Ghifari dengan
erat. Untuk sepersekian detik ia blank.
Pikirannya seolah tersedot entah oleh apa. Ia kembali tersadar ketika
handphonenya berdering nyaring. Satu pesan ia dapatkan, setelah membacanya ia
segera bergegas ke ruang makeup.
Tatapannya kembali kosong. Arno kini
tengah duduk di meja rias. Tim makeup sudah ada di ruangan. Beberapa model juga
telah hadir di ruang makeup, hanya tinggal satu lagi yang belum tiba. Seseorang
membuka pintu ruang makeup. Terdengar nafas seseorang menderu-deru.
“ Maaf aku terlambat. Selamat siang semua “
Seorang
lelaki berperawakan tinggi membungkukkan tubuhnya. Ia mengenakan kaus polos
berwarna abu-abu yang dibalut oleh jaket hitam. Celana blue jeans yang sobek di beberapa bagian menutupi bagian bawah
tubuhnya.
Senyuman
manis terpatri di wajahnya yang membuat matanya yang sipit semakin tidak
terlihat.
Tim makeup dan beberapa model wanita
yang ada disana langsung tertegun. Bisikan-bisikan kagum seolah-olah mendengung
seperti suara ribuan lebah di taman. Arno melihat ke arah lelaki itu dan
mendapati Yun Ho sedang melambaikan tangannya ke semua orang.
“ Hei? Bukankah kau yang kemarin aku antarkan
pulang? “
Yun Ho
menyambar kursi yang terdekat dengannya, lalu memposisikannya agar berhadapn
dengan Arno.
“ Tunggu, aku ingat namamu. Ehhh.. Arno kan? “
Arno
mengangguk tidak semangat.
“ Jadi yang sedari tadi menghubungiku itu
kau? Ah, bolehkah aku menyimpan nomor handphonemu? “
Arno tidak
menjawab, ia kembali terhanyut dalam lamunannya.
“ Hey Arno, dia sedang berbicara padamu.
Jawablah, tidak sopan mengabaikan pria tampan berbicara denganmu “
Celetuk
salah seorang tim makeup sambil tertawa centil.
“ Ah iya, apa tadi kau bilang? “
“ apakah aku boleh menyimpan nomor ponselmu?
“
“ tentu saja, “ Arno tersenyum lalu berdiri
dari duduknya.
“ Semuanya sudah lengkap, Tim makeup mulailah
bekerja. Untuk semua model yang hari ini bekerja, setelah kalian selesai dengan
semuanya segeralah ke studio foto di lantai dua. Aku akan menunggu kalian
disana “
Arno
berdiri dengan lemas. Diam-diam Yun Ho memandangnya, di dalam hatinya Yun Ho
bertanya-atanya. Apa yang terjadi dengan Arno sehingga membuat dirinya menjadi
seperti itu hari ini.
.
.
.
Pemotretan sudah selesai, sebagian
model sudah kembali ke lantai dasar untuk membersihkan wajah mereka dari makeup
dan bergegas pulang. Di studio pemotretan hanya tinggal ada Arno, Al, Marcus,
Yun Ho, dan seorang model bernama Queen. Saat in Yun Ho dan Queen sedang
memeragakan pakaian musim dingin. Arno dengan wajah kelelahan kini sedang
mengipasi butiran-butiran sterofoam dari atas tangga untuk menimbulkan efek
salju dalam pemotretan. Satu jepretan lagi Al lakukan dan semuanya selesai.
“ Ok! Kerja bagus kawan-kawan, “ teriak
Marcus sambil menepukkan tangan.
“ Arno,
kau bisa turun sekarang. Terima kasih sobat “ teriak Al.
Arno
mengacungkan jempolnya, gerakan dirinya di atas tangga membuat tubuhnya menjadi
oleng. Arno menjerit karena ia merasa tubuhnya akan terjatuh, dan benar sja.
Tubuhnya melayang ke samping kiri, Arno berteriak semakin kencang dan
memejamkan matanya. Tubuhnya yang kecil menghantam sesuatu di bawahnya. Rasa
sakit sedikit terasa di bagian punggungnya.
“ Kau tak apa? “
Suara Yun
Ho terdengar jelas di telinga kanan Arno. Sedetik kemudian Arno menyadari bahwa
tubuh Yun Ho melindungi tubuhnya berbenturan langsung dengan lantai.
“ Ah tuan Choi, apakah kau tidak apa-apa?
Maafkan aku “
Arno
berdiri sambil membungkukkan badannya berkali-kali. Al dan marcus segera
menghampiri mereka berdua.
“ kalian tidak apa-apa? “ tanya Al dengan
wajah cemasnya.
“ Aku tidak apa-apa, tapi sepertinya tuan
Choi merasa kesakitan “
Yun Ho
dengan gagahnya berdiri, ia lalu menggerakan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.
Suara gemertakan tulangnya begitu nyaring dan Arno sedikit mengernyit ngeri.
“ Aku tidak apa-apa, tenang saja. Tubuhmu
terlalu ringan untuk seorang lelaki Arno “ Yun Ho malah tertawa.
“ Lain kali hati-hati ya “
Tangan Yun
Ho yang besar mengacak-acak rambut Arno dengan gemas.
“ aku akan kebawah untuk mengemasi barangku.
Terimakasih untuk kerjasamanya hari ini. “
Yun Ho
berjalan menjauhi mereka bertiga, sebelum keluar dari studio pemotretan Yun Ho
kembali membalikkan tubuhnya lalu melambaikan tangannya. Kali ini sorot matanya
tertuju pada Arno, ya hanya kepada Arno.
“ Hmm... sepertinya akan ada perang antara
Ghifari dan model baru itu. Bagaimana menurutmu? “ bisik Al dengan
sembunyi-sembunyi di telinga Marcus.
“ Menurutku, Ghifari akan lebih unggul dari
model itu. Lihat saja “
Balas
Marcus, lalu mereka berdua tertawa keras yang langsung mendapatkan tatapan aneh
dari Arno.
can't wait!!!
BalasHapuswhat will happen?
saya menghargai cerita nya, keren sekali!!!
jangan berhenti ya!
Hai, terima kasih sudah setia membaca. Salam kenal by the way. Jangan lupa cek link wattpad saya ya di https://www.wattpad.com/user/hyoras11
Hapus